Yogyakarta (21/09/2024) REDAKSI17.COM – Dalam rangka peringatan genap satu tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY berkolaborasi dengan Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofis menyelenggarakan kegiatan Jogja World Heritage Festival (JWHF) 2024 dengan tema Sangkaning Dumadi dalam Sub Tema “Gebayanan”.
Jogja World Heritage Festival 2024 bukanlah sekadar perayaan, melainkan menjadi momentum kebangkitan. Momentum, dimana rakyat menghidupkan kembali nilai-nilai luhur Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia, yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada 24 September 2023 lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Asisten Setda DIY Bidang Pemerintahan dan Administrasi Umum, Amin Purwani, saat membacakan sambutan Gubernur DIY pada acara Pembukaan Jogja World Heritage Festival di depan Plengkung Gading, Jalan D.I. Panjaitan, Mantrijeron, Yogyakarta, pada Sabtu (21/09).
Pada pembukaan festival ini, Amin mengajak semua masyarakat yang hadir untuk bersama-sama mengembangkan warisan budaya. Hal ini dilakukan agar dapat memberikan kesempatan ekonomi yang nyata, membuka pintu-pintu baru bagi generasi muda, dan memberdayakan seluruh komunitas.
“Kita adalah penjaga dan penerus kebudayaan yang tak ternilai ini, agar Yogyakarta terus berkembang dalam fondasi kemanusiaan, di mana budaya tumbuh subur bersama teknologi, untuk mengangkat kesejahteraan. Kita adalah generasi yang ditakdirkan untuk membawa nilai-nilai Sumbu Filosofi ke panggung dunia,” ucapnya. Karena itu, sudah semestinya rakyat menjadikan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan progresif, dimana pelestarian budaya berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Amin juga menambahkan, jika misi diatas dapat dijalankan, maka Sumbu Filosofi akan terus berdenyut. Tidak hanya sebagai simbol spiritual, tetapi juga sebagai sumber kekuatan dan kemajuan bagi masyarakat, melalui “Jogja World Heritage Festival 2024” sebagai salah satu perantaranya.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dalam laporannya menyampaikan, sub tema “Gebayanan” diambil dari tempat penyelenggaraan dikawasan jalan D.I. Panjaitan, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Sub tema Sangkaning Dumadi merupakan bagian dari filosofi Sangkan Paraning Dumadi. Sangkaning Dumadi yang mengandung makna awal dari kehidupan.
Dian menjelaskan, Sumbu Filosofi sebagai situs warisan dunia UNESCO, yang secara resmi sertifikatnya diterima pada tanggal 24 September 2023. Sehingga, pelaksanaa festival di tanggal 21 dan 22 September, menjadi bagian dari perayaan 1 tahun ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia.
Dalam rangka impelentasi terhadap pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi Yogyakarta, festival tersebut digelar sebagai bagian untuk mengedukasi masyarakat, mengelola dan mengembangkan tentang pentingnya menjaga warisan-warisan budaya, baik benda maupun tak benda. Selain itu juga untuk memberdayakan dan membangun kesadaran seluruh stake holder, pelaku-pelaku kebudayaan yang ada di DIY khususnya.
Selain itu, Dian juga menyampaikan beberapa rangkaian kegiatan yang sudah dilaksanakan mulai dari pagi hari. Pertama adalah bakti sosial, yaitu kegiatan resik di kawasan Sumbu Filosofi mulai dari Tugu Pal putih sampai dengan Panggung Krapyak sejak pukul 8 pagi. Kegiatan ini dilaksanakan oleh kelompok kerja teknis pengelola yaitu, 9 kemantren dan kapanewon, serta 20 Kelurahan dan kalurahan, yang tergabung dalam komando badan pengelola Kelompok kerja teknis pengelola kawasan Sumbu Filosofi.
Dilanjutkan pada sore hari, yaitu kirab budaya yang menggambarkan gunungan laki-laki dan perempuan, memaknai terjadinya awal mula kehidupan pada segmen Gebayanan, yaitu Sangkan Dumadi. Bazar UMKM dan UKM yang secara tematik terdiri dari kraft, kuliner tradisional dan kekinian, yang berlangsung selama dua hari (21-22) September. Gelar potensi basar UMKM diikuti sebanyak 55 tenda, dengan peserta dari perwakilan masing-masing wilayah di kawasan Sumbu Filosofi.
Pada kesempatan yang sama, dilaksanakan pula penyerahan bibit tanaman vegetasi bagi para pemangku wilayah di kawasan Sumbu Filosofi. Bibit tanaman vegetasi tersebut diberikan kepada 8 Mantri dan 1 Panewu yaitu, Mantri Jetis, Mantri Gondomanan, Mantri Keraton, Mantri Gedongtengen, Mantri Danurejan, Mantri Mantrijeron, Mantri Mergangsan, Mantri Ngampilan, dan Panewu Sewon.
“Vegetasi ini adalah vegetasi penanda, filosofi tahapan-tahapan kehidupan manusia mulai dari lahir sampai dengan dewasa,” jelas Dian. Adapun jenis tanaman vegetasi yang diberikan adalah vegetasi yang ada di wilayah Kawasan Sumbu Filosofi yaitu, Gayam (yang bermakna ayem), Tanjung (disanjung), Kweni (berani), Kepel (bersatu), Sawo Kecik (serba baik), Asem (kesengsem) dan Jambu Dersono (cinta kasih).
Talkshow gelar potensi seni dan budaya serta amazing race turut memeriahkan JWHF. Amazing Race ini adalah suatu agenda berwisata dan juga berkompetisi, dimana dengan bersepeda melakukan perlombaan untuk lebih mendalami nilai-nilai dan makna dari kawasan sumbu filosofi.
Amazing race akan dilaksanakan pada Minggu (22/09) pukul 8 hingga 11 siang, yang diikuti kurang lebih 200 peserta dalam kelompok, yang akan mengelilingi 9 Kampung wisata di kawasan Sumbu Filosofi, yang ditantang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, terkait dengan pengetahuan dan informasi tentang Sumbu Filosofi. Dian megatakan, bahwa panitia sudah menyiapkan hadiah total senilai 36 juta rupiah untuk kelompok terbaik.
Jogja World Heritage Festival adalah perayaan bersama yang dilaksanakan oleh masyarakat, untuk masyarakat dan dari masyarakat. Jadi JWHF dengan Gebayanan festival adalah festival masyarakat, di kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya, dan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya. Kegiatan Jogja World Heritage Festival (JWHF) dibiayai dari sumber pendanaan APBD DIY (Dais) Tahun Anggaran 2024.
HUMAS PEMDA DIY