UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) mempersiapkan Kader Tangguh dan Tanggap Kanker (TATAK) sebagai pendamping bagi pasien kanker payudara metastasis atau metastatic breast cancer (mBC) dan pengasuh keluarga.
Kolaborasi ini diwujudkan melalui program “Collaborative Community Care for Metastatic Breast Cancer Patients in Indonesia (COMMUNICATED)”.
Langkah ini merupakan kolaborasi antara pemerintah dan akademisi untuk memperkuat dukungan sosial dan psikososial bagi pasien kanker payudara yang telah mengalami metastasis.
Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Arumi Wulansari, menjelaskan sebagian besar pasien kanker metastasis menjalani perawatan di rumah bersama keluarga.
Oleh karena itu, kehadiran Kader TATAK yang terlatih sangat penting untuk memberikan pendampingan sosial, emosional, dan edukatif di masyarakat. “Kolaborasi ini bukan untuk menggantikan tenaga kesehatan, tetapi untuk memperkuat pendampingan psikososial pasien. Kader berperan memberi semangat, mendampingi, serta menjadi penghubung ketika ada keluhan yang perlu ditindaklanjuti,” jelas Arumi saat diwawancarai di ruang kerjanya, Senin (27/10).
Menurutnya, hingga saat ini belum tersedia pendidikan kesehatan yang sistematis untuk mempersiapkan kader pendamping pasien mBC dan pengasuh keluarga. Program COMMUNICATED menjadi langkah awal yang baru dilaksanakan di Kota Yogyakarta dan Bali sebagai wilayah percontohan.
Dengan menggunakan pendekatan action research yang terdiri dari empat tahap yakni, diagnosing (diagnosis), planning (perencanaan), taking action (implementasi), dan evaluating (evaluasi) diharapkan Kader TATAK dapat mendampingi penderita dan pengasuh secara maksimal. “Setelah dilatih, kader diharapkan dapat langsung mendampingi pasien di wilayah masing-masing,” ungkapnya.
Arumi menambahkan, hingga saat ini tercatat 103 kader telah mengikuti pelatihan, dengan sekitar 80 persen kader berasal dari Kota Yogyakarta, sisanya dari Sleman, Bantul, dan Kulonprogo.

Ia berharap, program ini dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker metastasis, serta memperkuat ketahanan keluarga dan kemampuan pengasuh dalam memberikan perawatan.
“Pasien kanker payudara sering menarik diri dari lingkungan karena rasa malu, takut, atau depresi. Melalui kader pendamping, mereka diharapkan merasa lebih diterima dan mendapatkan dukungan psikososial yang memadai,” tambahnya.
Selain itu, Dinas Kesehatan juga menyiapkan mekanisme pendampingan daring antara kader dan tenaga kesehatan puskesmas. Dengan demikian, setiap pertanyaan medis dari kader dapat segera dikonsultasikan secara profesional.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, dr. Iva Kusdyarini menambahkan, kader yang telah dilatih melalui program COMMUNICATED ini diharapkan dapat berperan sebagai caregiver dan supporting system dalam pelayanan palliative care bagi penderita kanker payudara.
“Harapannya kader dapat menjadi caregiver, pendamping, sekaligus sistem pendukung bagi pasien kanker payudara di wilayah. Mereka diharapkan menjadi garda terdepan dalam memberikan dukungan sosial dan emosional kepada pasien maupun keluarganya,” ujarnya.
Tambahnya, peran kader dalam program ini tidak hanya terbatas pada kegiatan sosial, tetapi juga mencakup aspek edukatif dan promotif.
Dimana kader berperan membantu memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada masyarakat tentang kanker payudara, termasuk pentingnya deteksi dini.
“Kader dapat membantu masyarakat melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan mendorong mereka yang berisiko untuk memeriksakan diri ke puskesmas melalui pemeriksaan payudara klinis (SADANIS),” jelas dr. Iva.


