Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Anugerah Inovasi dan Penelitian (AIP) tidak hanya berhenti pada penghargaan semata, tetapi terus didorong untuk dimanfaatkan lebih luas bagi kesejahteraan masyarakat Kota Yogyakarta. Selain sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas pelajar, kegiatan ini juga menjadi ajang fasilitasi kolaboratif antara pelajar, akademisi, dan pemerintah dalam merespons isu-isu sosial serta dinamika yang terjadi di tengah masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Riset, Inovasi Daerah, dan Pengendalian Bappeda Kota Yogyakarta, Danang Yulisaksono, dalam Seminar Inovasi Daerah di Ruang Bima Balai Kota Yogyakarta, Selasa (24/6). Kegiatan ini digelar sebagai tindak lanjut program AIP tahun 2024 serta untuk mendalami potensi implementasi karya-karya inovatif dari pelajar di ranah pembangunan daerah.
“Kami menyadari bahwa tidak semua karya dapat langsung diimplementasikan oleh kementerian atau perangkat daerah. Oleh karena itu, forum ini menjadi ruang diskusi dan pemetaan bersama guna mengeksplorasi kemungkinan pengembangan, adaptasi, dan replikasi inovasi sesuai kebutuhan masyarakat,” ujar Danang.
Danang berharap kegiatan ini dapat memperkuat ekosistem inovasi di Kota Yogyakarta serta membentuk sinergi berkelanjutan antara generasi muda, institusi pendidikan, dan pemerintah dalam membangun kota yang lebih tanggap, kreatif, dan berdaya saing.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi. Semoga forum ini menjadi awal yang baik untuk menjembatani lahirnya inovasi-inovasi baru yang bermanfaat nyata bagi masyarakat,” pungkasnya.
Foto bersama
Dalam seminar tersebut, dipresentasikan tiga karya inovatif unggulan dari AIP 2024, yakni Eco Adventures, inovasi dari SMP Negeri 14 Yogyakarta, berupa media literasi penyuluhan mengenai maraknya sampah di lingkungan sekolah. SESAJI atau Sekolah Sahabat Jiwa yang merupakan inovasi dari SMP Negeri 3 Yogyakarta, berupa aplikasi Augmented Reality (AR) berbasis Android sebagai media pendukung untuk mendukung kesehatan mental pelajar.
Serta pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa dan Daun Mendong sebagai Kerajinan Sepatu, inovasi dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, yang mengangkat semangat kewirausahaan berbasis lingkungan dan pemanfaatan limbah alam.
Setiap tim pelajar memaparkan ide dan proses pengembangan inovasi mereka, yang kemudian ditanggapi oleh perwakilan dari beberapa daerah sebagai bagian dari sesi umpan balik dan eksplorasi kerja sama lebih lanjut.
Inovator dari SMA Negeri 1 Yogyakarta, Laksita Ardiyanti dan Anindya Rahmah Anjani menjelaskan Sepatu Anti Bau Kaki Berbahan Sabut Kelapa Bercorak Lurik Yogyakarta (SEKAR) digagas sebagai produk ramah lingkungan yang menggabungkan limbah sabut kelapa, akar wangi, dan motif lurik khas Yogyakarta menjadi sepatu.
“SEKAR tidak hanya berfungsi sebagai solusi untuk mengurangi penumpukan limbah organik, tetapi juga sebagai upaya pelestarian budaya lokal dan penguatan ekonomi kreatif,” jelas Laksita.
Produk ini dirancang agar kuat, ringan, nyaman, dan eco-friendly, serta secara langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya pada aspek konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.
Para inovator menjelaskan bahwa bahan baku sabut kelapa mereka dapatkan dari pasar tradisional dan lingkungan rumah tangga di sekitar Yogyakarta. Sabut kelapa dibersihkan, dikeringkan, dan diolah melalui teknik manual yang kemudian dikombinasikan dengan kulit sintetis, akar wangi sebagai penghilang bau kaki alami, serta corak lurik sebagai penanda identitas budaya lokal.
“Dalam proses pembuatannya, kami juga menerapkan prinsip produksi rendah emisi dan berbiaya murah, sehingga hasil akhirnya bisa dijangkau oleh berbagai lapisan masyarakat. Bahkan, kami sedang menjajaki kerja sama dengan pelaku industri kecil dan pengrajin lokal untuk memperluas produksi,” tambah Anjani.
Menanggapi paparan tersebut, Dosen Politeknik ATK Yogyakarta, Abimanyu Yogadita Restu Aji, menyampaikan apresiasi atas ide kreatif yang memadukan keberlanjutan lingkungan dengan estetika budaya.
“Ini ide yang sangat bagus. Memanfaatkan limbah yang tidak terpakai menjadi lebih bermanfaat. Desainnya juga segar—menggambarkan semangat anak muda, terlihat casual dan bergaya etnik,” ujar Abimanyu.
Dosen Politeknik ATK Yogyakarta, Abimanyu Yogadita Restu Aji
Namun ia juga memberi catatan khusus terhadap penggunaan akar wangi sebagai insole atau lapisan dalam sepatu. Meskipun akar wangi dikenal memiliki kemampuan mengurai bau kaki secara alami, aspek kenyamanan tetap harus diperhatikan.
“Yang perlu dikembangkan adalah bagaimana akar wangi tidak hanya efektif mengatasi bau, tetapi juga nyaman dipakai dalam waktu lama. Uji coba jangka panjang penting dilakukan untuk melihat daya tahan dan kenyamanannya saat digunakan,” katanya.