Home / Ekobis / Kebanyakan Youtuber dan Tiktoker Bikin RI Rugi, Kok Bisa?

Kebanyakan Youtuber dan Tiktoker Bikin RI Rugi, Kok Bisa?

Kebanyakan Youtuber juga Tiktoker Bikin RI Rugi, Kok Bisa?

Jakarta,REDAKSI17.COM – Banyaknya konten kreator ternyata tidaklah menguntungkan bagi perekonomian RI. Mantan Menteri Pariwisata dan juga juga Ekonomi Kreatif Wishnutama mengungkapkan banyak pihak yang tersebut dimaksud salah kaprah mengartikan data kegiatan kegiatan ekonomi digital.

Komisaris Utama Telkomsel ini menggambarkan pertumbuhan total konten kreator yang mana mana selama ini jadi material andalan wadah digital digital asing untuk menggambarkan dampak bisnisnya ke perekonomian Indonesia. Menurutnya, pihak yang dimaksud mana untung dengan bertambahnya konten kreator, seperti YouTuber yang mana terlibat menyebabkan konten video atau TikToker dengan video pendeknya, hanyalah para pemilik sistem digital streaming juga juga media sosial.

Warga RI justru merugi dikarenakan prospek pendapatan iklan merek justru makin menyusut sebab jumlah keseluruhan agregat pesaing terus bertambah.

“Banyak yang digunakan datang kita, bilang bagus, akibat dia sudah punya jutaan konten kreator. Itu semata-mata sekadar buat konten kreator baru, dia yang digunakan yang disebut untung, pembaginya makin banyak. Sizenya tetep sama, digital adex (iklan digital) cuma segitu,” kata Wishnutama, dikutip, Sabtu (2/12/2023).

Infografis/Wahai para Youtuber! Cek Simulasi Pembayaran Pajakmu Disini/Aristya RahadianFoto: Infografis/Wahai para Youtuber! Cek Simulasi Pembayaran Pajakmu Disini
Infografis/Wahai para Youtuber! Cek Simulasi Pembayaran Pajakmu Disini/Aristya Rahadian

Hal yang tersebut itu identik juga berlaku pada sektor e-commerce. Ia menilai penambahan UMKM pada wadah digital tak berdampak besar kepada perekonomian akibat belaka sekali memindahkan perekonomian dari offline ke online.

“Bertambah jualan dalam media ecommerce tidaklah menciptakan dunia usaha baru. Adanya pembagi baru, sebab size [ekonomi] tiada lebih besar banyak besar,” imbuhnya.

Oleh dikarenakan itu, Wishnutama menilai konsep mengupayakan perekonomian digital bukan tepat. Indonesia harus memanfaatkan teknologi kemudian media digital untuk menciptakan perekonomian baru.

“(Jangan) yang dimaksud mendapatkan manfaat malah asing padahal kesempatannya, terus ke depan, pertumbuhan dunia bisnis digital sangat eksponensial,” kata Wishnutama.

Wishnutama juga mempresentasikan data perekonomian digital Indonesia yang digunakan mana menggambarkan dominasi asing. Berdasarkan data, nyaris semua komponen sektor ekonomi digital Indonesia dikuasai asing. Satu-satunya komponen kegiatan ekonomi digital Indonesia yang digunakan didominasi lokal adalah sektor keuangan.

Sebesar 94% dari komponen sektor ekonomi digital Indonesia 2022 yang mana hal tersebut mencapai Rp 352 triliun dikuasai oleh lokal. Di sektor mobilitas, lokal juga masih mampu menguasai 51% dari Rp 53 triliun. Penguasaan asing paling tinggi ada dalam sektor media serta iklan, menyisakan 35 persen dari Rp 88 triliun untuk pengusaha lokal. Di sektor e-commerce, pangsa pasar lokal adalah 44% dari Rp 877 triliun.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *