Home / Daerah / Kebaya Bermakna Nilai dan Narasi Sejarah Perempuan Indonesia 

Kebaya Bermakna Nilai dan Narasi Sejarah Perempuan Indonesia 

Sleman (27/07/2025) REDAKSI17.COM – Kebaya yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, tentu harus terus dilestarikan. Melestarikan kebaya harus dimaknai sebagai pelestarian nilai dan narasi sejarah perempuan Indonesia, yang sepatutnya dihargai secara utuh.

“Kebaya, sejatinya merupakan ‘bahasa’ yang menyampaikan kesantunan, keanggunan, kecermatan, sekaligus kekuatan perempuan Nusantara dalam menghadapi zamannya. Sehingga pelestarian hingga inovasi terhadap kebaya, tidak boleh hanya mereplikasi bentuk luarnya saja, apalagi mengabaikan aspek kepantasan, konteks budaya, dan makna yang menyertainya,” ungkap Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi pada Minggu (27/07).

Membacakan sambutan Wakil Gubernur DIY pada acara Berani Berkebaya 2025 dalam rangka Peringatan Hari Kebaya Nasional 2025 di Sleman City Hall, Erlina mengatakan, dalam kebaya, ada tutur tentang relasi antara adat, ruang sosial, dan martabat diri. Sehingga kebaya tidak boleh direduksi menjadi fashion statement atau aksesori eksotis belaka.

“Saya percaya, pelestarian budaya tidak cukup hanya dengan dokumentasi atau seremoni. Ia membutuhkan keberpihakan. Butuh kebijakan yang mendukung para pengrajin, pendidikan yang membangun pemahaman, dan ruang-ruang kreatif yang memungkinkan kebaya terus tumbuh, berinovasi, dan menyapa zaman tanpa tercerabut dari akarnya,” imbuhnya.

Menurut Erlina, sudah menjadi tugas seluruh warga negara Indonesia untuk memastikan kebaya dapat dilestarikan secara kontekstual dan bermakna. Selain itu, tugas lainnya ialah memastikan kebaya tetap dikenakan, sembari nilainya tetap dimengerti, dihormati, dan dijaga dengan hati.

“Mari jadikan selebrasi Hari Kebaya Nasional ini, sebagai pemantik kesadaran serta milestone kolektif kita, untuk merawat kebudayaan dengan kebijaksanaan, ketulusan, dan rasa hormat. Dan bagaimana kebaya bisa hidup di masa kini, tanpa kehilangan ruh dan marwahnya,” tuturnya.

Kegiatan Berani Berkebaya 2025 mengangkat tema ‘Karena Tradisi Butuh Nyali’. Acara ini dihadiri pula oleh Kepala OPD perempuan di lingkungan Pemda DIY.

Penggiat Batik dan Kebaya, GKBRAyA Paku Alam dalam sambutannya mengatakan, kebaya bukan hanya keindahan kain, tetapi sebagai wahana membuka kembali jiwa sebuah warisan leluhur yang sarat makna. “Kebaya bukan hanya sekedar pakaian, ia adalah cerita perjalanan panjang perempuan Indonesia, simbol ketangguhan, keanggunan, dan kearifan lokal yang mampu bersaing di panggung global,” imbuh Gusti Putri.

Istri Wakil Gubernur DIY ini juga mengatakan, sebagai seorang ibu, ia melihat kebaya seperti melihat diri perempuan Indonesia sendiri, di mana di luar tampak indah, namun di dalam sangat kuat. Setiap motif kebaya juga menyimpan filosofi, setiap helainya pun adalah manifestasi dari kreativitas yang tidak lekang oleh zaman.

“Inilah yang membuat kebaya layak menjadi pakaian kebanggaan nasional, sekaligus produk budaya yang potensial di dunia. Saya ingin menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh perempuan Indonesia yang telah menjadikan kebaya bagian dari identitasnya,” papar Gusti Putri.

Menurut Gusti Putri, perempuan Indonesia menjadi bagian dari bukti budaya bisa hidup dan berkembang tanpa kehilangan jati dirinya. Dan Berani Berkebaya 2025 menjadi ruang bagi perempuan Indonesia untuk berdiri bersama mengenakan kebaya dengan bangga dan mendeklarasikan bahwa tradisi butuh nyali.

“Semoga gerakan ini tidak berhenti di sini, tetapi menjadi api yang terus menyala untuk menginspirasi dunia.

Perempuan yang kuat dan cantik adalah yang tak lupa pada akarnya dan berani menumbuhkan akar itu menjadi karya nyata. Marilah kita jadikan kebaya sebagai sayap untuk terbang tanpa pernah melupakan tanah budaya tempat kita berpijak,” tutup Gusti Putri.

HUMAS DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *