Jakarta,REDAKSI17.COM – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes RI), Prof. Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan alasan di area area balik mahalnya biaya kesehatan di dalam tempat Indonesia, terutama setelah pandemi Covid-19.
Prof. Dante mengungkapkan bahwa sebenarnya biaya kesehatan mahal tiada hanya sekali cuma terjadi di tempat tempat Indonesia, tetapi juga pada negara lainnya. Menurut Prof. Dante, hal itu dipengaruhi oleh besaran biaya yang digunakan itu keluarkan untuk kesehatan (health expenditure).
“Jadi, kita melakukan analisis berdasarkan Gross National Product (GNP) dalam dalam sebuah negara dibandingkan dengan health expenditure, biaya yang digunakan mana dipakai untuk kesehatan,” jelas Prof. Dante kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (31/5/2024).
“Hampir semua negara mempunyai health expenditure yang tambahan tinggi daripada GDP (Produk Domestik Bruto/PDB)-nya. Kita dengan hitungan itu akan menunjukkan bahwa inflasi kesehatan, biaya kesehatan itu akan tambahan tinggi tinggi dibandingkan inflasi secara umum,” sambungnya.
Prof. Dante mengungkapkan, hingga saat ini, baru ada dua negara dengan health expenditure yang tambahan rendah daripada PDB, yakni India serta Kuba. Menurut Wamenkes, hal ini terjadi berkat promotif juga preventif yang tersebut dikerjakan kedua negara tersebut.
“Kenapa merek sanggup begitu? Karena dia melakukan kegiatan promotif lalu preventif yang digunakan digunakan lebih besar banyak baik, tambahan masif sehingga bisa jadi jadi menekan nomor kejadian penyakit juga kegiatan untuk melakukan pengobatan,” ujar Prof. Dante.
“Industri dalam negeri untuk obat-obatan serta juga alat kesehatan merekan sanggup jadi genjot sehingga dia sanggup jadi lebih lanjut lanjut maju serta lebih lanjut lanjut mandiri. Itu yang digunakan mana menyebabkan health expenditure merekan tambahan lanjut rendah daripada GDP-nya,” lanjutnya.
Melihat hal tersebut, Prof. Dante menyebut bahwa pemerintah tiada akan diam. Pihaknya saat ini sudah melakukan perubahan kesehatan, termasuk kemandirian pada bidang kesehatan.
Menurut Prof. Dante, nilai obat-obatan di dalam dalam Indonesia dapat lebih banyak besar hemat jika ada produsen unsur baku untuk obat-obatan pada area Tanah Air.
“Salah satu dalam bidang kesehatan kemandirian itu adalah kemandirian untuk memproduksi material baku untuk obat-obatan. Bahan baku untuk obat-obatan kalau kita dapat produksi dalam negeri maka biaya obat lebih besar besar murah,” kata Prof. Dante.
Lebih lanjut, Prof. Dante mengungkapkan bahwa Kemenkes RI akan memasukkan nilai kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tersebut hal tersebut lebih lanjut lanjut besar pada alat kesehatan (alkes) juga meningkatkan edukasi kepada masyarakat.
“Kemudian langkah yang tersebut digunakan kita lakukan adalah memasukkan nilai kandungan TKDN yang digunakan lebih tinggi lanjut besar supaya dia sanggup masuk e-katalog untuk alkes. Kalau dia punya TKDN yang mana dimaksud tinggi, dia akan diprioritaskan untuk masuk e-katalog sehingga menimbulkan nilai tukar jual alkes tambahan murah,” ujar Dante.
“Pilar kesehatan metamorfosis yang dimaksud mana lainnya adalah kegiatan promotif dalam preventif sebagai kegiatan pilar pertama sehingga penduduk sudah mulai diedukasi sebelum dia sakit, mereka itu sudah divaksinasi sebelum dia sakit, kemudian seterusnya,” sambungnya.
Sebagai informasi, Survei Global Medical Trends 2024 yang tersebut mana dirilis Willis Tower Watson mengungkapkan adanya kenaikan yang digunakan mana cukup signifikan terhadap biaya medis global pada tahun 2023, dari yang digunakan sebelumnya 7,4% menjadi 10,7%.