JAKARTA,REDAKSI17.COM — Beberapa politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memberikan testimoni mengenai perjuangan tokoh intelijen dan aktivis kemanusiaan, Suripto yang menghembuskan nafas terakhirnya pada Kamis siang, (6/11/2025)
Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP) PKS Mulyanto mengenang awal pertemuannya dengan almarhum Suripto di tahun 1995 saat meminta arahan untuk Institute for Science and Technology Studies (ISTEC). Hingga kemudian semakin intens berinteraksi saat mendirikan Partai Keadilan bersama.
Mulyanto mengenang Suripto sebagai sosok guru yang tenang dan pemikirannya yang tajam. Muridnya berasal dari banyak komponen bangsa. Hingga di waktu terakhirnya pun, Suripto kerap meluangkan waktunya untuk berdiskusi.
“Sosok Pak Ripto itu tenang, kalem, sedikit bicara, tapi kalau sudah bicara kita kaget karena seringkali bertolak belakang cara berpikir kita,” ujar Mulyanto.
Ketua Dewan Penasihat DPP PKS Mustafa Kamal menceritakan sisi aktivisme Suripto yang tidak lekang usia. Di usia 89 tahun pun, Suripto tetap aktif berjuang di lapangan dalam mengawal kepentingan rakyat, seperti kasus pagar laut dan tambang Morowali. Tidak hanya isu dalam negeri, Suripto sebagai Ketua KNRP juga masih aktif mengawal langsung kemerdekaan Palestina.
“Bayangkan dalam usia 88 atau 89 beliau masih turun ke lapangan. Perjalanan terakhir beliau ke luar negeri ke Turki sebagai bagian dari perjuangan mengawal proses-proses kritis di Palestina,” ungkap Mustafa Kamal.
“Beliau adalah pejuang sampai akhir. Semoga kita tidak hanya mengaku sebagai muridnya tetapi mewarisi semangatnya. Saya yakin beliau mengharapkan kita lebih baik lagi dari yang sudah beliau mulai,” lanjutnya.
Sementara itu, Menteri Kehutanan dan Perkebunan periode 1999-2001 Nur Mahmudi Ismail menyampaikan kisahnya bersama Suripto yang saat itu menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan dan Perkebunan.
Nur Mahmudi melihat Suripto sebagai sosok yang tepat untuk mendampinginya membenahi praktek pengelolaan hutan yang destruktif, otoriter, dan penyimpangan dana reboisasi yang ditugaskan Presiden Abdurrahman Wahid kala itu. Sehingga ia memperjuangkan proses administrasi Suripto dari pengangkatan ASN hingga menjadi eselon 1.
“Alhamdulillah kurang dari 4 bulan kita sudah mengumpulkan lebih dari 7 triliun dana reboisasi dari 40 rekening yang berserakan di berbagai tempat untuk dikonsolidasikan,” ungkap Nur Mahmudi.
Meskipun usia Nur Mahmudi jauh di bawahnya, Suripto dengan segala pengalaman dan pengetahuannya, tetap menghormati Nur Mahmudi sebagai pimpinannya.
“Beliau sosok intelijen yang mempunyai pemahaman banyak, tapi dikala beliau menjadi Sekjen, beliau memahami keputusan akhir tetap di menterinya. Beliau sebagai Sekjen memperlakukan saya sebagai pemimpinnya,” tutupnya.



