DANUREJAN,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta menerima rapor kinerja triwulan II tahun 2025 dalam rapat koordinasi pengendalian (rakordal) pembangunan daerah triwulan II tahun anggaran 2025 di Kepatihan Pemda DIY Selasa (29/7/2025). Salah satunya realisasi kinerja fisik Pemkot Yogyakarta sampai triwulan II 2025 meraih capaian tertinggi dibandingkan empat kabupaten lain di DIY. Hal itu menunjukan kinerja fisik Pemkot Yogyakarta terjaga atau berada pada jalur yang benar. Pemkot Yogyakarta berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja dan mencapai target sampai akhir tahun.
Dalam rapor kinerja Pemkot Yogyakarta, tercatat realisasi kinerja fisik sampai triwulan II tahun 2025 mencapai 55,41 persen. Sedangkan realisasi kinerja keuangan triwulan II tahun 2025 sebesar 38,26 persen. “Kita ini hanya menyamakan antara target dan realisasi saja secara konsisten. Jadi mungkin kita keep on track (tetap pada jalurnya),” kata Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo ditemui usai rakordal triwulan II 2025 di Kepatihan.
Menurutnya capaian kinerja itu tidak lepas dari evaluasi rutin atas serapan dan target kinerja di masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) Pemkot Yogyakarta. Dicontohkan kinerja fisik dari Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman sempat tertinggal. Pihaknya lalu memberikan tenggat waktu untuk mencari dan mengatasi kelemahan-kelemahan kinerja fisik dan serapan anggaran. Kemudian dicari solusi bersama terhadap persoalan yang masih menghambat untuk mengejar target kinerja.
“Setiap sebulan kita evaluasi. Masing-masing OPD selalu kita tanya rapor targetnya dan serapannya. Target selanjutnya kita di akhir tahun pasti “gaspol” karena targetnya tanggal 15 Desember sudah close, keuangan sudah selesai. Pembangunan infrastruktur yang sekarang belum mulai harus betul-betul secepatnya. Itu saya pantau seperti ada pembangunan perumahan di pinggir Kali Gajah Wong ada yang baru mulai. Yang kritis-kritis saya pantau,” terangnya.
Terkait tema rakordal, Hasto menyatakan karena Kota Yogyakarta tidak mempunyai lahan pertanian sawah, Pemkot Yogyakarta menerjemahkan arahan Gubernur DIY untuk Lumbung Mataraman dengan membuat food bank Lumbung Mataraman. Hasto menjelaskan konsep food bank mengurangi food waste dengan cara semua stok pangan yang berlebih dikumpulkan di Dinas Pertanian. Lalu dibagikan kepada fakir miskin dan janda tua rentan setelah melalui pemeriksaan kelayakan dan keamanan makanan.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap perangkat daerah tidak berpuas diri dengan capaian kinerja pada triwulan II 2025. Namun terus melakukan refleksi dan monitoring evaluasi terhadap dampak program kepada masyarakat. Sultan mengingatkan setiap rupiah yang dibelanjakan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. “Hasil kinerja perangkat daerah diekpose kepada publik melalui rakordal per triwulan sebagai bukti akuntabilitas kinerja pemda,” ujar Sultan.
Rakordal kali ini mengangkat tema Penguatan Ketahanan Pangan di DIY melalui Transformasi dan Optimalisasi Lumbung Mataraman. Sultan memaparkan permasalahan ketahanan pangan di DIY saat ini diantaranya soal ragam konsumsi pangan bergizi seimbang dan aman, terjadi food loss yang berdampak pada sampah organik, serta tekanan sektor pertanian karena alih fungsi lahan, tingkat kesejahteraan petani, keterbatasan regenerasi petani dan kelembagaan pertanian. Untuk itu Pemda DIY bersama kabupaten kota dan masyarakat dan stakeholder berupaya mendukungnya dengan program Lumbung Mataraman.
“Konsep Lumbung Mataraman bukan bangunan fisik gudang penyimpan, melainkan lumbung pangan hidup yang berbasis dari rumah tangga dan kelompok tani. Lumbung ini mengusunh filosofi Jawa Nandur Opo Sing Dipangan, Mangan Opo Sing Ditandur. Program mengkombinasikan sistem pertanian dan peternakan,” tutur Sultan.
Sementara itu Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman mengapresiasi kinerja Pemda DIY dalam menjaga dan meningkatkan ketahanan pangan daerah dalam Rakordal DIY Triwulan II Tahun 2025. Andi menilai DIY termasuk provinsi yang memiliki ketahanan pangan yang baik dan kontribusi signifikan terhadap sektor pangan nasional. Kontribusi sektor pangan terhadap Produk Domestik Bruto di DIY mencapai sekitar 14 persen atau di atas nasional.
“Pertanian sekarang, pertama dalam sejarah menyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar. Kalau sektor pertanian bergerak, ekonomi bergerak. Stok pangan saat ini tertinggi dalam sejarah yaitu 4,2 juta ton. Dan salah satu penyumbang tertinggi adalah (Daerah Istimewa) Yogyakarta. Kalau pertanian tangguh negara kita aman. Isu krisis pangan dan energi terjadi di belahan dunia. Alhamdulilah Indonesia aman,” tandas Amran.