Home / Ekobis / Kinerja Perbankan AS Mengecewakan, Wall Street Kompak Ambles

Kinerja Perbankan AS Mengecewakan, Wall Street Kompak Ambles

Kinerja Perbankan AS Mengecewakan, Wall Street Kompak Ambles

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street kompak dibuka melemah pada awal perdagangan hari ini. Penurunan Wall Street didorong dari amblasnya saham-saham perbankan oleh sebab itu turunnya kinerja keuangan perbankan.

Pada perdagangan Jumat (12/4/2024), Dow Jones dibuka melemah 0,63% dalam level 38.218,12, begitu juga dengan S&P 500 dibuka tambahan besar rendah atau turun 0,78% pada level 5.158,88, juga juga Nasdaq terlibat dibuka terjun 0,92% pada area level 16.293,03.

Saham-saham AS melemah pada perdagangan Jumat, setelah hasil mengecewakan dari sebagian perbankan besar pada negara yang dimaksud meningkatkan keresahan mengenai kuatnya musim kinerja keuangan mendatang.

Bank-bank besar akan melaporkan kinerja keuangannya. Salah satu saham perbankan yakni JPMorgan Chase (NYSE:JPM) turun 6% pada awal perdagangan setelah raksasa perbankan ini memperkirakan laba setahun penuh dari pembayaran bunga pada bawah ekspektasi sebab industri bersiap menghadapi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang tersebut diperkirakan secara luas.

Wells Fargo&Co (NYSE:WFC) juga turun 0,6% meskipun mengalahkan ekspektasi laba, dikarenakan pemberi pinjaman yang tersebut disebut melaporkan bilangan pendapatan bunga bersih yang dimaksud yang disebut tambahan rendah dari perkiraan pasar.

Kesehatan sektor perbankan sering digunakan sebagai ukuran kekuatan perekonomian secara keseluruhan, juga ketidakpastian terhadap prospek suku bunga The Fed akan terus berlanjut selama musim laporan keuangan kuartal pertama secara keseluruhan.

Analis memperkirakan perusahaan-perusahaan S&P 500 secara agregat akan melaporkan peningkatan pendapatan sebesar 5% pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data LSEG, penurunan tajam dari pertumbuhan 10,1% yang dimaksud digunakan terlihat pada kuartal keempat tahun 2023.

Selain itu pertemuan The Fed akan terus menjadi fokus. Rilis dunia bisnis utama pada Jumat nanti adalah indeks sentimen konsumen Michigan untuk periode April 2024, namun sebagian besar fokus akan tertuju pada pembicara The Fed, termasuk Bostic lalu juga Daly, akibat penanam modal mencari informasi lebih lanjut besar lanjut mengenai rencana suku bunga bank sentral AS di area tempat masa depan.

Rilis CPI yang tambahan tinggi dari perkiraan pada hari Rabu sudah pernah lama mengakibatkan pemodal memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga dalam tempat bulan Juni, terutama setelah laporan gaji bulanan yang yang kuat. September sekarang dipandang sebagai kemungkinan tanggal mulainya.

Diketahui inflasi AS (CPI) di tempat tempat luar dugaan menanjak ke 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% pada Februari 2024. Inflasi inti dalam luar makanan dan juga juga energi stagnan pada hitungan 3,8%.

Data tenaga kerja AS juga menunjukkan ada penambahan tenaga kerja hingga 303.000 untuk non-farm payrolls. Angka ini berjauhan pada tempat atas ekspektasi pasar yakni 200.000.

Sementara itu, nilai minyak mentah lebih lanjut besar tinggi lantaran meningkatnya risiko geopolitik. Harga minyak mentah naik pada perdagangan Jumat sebab risiko geopolitik, khususnya dalam Timur Tengah yang kaya minyak, tetap tinggi, namun diperkirakan akan mengalami penurunan mingguan dikarenakan kecemasan terhadap kebijakan moneter AS.

Para pejabat AS telah dilakukan lama meramalkan serangan Iran terhadap Israel dalam waktu dekat, sebagai pembalasan atas dugaan serangan udara Israel terhadap komandan militer Iran dalam Damaskus awal pekan ini.

Masih ada risiko bahwa Iran, produsen terbesar ketiga di tempat dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), akan terseret ke dalam konflik antara Hamas kemudian juga Israel di tempat tempat Gaza, sehingga berpotensi mempengaruhi pasokan minyak mentah dari wilayah tersebut.

Ketegangan ini membayangi Badan Energi Internasional yang digunakan digunakan memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak tahun ini, sekitar 100.000 barel per hari menjadi 1,2 jt barel per hari, dalam laporan bulanan terbarunya, yang dirilis pada Jumat pagi.

Badan pengawas energi global yang dimaksud disebut memperkirakan laju ekspansi akan semakin melambat menjadi 1,1 jt barel per hari pada tahun depan seiring dengan pemulihan pasca-Covid-19 yang tersebut yang sudah berakhir.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk-produk jurnalistik sebagai pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau berjualan hasil atau sektor pembangunan ekonomi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidaklah bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang tersebut dimaksud timbul dari keputusan tersebut.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *