Jakarta,REDAKSI17.COM – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mencatatkan rapot merah, karena tidak berhasil melampaui ambang batas Parlemen di Pemilu 2024.
Menanggapi hal itu, Rahmat Hidayat selaku Kader PPP sekaligus pemerhati hukum partai politik, menyarankan seharusnya rapot merah tersebut menjadi momentum evaluasi dan bukan ajang saling menyalahkan.
“Pertanyaannya bukan sekadar siapa yang salah, tapi siapa yang tetap bertahan ketika yang lain memilih pergi,” kata Rahmat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/7/2025).
Rahmat mengamini, sosok ketua umum, Muhamad Mardiono menjadi yang paling tersorot. Kepemimpinannya dinilai gagal oleh sebagian pihak, namun dalam kaca mata Rahmat, Mardiono sudah mengusahakan yang terbaik dalam melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dalam situasi yang jauh dari ideal.
“Ketika struktur internal partai goyah dan kepercayaan publik menurun drastis, hanya sedikit tokoh yang berani tampil ke depan. Di saat itu, Mardiono hadir bukan dengan retorika, tetapi dengan langkah konkret untuk menyelamatkan partai,” jelas Rahmat.
Rahmat mengetahui, perjuangan Mardiono membenahi PPP dilakukan dari dalam. Bahkan rela mengorbankan dana pribadinya demi memastikan kelangsungan saksi dan logistik partai di lapangan.
“Ini adalah bentuk pengabdian yang jarang ditemukan dalam praktik politik saat ini,” turut Rahmat.
Rahmat menambahkan, kegagalan PPP masuk ke parlemen tidak bisa dibebankan pada satu orang saja. Sebab dinamika pemilu yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kekuatan calon legislatif di daerah, strategi kampanye, pengaruh Pilpres, hingga perubahan perilaku pemilih.
“Justru beliau adalah sosok yang menjaga PPP dari kehancuran yang lebih besar,” yakin Rahmat.
Bukan Antikritik
Sebagai kader PPP, Rahmat mengaku bukan antikritik. Meski begitu, hal itu harus disampaikan dengan proporsional dengan tidak menghapus segala kontribusi yang telah diberikan. Ke depan, Rahmat menegaskan hal dibutuhkan partainya adalah konsolidasi dan pemulihan, bukan perpecahan baru.
“Regenerasi boleh dilakukan, namun tanpa merusak legitimasi tokoh-tokoh yang telah bekerja keras. Mardiono bukan orang sempurna, tetapi telah menunjukkan keteguhan, ketulusan, dan tidak haus kekuasaan,” dia menandasi.