Jakarta,REDAKSI17.COM – Dalam invasi Israel atas tanah Palestina, kelompok sentral dalam perlawanan itu adalah Hamas. Namun, apa jadinya jika anak pendiri Hamas tak disangka malah jadi mata-mata Israel?
Kisah ini terjadi terhadap Mosab Hassan Yousef, anak salah satu pendiri Hamas Syeikh Hassan Yousef, pada tahun 2000-an. Sebagaimana diceritakan dalam Son of Hamas (2009) Mosab diajak bergabung jadi bagian intelijen Israel saat berada di dalam tempat penjara akibat penyalahgunaan senjata. Dia didekati oleh tentara Israel bernama Loai yang dimaksud selalu membujuk Mosab untuk membelot.
Loai memberikan tawaran: jika bersedia jadi intelijen Israel, maka dia tiada akan disiksa dalam tempat tahanan. Dengan tawaran tersebut, Mosab yang tak ingin disiksa pun luluh. Meski keputusan ini sangat bertentangan dengan ajaran agama juga ideologi, dia akhirnya bersedia jadi bagian Shin Bet, badan intelijen Israel.
Selama jadi mata-mata, Mosab diberi sandi “Pangeran Hijau” untuk merujuk pada fakta kalau dia adalah anak pendiri Hamas. Seperti difilm, Mosab ditugaskan untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Tentu belaka tugas ini bukan perkara sulit bagi Mosab.
Dia adalah anak pendiri Hamas yang sangat mudah memperoleh informasi langsung tanpa perantara. Apalagi, dia juga selalu mengambil bagian sang ayah untuk tugas-tugas kemerdekaan Palestina. Dia sering mendengar isi pertemuan serta membaca catatan ayahnya. Semua itu dilaksanakan tanpa semua orang tahu kalau dirinya adalah mata-mata Israel.
Pada titik ini, tentu cuma Israel sangat mendapat keuntungan. Informasi yang tersebut dimaksud didapat jelas sudah sangat valid kemudian berguna untuk menggembosi Hamas. Beberapa kali, Mosab berhasil menggagalkan aksi serangan berdarah militan Palestina terhadap warga sipil Israel. Pernah pula informasi dari Mosab dipakai Israel untuk menyerang Yasser Arafat atas aksi pengeboman terhadap warga Israel yang digunakan ternyata dalangnya adalah para prajurit Arafat.
Namun, kegiatan intelijen Mosab itu berakhir ketika dia sadar bahwa apa yang dimaksud dilakukannya tak menimbulkan konflik usai. Malah, kedua pihak terus memanas. Sadar dirinya sudah pernah menyebabkan kesalahan besar, Mosab lantas pergi dari Palestina lalu menetap dalam area Amerika Serikat sejak 2007. Selama berada pada AS, Mosab juga diketahui pindah agama.
Keputusan pindah agama ini kemudian diketahui oleh sang ayah, Hassan Yousef. Ketika memberitahu, Mosab juga mengatakan kalau selama ini dirinya adalah agen intelijen Israel. Mendengar ini, sang ayah langsung syok. Meski begitu, Hassan Yousef tetap mengakui Mosab sebagai anaknya.