UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta bersama seluruh unsur pentahelix yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat dan media mendeklarasikan Menuju Jogja Tangguh Bencana pada Rabu (30/10/2025). Deklarasi itu meneguhkan komitmen bersama lintas sektor dalam membangun ketangguhan pra, saat dan pascabencana. Melalui deklarasi itu diharapkan terbangun sinergi kuat antar unsur pentahelix dalam penanggulangan bencana di Kota Yogyakarta.
Deklarasi menuju Jogja Tangguh Bencana dipimpin oleh Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan. Dalam deklarasi itu seluruh unsur Pentahelix di Kota Yogyakarta berkomitmen bersama untuk memperkuat ketahanan pra-bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan dan koordinasi tanggap darurat saat bencana. Selain itu menjamin pemulihan pasca-bencana yang cepat, adil dan berkelanjutan, mengintegrasikan pengurangan risiko bencana dalam pembangunan Kota Yogyakarta serta menguatkan sinergi kelembagaan pentahelix dengan dukungan TNI dan Polri.
“Harapan kami deklarasi ini tidak sekadar deklarasi. Tapi memang kita itu tangguh dan tanggap bencana. Bagaimana unsur pentahelix bisa benar-benar kita kuatkan,” kata Wawan saat apel siaga dan deklarasi menuju Jogja Tangguh Bencana, di Balai Kota Yogyakarta.
Wawan menjelaskan Yogyakarta termasuk kota rawan bencana antara lain banjir, angin kencang/puting beliung, gempa bumi dan banjir lahar dingin Gunung Merapi. Kota Yogyakarta juga padat penduduk dan permukiman di bantaran sungai juga menjadi perhatian utama. Ancaman bencana dan kondisi itu harus diantisipasi bersama. Dampak bencana ke rumah warga dan sosial, masyarakat, serta ekonomi Yogya sebagai kota wisata juga diharapkan dapat diantisipasi.
Wawan menilai Kota Yogyakarta sudah memiliki Kampung Tangguh Bencana (KTB) yang luar biasa. Namun pihaknya mengingatkan koordinasi antar organisasi perangkat daerah untuk menuju Jogja Tangguh Bencana. “Deklarasi itu gampang, (tapi) pelaksanaannya dan perlunya simulasi dan koordinasi. Siapa tugasnya apa, bagiannya apa ini perlu,” ujarnya.
Sementara itu Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta Nur Hidayat menyampaikan deklarasi itu adalah puncak rangkaian peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2025. Deklarasi itu dimaksudkan untuk meneguhkan komitmen bersama seluruh unsur pentahelix dalam mewujudkan Kota Yogyakarta yang tangguh bencana.
“Tujuannya menumbuhkan kesadaran, ketangguhan adalah tanggung jawab bersama. Semoga deklarasi ini menjadi tonggak sejarah gerakan kolektivitas pengurangan risiko bencana di Kota Yogya dan tidak berhenti pada seremoni namun berlanjut menjadi aksi nyata,” tegas Nur.
Deklarasi itu menjadi bagian dari implementasi Roadmap Penanggulangan Bencana Kota Yogyakarta Tahun 2025- 2030. Nur menyatakan ada 10 langkah mendasar mewujudkan kota tangguh bencana yang ditetapkan oleh United Nations Office for Disaster Risk Reduction (UNDRR) antara lain adanya kelembagaan ketangguhan bencana yang kuat, identifikasi dan pemahaman risiko yang akurat, ketangguhan keuangan dan infrastruktur, penguatan kapasitas masyarakat dan sistem respons cepat serta pemulihan dan pembangunan kembali yang lebih baik.
Dia menyebut indeks risiko bencana di Kota Yogyakarta kini sekitar 66 atau kategori sedang. Risiko atau ancaman bencana yang paling tinggi adalah gempa bumi, banjir dan cuaca ekstrem. Pemkot Yogyakarta berupaya meningkatkan kapasitas misalnya dari sisi kelembagaan, infrastruktur untuk penyelamatan dan peran masyarakat untuk mengantisipasi risiko itu.
Salah satu personel Kampung Tangguh Bencana (KTB) dari Minggiran Subono menyambut baik kegiatan deklarasi menuju Jogja Tangguh Bencana. Dengan deklarasi itu memperkuat masyarakat untuk mengambil sikap jika terjadi bencana. Menurutnya di Kampung Minggiran memiliki ancaman bencana potensi pohon tumbang saat cuaca ekstrem karena banyak pohon besar.
“Kami selalu siap siaga. Ancaman di Minggiran banyak pohon besar sehingga ada potensi pohon tumbang. Peralatan seperti senso disiagakan lengkap dengan kesiapannya,” ucap Subono.



