Umbulharjo,REDAKSI17.COM-Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta kembali merealisasikan program Bedah Rumah sebagai wujud kepedulian terhadap warganya yang masih tinggal di hunian yang tidak layak. Kali ini, program tersebut menyasar dua warga di wilayah Kemantren Umbulharjo, yakni Sri Anah, warga Gambiran 308 RT 40 RW 10, Kelurahan Pandeyan, serta Pramono, warga Warungboto 803 RT 30 RW 07, Kelurahan Warungboto.
Berbeda dengan program perbaikan rumah dari pemerintah pada umumnya, Bedah Rumah Pemkot Yogya tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Seluruh pendanaan dilakukan melalui pola gotong royong dan kolaborasi berbagai pihak.
Pada kegiatan kali ini, dukungan datang dari Pamela Swalayan yang menyalurkan bantuan senilai Rp 20.000.000, serta partisipasi warga sekitar yang menyumbangkan 30 sak semen. Sinergi ini menjadi bukti nyata bahwa kepedulian sosial dan kebersamaan masyarakat Yogyakarta masih terjaga kuat.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, hadir langsung dalam kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, Hasto menyampaikan apresiasi mendalam atas kontribusi semua pihak.
“Saya mengucapkan terima kasih atas kepedulian dan gotong royong seluruh warga serta para mitra. Dengan semangat kebersamaan ini, pengentasan rumah tidak layak huni di Kota Yogyakarta dapat segera terealisasi,” ujar Hasto.
Hasto menegaskan bahwa bedah rumah bukan hanya soal fisik bangunan, tetapi juga menyangkut harkat dan martabat keluarga penerima manfaat.
“Rumah bukan sekadar tempat tinggal, tapi juga ruang tumbuh kembang keluarga. Dengan rumah yang layak, keluarga bisa lebih sehat, anak-anak bisa belajar lebih tenang, dan kualitas hidup warga meningkat. Itu yang menjadi tujuan utama dari program ini,” jelasnya.
Menariknya, pada kesempatan tersebut Hasto tak hanya hadir untuk memberikan arahan, tetapi juga ikut turun langsung membantu para tukang di lapangan. Orang nomor satu di Kota Yogya ini terlihat ikut menurunkan genting rumah Sri Anah bersama warga.
Aksi ini disambut tepuk tangan dan sorak semangat dari warga sekitar yang merasa bangga melihat pemimpinnya mau terjun langsung.
“Kami ingin menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya hadir dalam bentuk kebijakan, tapi juga ikut merasakan keringat gotong royong di lapangan. Dengan kebersamaan seperti ini, pekerjaan terasa lebih ringan dan semangat warga semakin kuat,” imbuh Hasto.

Lebih lanjut, Hasto mengungkapkan bahwa sejak kepemimpinanya bersama Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, program Bedah Rumah telah menyasar 39 Rumah Tidak Layak Huni di berbagai wilayah Kota Yogyakarta. Ia menegaskan komitmennya untuk terus melanjutkan program ini hingga tuntas.
“Harapan saya, ke depan program ini dapat terus digulirkan. Target kami selama periode kepemimpinan kami, seluruh RTLH di Kota Yogya dapat diperbaiki, sehingga masyarakat benar-benar memiliki tempat tinggal yang layak,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu penerima manfaat, Sri Anah, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. Perempuan yang sehari-hari berprofesi sebagai pemulung (perosok) ini mengaku hampir mustahil mampu merenovasi rumahnya tanpa bantuan.
“Saya sangat berterima kasih atas bantuan ini. Rasanya tidak mungkin saya bisa memperbaiki rumah sendiri, karena penghasilan saya sehari-hari hanya cukup untuk kebutuhan pokok. Alhamdulillah, sekarang saya bisa berharap punya rumah yang lebih layak,” ucap Sri Anah dengan mata berkaca-kaca.
Ia menambahkan, rumah yang ditempati bersama keluarganya selama ini sering bocor ketika hujan deras. Kondisi dinding juga rapuh sehingga membuatnya khawatir jika sewaktu-waktu runtuh.
“Kalau hujan deras, air sering masuk dari atap yang bocor. Anak-anak sering kedinginan, dan saya juga takut kalau dindingnya roboh. Dengan adanya bedah rumah ini, saya merasa lebih tenang dan lega. Terima kasih kepada Pak Wali Kota, Pamela Swalayan, dan semua warga yang peduli,” imbuhnya.