Home / Daerah / Komitmen Kurangi Laju Emisi, DIY Rintis Bus Listrik

Komitmen Kurangi Laju Emisi, DIY Rintis Bus Listrik

Yogyakarta (09/02/2024) REDAKSI17.COM – Pengurangan laju emisi (Low Emission Zone) di DIY menjadi salah satu komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) DIY, yang sejak beberapa tahun terakhir tengah diupayakan, sejalan dengan penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Berbagai upaya pun dilakukan secara perlahan dan bertahap, seperti pengembangan pengadaan transportasi umum ramah lingkungan yang menggunakan tenaga alternatif listrik, yakni pada moda angkutan bus.

Sebagai langkah awal menuju penggunaan transportasi berbasis low emission (emisi rendah) di kawasan Sumbu Filosofi, Yogyakarta ini, Pemda DIY melalui Dinas Perhubungan DIY merilis dua bus listrik yang saat ini masih dalam tahap uji coba hingga 20 Desember 2024. Apabila hasil evaluasi uji coba tersebut kemudian sesuai dengan yang diharapkan, maka kedua bus listrik ini ditargetkan dapat mulai dioperasikan melayani masyarakat di tahun 2025 mendatang.

Paniradya Pati Kaistimewan, Aris Eko Nugroho saat ditemui di kantornya pada Rabu (04/12) mengungkapkan, dengan dukungan Dana Keistimewaan, biaya pengadaan dua unit bus listrik beserta infrastrukturnya ini mencapai sekitar Rp7,4 miliar. Pengadaan charger bus listrik tersebut terpisah dan juga telah selesai dibangun. Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) dua unit bus listrik ini terletak di Lapangan Parkir Bandara Adisutjipto.

“Bus listrik ini sekarang masih dalam tahap uji coba. Harapannya 2 bus ini menjadi bagian contoh, kemudian kita evaluasi. Jadi karena prosesnya memang harus ada semacam evaluasi, kajian, setelah itu kemudian tindakan, maka memang prosesnya tidak seperti kemudian langsung beli banyak karena kita harus menyiapkan betul berkaitan dengan semuanya. Apalagi dengan tenaga listrik ini juga membutuhkan tempat pengisian. Ini yang juga harus kita perhatikan. Sehingga di tahun 2025 memang belum ada rencana untuk pengadaan bus listrik kembali. Tetapi proses dari 2024 di akhir tahun ini, ini akan menjadi bagian evaluasi apakah kemudian nanti kita usulkan lagi di tahun 2026,” jelas Aris.

Aris menuturkan, keterlibatan Danais dalam pengadaan bus listrik ini tidak terlepas dari peruntukkan Danais yang berkaitan dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawana. Ini adalah filosofi tentang melindungi keselamatan dunia, baik lahir maupun batin, dimana harmoni antara manusia dengan bumi dan segala isinya menjadi kunci utamanya.

“Jadi bagaimana kita mencoba melestarikan alam. Dengan pelestarian alam inilah kita mencoba berbuat sesuatu berkaitan dengan polusi. Karena polusi itu tidak hanya berbahaya bagi manusia, tapi juga berbahaya bagi makhluk hidup semuanya, dan bisa mengubah kondisi di satu wilayah,” ungkap Aris.

Sementara itu, Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan DIY, Wulan Sapto Nugroho menyebutkan, pengadaan dua unit bus listrik ini guna mendukung terwujudnya Low Emission Zone di kawasan Sumbu Filosofi. Untuk itu, ke depan, mendukung layanan angkutan umum perkotaan Trans Jogja, kedua bus listrik ini akan beroperasi melayani masyarakat yang menuju ke kawasan Malioboro. Namun, hingga saat ini memang belum ditetapkan rute pasti terkait pengoperasian kedua bus listrik tersebut lantaran masih diuji cobakan. Selama masa uji coba, terdapat tiga alternatif rute yang diujicoba.

“Jadi sebenarnya banyak alternatif rute, tetapi di saat uji coba ini kita coba dari Bandara Adisutjipto kemudian ke Malioboro. Terus rute kedua itu kemarin dari Ngabean ke utara lewat Pasar Kranggan, Tugu ke Selatan ke Maliobor. Terus satu lagi itu dari Malioboro ke arah Timur Kota Baru, kemudian ke UKDW, kemudian ke Mall Galeria ke barat, Tugu Pal Putih ke selatan ke Malioboro lagi. Jadi intinya kita mensupport layanan yang ada di Malioboro, Sumbu Filosofi,” terang Sapto saat ditemui di kantornya pada Jumat (06/12).

Pengisian daya bus listrik ini hingga penuh menghabiskan waktu antara 1-1,5 jam. Adapun masing-masing bus listrik ini berkapasitas maksimal 28 penumpang, dengan kapasitas kursi sejumlah 18, dan 10 untuk kapasitas penumpang yang berdiri.

“Bus listrik kami ini saat ini kapasitas duduknya 18 dengan berdiri 10, ini mungkin sudah maksimal. Tidak bisa seperti bis-bis diesel yang full gitu karena ini juga akan berpengaruh dengan konsumsi baterai. Semakin berat tentunya konsumsi baterai juga akan semakin besar,” ujar Sapto.

Terkait warna bus listrik yang berwarna ungu, Sapto mengatakan warna tersebut hanya sebagai pembeda dengan bus yang lainnya. Selain itu, agar masyarakat dapat lebih cepat familiar dengan bus listrik tersebut. Di tahun depan, apabila bus listrik ini sudah siap beroperasi, rencananya tarif yang akan dikenakan sama seperti tarif bus Trans Jogja.

“Jadi selama 1 bulan ini kita jalankan bus listrik untuk mengetahui kehandalan, kelemahan ataupun kekurangannya. Sehingga nanti dipertengahan bulan ini akan kita evaluasi sebelum nanti kita operasionalkan untuk pelayanan masyarakat. Harapannya kalau kita di saat uji coba sudah ketahuan kan berarti hal-hal yang perlu kita hindari apa, ini dapat menjadi catatan kami,” kata Sapto.

Bayu Dwi Purwanto, salah satu sopir bus listrik yang bertugas dalam proses uji coba moda angkutan tersebut menjelaskan bahwa secara operasional, bus listrik ini nyaman, bebas polusi, dan praktis untuk dikendarai. Dengan 3 alternatif rute menuju Malioboro yang diujicobakan, bus listrik tersebut dapat menempuh jarak kurang lebih 160 kilometer, sebelum kemudian harus dicharge kembali. Adapun untuk satu kali putaran rute, bus listrik ini hanya mengkonsumsi 11-12 persen baterai.

“Perjalanan kurang lebih 160 kilometer ketahanannya, lalu harus sudah dicharge kembali. Kalau seharian 5-6 kali putaran cukup. Tapi kita waktunya nanti tinggal ditentukan dari rute untuk sampai jam berapa,” papar Bayu saat ditemui di SPKLU Lapangan Parkir Bandara Adisutjipto, Senin (09/12).

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *