Sleman (22/08/2025) REDAKSI17.COM – Ribuan pasang mata tertuju pada panggung megah di Monumen Yogya Kembali (Monjali), Sabtu (23/8) malam. Konser Kamardikan 2025 yang dipersembahkan Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) sukses menghadirkan suasana penuh haru, semangat, sekaligus kebanggaan di tengah perayaan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Konser istimewa ini sekaligus menandai berakhirnya Pameran Hamongnagari: Aparatur Nagari Yogyakarta yang sejak Maret hingga Agustus telah dikunjungi lebih dari 220 ribu orang.
Acara ini dihadiri langsung Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Wakil Gubernur KGPAA Paku Alam X, jajaran Forkopimda DIY, serta tokoh Keraton Yogyakarta seperti GKR Bendara, KPH Notonegoro, dan KPH Yudanegara. Turut hadir Pj. Sekda DIY Aria Nugrahadi bersama sejumlah kepala OPD di lingkungan Pemda DIY.
Di bawah arahan konduktor RW. Widyogunomardowo, YRO bersama Yogyakarta Royal Choir, sinden dari Kawedanan Kridhamardawa, pianis muda Rachel Nadia Abiela, serta dua solois berbakat, Brian Prasetyoadi dan Win Yovina Thopandi, membawakan 11 lagu bertema perjuangan.
Mulai dari Hari Merdeka, Symphony Kemerdekaan, Melati di Tapal Batas, Indonesia Tetap Merdeka / Sorak Bergembira, Sersan Mayorku, Kopral Jono, Kuwi Apa Kuwi, Ketawang Ibu Pertiwi, Pahlawan Merdeka, Sepasang Mata Bola hingga Di Timur Matahari. Seluruh lagu tersaji dengan aransemen megah.
“Monjali dipilih karena sarat makna historis. Di sinilah semangat perjuangan bangsa kembali bangkit setelah Agresi Militer Belanda II. Semangat itu yang ingin kami hidupkan lewat konser ini,” terang Penghageng Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta, KPH Notonegoro.
Antusiasme publik begitu luar biasa. Sebanyak 2.000 tiket konser habis terjual dalam tiga tahap reservasi, baik secara daring maupun luring. Penonton yang tidak kebagian tiket tetap bisa menikmati suasana melalui layar LED raksasa di area Taman Lampion Monjali.
Momen konser ini juga menjadi penutup resmi Pameran Hamongnagari, yang menampilkan sejarah aparatur nagari Yogyakarta dalam tata kelola pemerintahan tradisi Mataram. “Pameran ini bukan sekadar tontonan, melainkan ruang belajar bersama. Kami ingin masyarakat memahami bahwa aparatur nagari adalah bagian dari sistem kebudayaan yang membentuk identitas Yogyakarta hingga hari ini,” ujar Ketua Panitia Pameran, GKR Bendara.
Bersamaan dengan itu, Keraton Yogyakarta meluncurkan situs tourism.kratonjogja.id sebagai kanal informasi terpadu mengenai sejarah, agenda budaya, hingga reservasi wisata daring. “Melalui teknologi, kami ingin generasi muda menjelajah sejarah dengan cara yang lebih interaktif. Situs ini kami hadirkan sebagai rujukan valid, sumber pengetahuan, sekaligus pintu masuk mengenal kebudayaan Mataram,” tambah GKR Bendara.
Humas Pemda DIY