Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Sejak pagi, ratusan aparatur sipil negara dari berbagai perangkat daerah, kemantren dan sekolah di Kota Yogyakarta mengikuti senam bersama dalam rangka Launching Senam Jogja sekaligus Lomba Senam Jogja di Lapangan Balai Kota, Jumat (21/11). Para peserta menggunakan kostum warna-warni yang mencolok dan penuh suasana semangat.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menyampaikan bahwa Senam Jogja diharapkan menjadi pemicu budaya hidup sehat bagi ASN Kota Yogyakarta. Dengan gaya komunikatif, Wawan mengajak seluruh ASN untuk menjadikan olahraga sebagai rutinitas, tidak hanya demi kesehatan, tetapi juga agar dapat memberikan pelayanan publik dengan lebih prima.
“Di dalam jiwa yang sehat terdapat apa? Ya, badan yang kuat. Mungkin Jumat pagi kita budayakan Senam Jogja. Kalau kita rutin olahraga, badan lebih segar, muka tidak loyo, sehingga kita bisa melayani masyarakat dengan cerah dan fit,” usai mengikuti Senam Jogja.
Wawan juga menyinggung pentingnya menjadikan Senam Jogja sebagai identitas ASN Kota Yogyakarta. Menurutnya, gerakan sederhana selama 5–15 menit saja sudah cukup membuat tubuh berkeringat dan kembali segar.

Wawan Harmawan mengikuti Senam Jogja
“Baru 5 menit tadi sudah fresh. Senam ini cocok sekali untuk kita, Korpri sebagai abdi negara. Saya setuju kegiatan ini tidak hanya berhenti hari ini, tapi menjadi rutinitas.. Kalau kita rutin olahraga, badan kita lebih segar, lebih fresh. Kita bisa melayani masyarakat dengan muka yang cerah, tidak capek, tidak loyo. Korpri sebagai pelayan masyarakat wajib selalu fit,” katanya.
Wawan turut mengapresiasi unsur tarian dalam gerakan Senam Jogja. Ia menilai gerakan tersebut unik dan merepresentasikan kearifan lokal Yogyakarta. “Sudah ada campuran tari yang Jogja banget. Saya yakin ini akan booming karena identitasnya kuat sekali,” ungkapnya.
Senam Jogja merupakan senam identitas ASN Kota Yogyakarta yang diciptakan oleh tim dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga serta Dinas Kebudayaan, dengan gerakan dan lagu yang mencerminkan karakter Jogja. Senam ini diperkenalkan dalam rangka HUT KORPRI ke-54 sebagai upaya memperkuat budaya hidup sehat serta solidaritas antar anggota KORPRI.

Senam diikuti 45 tim perangkat daerah, BUMD, Kemantren dan sekolah.
Senada dengan yang disampaikan Ketua Dewan Pengurus KORPRI Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, menilai para peserta menunjukkan antusias yang sangat tinggi. Menurutnya, lebih dari sekadar kompetisi, lomba ini menjadi sarana membangun kebersamaan antar anggota KORPRI.
“Yang paling penting dari lomba ini adalah membangun kebersamaan seluruh anggota Korpri. Latihan yang panjang dan performa yang luar biasa itu membentuk kebersamaan yang lebih kuat,” ungkapnya
Aman juga menjelaskan alasan adanya unsur tari dalam gerakan Senam Jogja. Menurutnya, kehadiran unsur budaya inilah yang memperkuat identitas Jogja sebagai kota yang kaya nilai tradisi.
“Gerakan tidak hanya soal energi, tetapi juga rasa dan budaya. Ada gambaran budaya, energi, dan rasa yang menjadi satu kesatuan agar senam ini menjadi senam yang paripurna,” terangnya.
Lomba Senam Jogja diikuti 45 tim dari perangkat daerah, BUMD, kemantren, dan sekolah. Selain memperebutkan hadiah utama, panitia juga menyediakan kategori tim favorit, terheboh, dan terkompak. Pada kesempatan ini Ketua Dewan Pengurus KORPRI, Aman Yuriadijaya menyerahkan piagam penghargaan kepada para pemenang lomba senam ini.
Pada kategori perangkat daerah dan BUMD dimenangkan oleh tim Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dindikpora). Juara kedua diraih oleh Dinas Kesehatan dan juara ketiga Bank Jogja. Serta Setda Kota Yogya dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) meraih juara harapan 1 dan harapan 2.
Untuk kategori kemantren, juara pertama dimenangkan oleh Kemantren Wirobrajan, juara 2 dan 3 dimenangkan oleh Kemantren Jetis dan Kemantren Pakualaman. Tidak hanya itu, penghargaan untuk tim terfavorit diberikan kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (bankespol) sementara Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Pertaru) sukses membuat penonton paling terhibur sehingga meraih gelar Tim Terheboh dan penghargaan Tim Terkompak jatuh kepada RS Pratama.

Peserta lomba menggunakan kostum yang unik dan menarik
Salah satu anggota tim Dindikpora, Karsono menceritakan perjalanan yang tidak sepenuhnya mulus. Ia mengakui bahwa langkah awal mereka—hanya untuk menentukan siapa saja yang akan masuk tim sudah penuh tantangan.
Setiap orang yang ditunjuk untuk bergabung harus menyesuaikan jadwal dengan tumpukan pekerjaan kantor yang tidak dapat ditinggalkan. Belum lagi ketika mereka melihat detail gerakan Senam Jogja yang disebut-sebut rumit oleh sebagian pegawai. Menurut Karsono, beberapa orang yang awalnya bersedia akhirnya mengundurkan diri.
“Banyak yang merasa gerakannya sulit. Sudah dipilih, tapi ada yang mundur karena merasa tidak sanggup. Yang tersisa akhirnya adalah orang-orang yang benar-benar siap bertahan,” ujarnya.
Karsono juga mengaku kagum dengan pencetus senam ini karena memadukan dengan gerak tari. Menurutnya, unsur budaya, khas Kota Yogyakarta begitu terasa.
“Yogyakarta itu kota budaya. Jadi kalau ada senam yang ada unsur tarinya, ya cocok sekali. Pas. Saya salut untuk para penciptanya,” pungkasnya.



