Yogyakarta (23/09/2025) REDAKSI17.COM – Tantangan pendidikan vokasi di masa depan bukan hanya soal mencetak tenaga kerja terampil, tetapi juga bagaimana menemukan titik temu antara kreativitas dan keberlanjutan. Kreativitas dan keberlanjutan tidak bisa berjalan sendiri-sendiri.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Ni Made Dwipanti Indrayanti, dalam Diskusi Publik INOVOKASIA 2025 di Ballroom Gedung TILC, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (23/09). “Tanpa disertai kreativitas, keberlanjutan hanya berhenti pada kepatuhan, tidak berkembang menjadi pembaruan. Sebaliknya, kreativitas tanpa keberlanjutan berujung pada inovasi yang rapuh, cepat usang, dan gagal memberi makna jangka panjang,” terangnya.
Ni Made menambahkan, bagi Pemda DIY pendidikan vokasi tidak cukup hanya menjadi penyedia tenaga kerja, melainkan harus menjadi sumber gagasan segar yang mampu mengarahkan industri tetap selaras dengan prinsip keberlanjutan. “Kami memandang vokasi harus bergerak ke arah yang lebih reflektif, tidak hanya mengikuti kebutuhan industri, tetapi juga mengarahkan industri agar tetap sejalan dengan prinsip keberlanjutan,” jelasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa agenda keberlanjutan menyangkut lebih dari sekadar daya saing ekonomi, karena terdapat dimensi lain yang sama pentingnya, yakni ketahanan sosial dan harmoni lingkungan. “Keberlanjutan adalah tentang tanggung jawab antargenerasi, sedangkan kreativitas adalah keberanian melampaui kebiasaan. Jika keduanya dipadukan, maka pendidikan vokasi di Yogyakarta bukan hanya responsif terhadap zaman, tetapi juga mampu menuntun zaman itu sendiri,” tutur Sekda DIY.
Sementara itu, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) RI, Prof. Dr. Eng. Yudi Darma, menilai meningkatnya minat masyarakat terhadap pendidikan vokasi menunjukkan adanya pergeseran cara pandang. “Hal yang perlu kita garis bawahi, minat masyarakat sudah mulai meningkat, artinya peluang bagi masyarakat kita terutama lulusan SMK, lulusan SMA yang ingin berpartisipasi lebih cepat di masyarakat itu bisa melalui jalur vokasi,” ungkap Yudi.
Lebih lanjut, Yudi menyoroti tingginya partisipasi pendidikan di Yogyakarta yang mencapai 75 persen lulusan SMA melanjutkan ke perguruan tinggi. “Yogyakarta itu adalah satu daerah yang tingkat partisipasi pendidikan tingginya paling tinggi, 75 persen kalau nggak salah, lulusan SMA itu tersalurkan ke universitas atau pendidikan tinggi seperti politeknik dan sekolah vokasi, dan itu susah untuk dikalahkan. Ini menunjukkan literasi keilmuan masyarakat sangat tinggi,” tuturnya.
Dekan Sekolah Vokasi UGM, Prof. Dr.-Ing. Ir. Agus Maryono, dalam laporannya menyampaikan keberhasilan penyelenggaraan Inovokasia yang diisi pameran inovasi, career days, serta talkshow yang dihadiri ribuan pengunjung. “Alhamdulillah pengunjungnya sekitar tiga ribuan. Saya menemui beberapa peserta industri yang menyatakan sangat puas karena banyak mahasiswa yang hadir dan mencari kesempatan untuk magang dan sebagainya,” ujarnya.
Agus juga menekankan bahwa Sekolah Vokasi UGM secara rutin menyelenggarakan career days dua kali setahun, terbuka untuk mahasiswa UGM, kampus lain, hingga siswa SMA/SMK. “Dengan demikian kita harapkan, kita berbagi, supaya semaksimal mungkin generasi muda mendapatkan tempat yang mereka idam-idamkan untuk bekerja kedepannya,” ucap Agus.
HUMAS PEMDA DIY