Sleman,REDAKSI17.COM-Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di Kota Yogyakarta. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang digelar oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta di Victoria Hotel, Selasa (11/11/2025).
Dalam paparannya, Wawan menjelaskan bahwa arah pembangunan Kota Yogyakarta saat ini berfokus pada sinergi berbagai unsur melalui model kolaborasi Heptahelix. Model ini melibatkan tujuh unsur penting, yakni Pemerintah, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, Komunitas atau Masyarakat, Media, Lembaga Keuangan, dan Inovator Teknologi.
“Ketujuh unsur ini tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing memiliki peran strategis yang harus saling melengkapi. Kolaborasi Heptahelix menjadi kunci dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di Kota Yogyakarta,” ujar Wawan.
Ia menegaskan bahwa pembangunan berkelanjutan bukan hanya tugas pemerintah semata, melainkan hasil dari gotong royong seluruh elemen masyarakat.
Karena itu, lanjutnya, Pemerintah Kota Yogyakarta terus berupaya menciptakan ekosistem yang kondusif agar kolaborasi antarunsur dapat berjalan efektif dan berdampak nyata bagi masyarakat.
Untuk memperkuat kolaborasi tersebut, Wawan menjelaskan bahwa Pemkot Yogyakarta telah melakukan berbagai langkah strategis. Di antaranya melalui pembentukan Forum Kolaborasi Daerah (FKD) lintas unsur, integrasi perencanaan lintas sektor melalui platform digital, peningkatan kapasitas SDM dan literasi kolaborasi, penyusunan regulasi pendukung, serta evaluasi dampak kolaboratif secara berkala.
“kami ingin memastikan bahwa kolaborasi ini tidak berhenti di konsep. Harus ada aksi nyata, hasil yang dirasakan masyarakat, dan perubahan yang terukur. FKD menjadi wadah untuk menyatukan langkah dan menyinergikan visi dari berbagai pihak,” tambahnya.
Lebih lanjut, Wawan menekankan bahwa kolaborasi tidak hanya berorientasi pada pemberdayaan ekonomi, tetapi juga bertujuan memperkuat nilai kebersamaan dan kepedulian sosial antarwarga.
Ia menilai bahwa kemajuan suatu kota tidak hanya diukur dari pembangunan fisik atau pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari seberapa kuat solidaritas sosial masyarakatnya.

“Semangat ini bukan sekadar tentang bantuan, tetapi tentang saling menopang. Dengan kolaborasi, semua pihak menjadi bagian dari solusi untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan di Kota Yogyakarta,” tegasnya.
Menurut Wawan, dengan pendekatan kolaboratif dan semangat gotong royong, pembangunan yang inklusif dan berkeadilan dapat benar-benar terwujud.
Kota Yogyakarta, lanjutnya, ingin menjadi contoh bagaimana kekuatan kebersamaan dan keterbukaan antarunsur dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Dunia usaha membawa sumber daya dan inovasi, akademisi memberikan riset dan solusi, media menjadi jembatan informasi, sementara komunitas dan masyarakat adalah penggerak di lapangan. Semua unsur ini harus berjalan beriringan,” katanya.
Dengan semangat Heptahelix, pihaknya berharap kolaborasi lintas sektor dapat terus tumbuh dan mengakar dalam berbagai bidang pembangunan mulai dari ekonomi kreatif, sosial, lingkungan, hingga teknologi.
“Pendekatan kolaboratif inilah yang menjadi fondasi utama Kota Yogyakarta dalam mewujudkan kota yang berdaya, inklusif, dan berkelanjutan,” bebernya.
Sementara itu, Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Prof. Mohamad Irhas Effendi, dalam sambutannya menjelaskan bahwa tema yang diangkat dalam seminar kali ini adalah “Kampus Berdampak: Implementasi Heptahelix dalam Transformasi Pengabdian Masyarakat”.
Menurutnya, perguruan tinggi memiliki kewajiban melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat. Dalam konteks perkembangan saat ini, lanjutnya, kegiatan pengabdian tidak cukup hanya bersifat seremonial atau sporadis, tetapi harus memberikan dampak nyata, berkelanjutan, dan terukur bagi masyarakat.
“Kebijakan Kampus Berdampak hadir untuk menegaskan peran perguruan tinggi sebagai motor penggerak perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Perguruan tinggi harus menjadi pusat inovasi yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa melalui seminar nasional ini, UPN Veteran Yogyakarta berharap dapat menciptakan forum akademis sekaligus wadah kolaborasi yang mempertemukan berbagai pihak untuk berbagi pengalaman, inovasi, dan strategi dalam implementasi Heptahelix menuju Kampus Berdampak.
“Kami berharap kegiatan ini tidak berhenti di tataran wacana, tetapi melahirkan jejaring kerja nyata antara akademisi, pemerintah, dunia usaha, media, dan masyarakat,” pungkasnya.



