Kepala Badan Standar, Kurikulum, kemudian Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo mengatakan, perubahan utama yang dihadirkan Kurikulum Merdeka, yakni mengutamakan materi pembelajaran yang tersebut esensial, diharapkan dapat menyokong perkembangan anak berdasarkan minat kemudian bakat yang dimaksud dimiliki.
“Melalui Kurikulum Merdeka, guru bukan dibebani dengan terlalu banyak materi sehingga sanggup tambahan fokus pada proses pembelajaran. Guru juga memperoleh fleksibilitas untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan belajar murid. Dengan demikian murid pun dapat menggali minat dan juga bakatnya lebih tinggi mendalam,” kata Anindito Aditomo.
Anindito juga menjelaskan, perubahan kurikulum bukan sekadar perubahan administrasi semata, melainkan sebagai upaya untuk mentransformasi sekolah menjadi tempat di dalam mana semua anak, apapun minat lalu bakat maupun prospek kecerdasan merek bisa jadi merasa diterima, dirawat, serta ditantang untuk tumbuh menjadi versi terbaik dari diri mereka.
Hal senada disampaikan Plt Kepala Pusat Kurikulum dan juga Pembelajaran Kemendikbudristek, Zulfikri Anas Kurikulum Merdeka merupakan alat bantu bagi peserta didik agar tumbuh juga berkembang sesuai dengan fitrah serta potensinya.
“Kurikulum Merdeka sebagai alat bantu tentunya memudahkan bagi guru dalam mendampingi anak-anak juga memudahkan peserta didik untuk mengenali serta mengembangkan potensinya sejak dini,” jelas Zulfikri.
Zulfikri mengungkapkan fokus terhadap materi esensial menjadi kekuatan dari Kurikulum Merdeka. Hal yang disebut meluruskan persepsi selama ini yang dimaksud menganggap bahwa kurikulum yang mana unggul, diukur berdasarkan banyaknya materi yang mana disampaikan kepada anak.
“Kekuatan sebuah kurikulum bukan terletak dari banyaknya materi yang disampaikan dan juga diserap oleh anak, tetapi lebih tinggi kepada kemampuan kurikulum itu memberikan kekuatan kepada anak menghadapi persoalan ke depan,” tutup Zulfikri.
“Saat ini, Kurikulum Merdeka telah dilakukan diimplementasikan secara sukarela oleh tambahan dari 80 persen satuan institusi belajar di area Indonesia,” tambah Anindito.