Umbulharjo,REDAKSI17.COM –  KORPRI Kota Yogyakarta resmi meluncurkan Gerai Ritel KORPRI Yogyakarta Official Store (KYOS) X WIWARA di Jalan Batikan No. 20, Tahunan. KYOS diresmikan secara langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, Jumat (14/11). Gerai ritel baru ini merupakan hasil kerja sama Korpri Kota Yogyakarta dengan KPRI Wiwara sebagai langkah konkret memperluas usaha koperasi PNS ke sektor riil.

Hasto mengapresiasi inisiatif Korpri membuka usaha berbasis toko kelontong tersebut. Menurutnya, selama ini koperasi PNS cenderung hanya bergerak pada layanan simpan pinjam yang lebih banyak berfokus pada pinjaman. Pihaknya juga menekankan pentingnya koperasi PNS tidak bergantung pada pendapatan simpan pinjam semata. Ia mengingatkan bahwa koperasi harus bergerak di sektor riil agar manfaatnya dirasakan lebih luas oleh anggota maupun masyarakat.

“Namanya bagus, KYOS. Korpri Yogyakarta Official Store. Inovatif dan kreatif,” ujarnya,” ungkapnya.

Wali Kota meminta KYOS berperan tidak hanya sebagai toko ritel, tetapi juga sebagai stabilisator harga kebutuhan pokok—mirip dengan fungsi Kios Segoro Amarto yang dikelola Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.

Ia menegaskan pentingnya sinergi antara koperasi Korpri dengan pemerintah daerah, termasuk kemungkinan menjalin kerja sama dengan Bulog dan principal pangan.

“Saya berharap KYOS bisa seperti Segoro Amarto, ikut menyanggah harga ketika terjadi kenaikan. Kalau harga naik, di sini bisa jadi penyeimbang, bisa jadi tempat warga mendapatkan harga yang stabil,” jelasnya.

Wali Kota Yogya, Hasto Wardoyo berkeliling di KYOS

Menurut Hasto, KYOS harus bisa menjadi kios ramah warga. Melalui CSR dari berbagai principal atau perusahaan bisa digunakan tidak dinikmati internal koperasi, tetapi diolah untuk menurunkan harga kebutuhan pokok bagi masyarakat sekitar. Ia berharap melalui strategi itu, KYOS dikenal sebagai tempat belanja murah dan berpihak pada warga.

“Misal, tadi dilaporkan dapat CSR Rp8 juta. Dibuat kupon, dibagi ke warga sekitar di sini, ada dua kelurahan dengan cara apa? Menurunkan harga beras, minyak, apalagi, gula, sampai Rp8 juta itu habis. Kalau Rp8 juta sudah habis, baru harganya normal kembali. Tapi baru mau normal sudah dapat CSR lagi,” jelas Hasto.

Selain menjual produk kebutuhan harian, Wali Kota mendorong KYOS untuk memberi ruang lebih besar bagi produk lokal masyarakat. Menurutnya, toko ini harus menjadi etalase bagi produk UMKM, termasuk kuliner, hasil ternak, hingga kerajinan. Ia mencontohkan produk air minum kemasan “Air Jogja” yang juga dibawanya.

“Nah, menurut saya ini harus dilariskan di sini. Harapan saya, kios ini nantinya bisa mengakomodasi hasil-hasil dari masyarakat—entah itu telur, ikan, peyek, atau produk-produk lokal lainnya. Itu bisa jadi sarana promosi. Kalau perlu, usaha KORPRI juga bisa merambah ke konveksi. Jadi, kalau mau seragam Batik Segoro Amarto, ya harusnya juga bisa. Intinya, hal penting berikutnya adalah bagaimana kita bisa melariskan produk kita sendiri. Itu yang paling penting,” terang Hasto.

Dengan pola tersebut, Hasto berharap KYOS semakin dikenal sebagai tempat belanja murah namun tetap berkualitas. Ia menilai prinsip pelayanan publik dan keberpihakan kepada masyarakat menjadi pembeda utama antara KYOS dan jaringan toko ritel modern lainnya.

Pada kesempatan ini, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo juga mewisuda tiga Rekan KYOS lulusan inkubasi diantaranya Bambang Purambono dari Kemantren Danurejan, Cahyo Wibowo dari Diskominfosan dan Tri Paryati dari RS Pratama. Selain itu juga menyerahkan secara simbolis paket sembako kepada warga sekitar KYOS.

KYOS di Jalan Batikan Nomor 20 Tahunan

Sekretaris KORPRI Kota Yogyakarta, Dedi Budiono, menjelaskan bahwa KYOS hadir dengan dua fungsi utama, yaitu sebagai inkubasi bisnis ASN dan masyarakat yang ingin memulai usaha. Serta sebagai toko sembako murah yang berkolaborasi dengan Koperasi Wiwara.

“Kios ini berfungsi sebagai laboratorium bisnis. ASN dan warga yang ingin mengembangkan usaha akan dibina dan dibimbing oleh pendamping Kios,” kata Dedi.

Lebih lanjut, ia menjelaskan program inkubasi bisnis KORPRI telah berjalan selama enam bulan terakhir. Prosesnya dimulai dengan menjaring sekitar 114 anggota KORPRI yang berminat mengembangkan usaha. Dari jumlah tersebut, 13 orang mengikuti proses pendampingan intensif, dan tiga ASN dinyatakan lulus sebagai peserta angkatan pertama.

“Ketiga peserta ini, kini sudah memiliki usaha masing-masing dan hari ini kita wisuda sebagai Rekan KYOS. Harapannya, jumlah rekan Kios terus bertambah sehingga distribusi produk-produk KORPRI menjadi semakin lancar,” ujar Dedi.

Pada acara peresmian ini, Dedi mengungkapkan KYOS menggelar penjualan sembako murah dengan dukungan CSR dari berbagai pihak. CSR yang terkumpul mencapai Rp8 juta yang berasal dari Korpri, Koperasi Wiwara, Bank BPD DIY, dan Bank Jogja.

CSR tersebut kemudian dikonversi menjadi diskon harga untuk minyak, beras, dan mi instan. Kupon sebanyak 100 lembar telah dibagikan melalui kelurahan dan RW dengan sasaran keluarga pra-sejahtera dan penggerobak. Selain itu, disiapkan pula 50 paket sembako untuk masyarakat sekitar.

Pihaknya juga menegaskan bahwa KYOS bukan hanya toko ritel biasa, tetapi juga percontohan unit usaha koperasi yang inklusif dan terbuka bagi warga sekitar. Selain melatih ASN berwirausaha, KYOS juga menjalankan fungsi sosial dengan menjual produk murah untuk masyarakat.

“Toko ini percontohan, tapi sekalian kami manfaatkan untuk pengabdian masyarakat dengan menghadirkan harga yang murah dan terjangkau,” ujarnya.

 

Salah satu lulusan inkubasi, Bambang Purambono, membagikan pengalamannya membangun usaha hingga akhirnya menjadi Rekan KYOS. Ia menceritakan bahwa awalnya ia mulai berusaha karena kebutuhan tambahan finansial.

“Waktu itu kami sudah menjadi ASN, tapi karena kekurangan finansial, kami mulai usaha untuk menambah pendapatan,” ujarnya.

Perjalanan usahanya beberapa kali berubah arah dari jualan online, kuliner, jasa saat pandemi, hingga akhirnya mendapatkan relasi dengan Pertamina dan membuka pangkalan LPG. Usahanya kemudian berkembang menjadi toko kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan pokok.

“Usaha ini berjalan kurang lebih sudah lima tahun. Dari kecil, sedikit demi sedikit berkembang. Setelah ikut program inkubasi KORPRI, kami mendapatkan pengetahuan, relasi, dan jaringan untuk mengembangkan bisnis,” jelas Bambang.

Saat ini ia fokus pada ritel sembako dan bahan kebutuhan dapur, dengan tujuan meningkatkan skala bisnis agar tidak hanya menjadi usaha sampingan, tetapi usaha yang lebih besar dan berkelanjutan.