Home / Ekobis / Lagi Rajin Ekspor, RI Tolak Mentah-Mentah Daging Ayam dan Telur Impor

Lagi Rajin Ekspor, RI Tolak Mentah-Mentah Daging Ayam dan Telur Impor

Lagi Rajin Ekspor, RI Tolak Mentah-Mentah Daging Ayam lalu Telur Impor

Bogor, MUJA MUJU UH 2 / 1096 – Meski Indonesia kerap dijegal oleh Uni Eropa lalu sudah pernah dinyatakan kalah oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Kementerian Pertanian (Kementan) memverifikasi tidaklah ada satu kilogram (kg) pun daging ayam ataupun telur ayam segar yang mana digunakan bocor masuk dari luar negeri.

“Alhamdulillah sampai dengan saat ini, padahal kita kalah di area dalam WTO, kita bukan pernah kemasukan sekilo pun daging ayam atau telur ayam segar dari luar negeri,” kata Direktur Perbibitan juga Produksi Direktorat Jenderal Peternakan serta Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda dalam Seminar Perunggasan di tempat dalam IICC Botani Square, Bogor, Rabu (24/1/2024).

Tentunya, lanjut dia, hal itu menjadi prestasi bagi Indonesia kemudian harus tetap dipertahankan. Untuk itu, menurutnya isu over supply yang dimaksud tengah terjadi sekarang ini seharusnya menjadi manfaat bagi Indonesia.

“Bukan belaka sekali memproteksi kita dari masuknya daging ayam dari luar, tapi yang mana digunakan paling penting lagi bagaimana industri ini menyediakan sumber protein hewani yang mana terjangkau bagi masyarakat kita yang saat ini masih membutuhkan,” ujarnya.

Peternak memanen telur dalam salah satu peternakan ayam petelur di area tempat Gunung Sindur, Jawa Barat, Rabu (24//5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Peternak memanen telur dalam salah satu peternakan ayam petelur dalam area Gunung Sindur, Jawa Barat, Rabu (24//5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Peternak memanen telur di dalam dalam salah satu peternakan ayam petelur pada dalam Gunung Sindur, Jawa Barat, Rabu (24//5). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Tak semata-mata itu, Agung mengatakan industri perunggasan sudah pernah lama menjadi salah satu penghasil devisa negara, dalam mana nilai ekspor hasil peternakan Januari-Juli 2023 senilai US$ 790,7 jt atau setara dengan Rp12,4 triliun (asumsi kurs Rp15.712/US$).

“Subsektor peternakan ini menjadi penghasil devisa negara. Ekspor kita sudah mengalami peningkatan, nilainya sekitar 9,56% lalu volumenya 15,36% lebih banyak tinggi tinggi dibandingkan tahun 2022,” ungkapnya.

Agung menyebut komoditas peternakan Indonesia saat ini sudah berhasil menembus beberapa negara yang mana sebelumnya sangat sulit untuk diekspor barang unggas, salah satunya Singapura.

“Dan kita juga sudah lama masuk jepang,” lanjutnya.

“Ini merupakan bukti bahwa industri perunggasan kita sebetulnya sudah siap untuk mampu bersaing dalam tingkat global. Dan hambatan yang mana dimaksud kita hadapi harus sama-sama kita selesaikan, sebab pemerintah tak mungkin mampu menyelesaikan kesulitan ini sendiri, tentu harus ada kolaborasi bersama antara pemerintah, perguruan tinggi, kemudian juga paling penting adalah bagaimana hambatan ini dapat diselesaikan oleh pelaku perunggasan itu sendiri,” pungkasnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *