GONDOKUSUMAN,REDAKSI17.COM — Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, secara resmi meluncurkan motif baru Batik Segoro Amarto di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN), Kamis (22/5). Peluncuran ini menjadi simbol semangat pelestarian sekaligus inovasi batik yang telah melekat kuat dalam identitas Kota Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.

“Kami bersyukur bisa melaunching batik karya kita sendiri, yakni motif baru Batik Segoro Amarto. Dengan kreativitas dari para seniman pembatik dan para desainer. Batik ini menjadi bagian karya untuk Kota Yogyakarta dan menjadi intangible dalam bentuk desain batik yang terkini,” jelas Hasto saat ditemui.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, saat meresmikan motif baru Batik Segoro Amarto di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN), Kamis (22/5).

Hasto mengungkapkan, motif baru Batik Segoro Amarto merupakan transformasi dari motif batik lama dengan penyegaran desain, namun tanpa meninggalkan makna filosofis aslinya.

Dimana dalam motif baru Batik Segoro Amarto tercermin motif Peksi Bulu 10 sebagai tanda jaman yang dibuat diera Sri Sultan Hamengkubuwono X yang bermakna untuk terus maju dan berkembang. Motif Cepek papat atau sedulur papat menjadi pelindung manusia dalam kandungan hingga akhir.

Selain itu, motif asem jawa yang bermakna sinom dan sengsem yakni semangat muda dan senantiasa menyenangkan, motif canting sebagai Kota Batik Dunia, dan motif ceplok belah papat menjadi lambang air sebagai sumber kehidupan dan representasi dari segara amarta.

Hasto juga menyempatkan berkeliling ke ruang-ruang yang ada di PDIN.

Tak hanya itu, dalam Batik Segoro Amarto juga terdapat motif truntum lima yang bermakna 5 butir Pancasila, motif pelita sebagai harapan penerang dalam kehidupan, motif sawo kecik ‘sarwo becik’ senantiasa diberikan kebaikan, motif tugu pal putih sebagai manunggaling kawulo lan gusti serta motif buku dan pena sebagai Kota Yogyakarta merupakan Kota Pendidikan dan Kota Pelajar.

Desain pemenang karya Aruman, yang dipilih melalui lomba perancang motif batik, dipoles lebih lanjut oleh para kurator demi mempertahankan nilai estetika dan filosofi batik klasik yang khas Kota Yogyakarta.

Hasto menegaskan, batik harus menjadi elemen produktif yang mampu mendorong ekonomi masyarakat. Dengan total hampir 6.000 pegawai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkot Yogyakarta, nantinya Batik Segoro Amarto akan dipakai setidaknya dalam seminggu sekali, serta siswa dari tingkat SD hingga SMA yang turut diwajibkan mengenakannya. Produksi batik ini diharapkan memberi dampak ekonomi nyata bagi pengrajin batik di Kota Yogyakarta.

“Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sudah ada, cap juga sudah ada. Tinggal kita bentuk kelompok. Koperasi Merah Putih pun bisa langsung berkarya dalam bentuk koperasi yang sifatnya bukan untuk sektor jasa, tetapi produksi yang real. Ini untuk mengurangi jumlah koperasi yang hanya melayani simpan pinjam,” ungkapnya.

Pada kesempatan ini, Hasto menyempatkan untuk menilik kegiatan yang ada di PDIN. Pihaknya menyoroti pentingnya pengembangan PDIN sebagai satu-satunya pusat desain industri di Indonesia. “PDIN ini berpotensi nasional dan internasional. Kalau ini tidak berkembang, sangat sayang. Harapan saya, kedepan ruang ini harus produktif,” ujarnya.

Saat ditemui, Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo menambahkan, Koperasi Merah Putih akan menjadi garda depan dalam produksi dan pemasaran motif baru Batik Segoro Amarto.

Dengan hampir 100 anggota pengrajin batik, koperasi ini akan diberdayakan untuk memastikan produksi tetap berada di tangan warga Yogyakarta. “Koperasi akan membantu bahan baku dan pemasaran. Harapannya anggota bisa memproduksi dari rumahnya. Untuk pembelian, konsumen juga diarahkan melalui koperasi. Ke depan, koperasi ini juga akan membina pembentukan lima koperasi kecil untuk pemerataan produksi dan distribusi,” ujarnya.

Sementara itu, Pemenang lomba perancang motif baru batik Segoro Amarto, Aruman mengatakan, desain batik Segoro Amarto dalam finishingnya dibantu oleh para kurator. Namun, unsur yang digali dalam batik yang dibuat tidak terlepas dari simbol Segoro Amarto yang berarti Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto.

Pemenang lomba perancang motif baru batik Segoro Amarto, Aruman saat menerima hadiah.

“Saya menggabungkan gambar tugu jogja, buku, pulpen, pelso bulu 10, truntum, dan canting sebagai kota batik dunia, serta segoro amarto atau gunungan. Selain itu, unsur yang lain ditambahkan oleh para kurator seperti asam jawa dan sawo kecik. Semua unsur tersebut tetap mempertahankan motif batik yang lama dan bentuk penyegaran,” katanya.

Ia berharap, dengan regulasi yang dibuat, motif baru batik Segoro Amarto dapat menghidupkan kembali penjualan produk lokal. Sehingga perekonomian Kota Yogyakarta semakin meningkat.