Jakarta,REDAKSI17.COM – Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyinggung persoalan polemik impor kereta bekas yang yang disebut sempat ramai untuk KRL Jabodetabek lalu juga kinerja kereta LRT Jabodebek yang mana mengalami hambatan setelah beroperasi sebulan. Menurut Ketua Umum MTI Tory Damantoro, polemik yang disebut sudah memunculkan catatan tentang pentingnya sektor perindustrian dalam bangunan kereta perkotaan.
Untuk itu, MTI menggalakkan agar Kementerian Perindustrian penting membangun industri kereta yang mana digunakan masuk dalam kategori industri hijau akibat dampak penggunaannya yang digunakan yang rendah emisi karbon.
“Kalau kita MTI melihatnya adalah ini pemerintah harus mulai serius untuk membangun industri kereta api, selama ini kereta api counter part-nya semata-mata PT KAI. Nah ini MTI menggalakkan ada industri,” ungkap Tory dalam Konferensi Pers Catatan Akhir Tahun MTI 2023 dalam Stasiun KCIC Halim Jakarta, Rabu (27/12/2023).
Adapun alasan pihaknya menyarankan agar pemerintah membangun industri kereta api, akibat untuk pembangunan LRT Jabodebek sepanjang 42 km biayanya Rp31 triliun. Pembangunan LRT Jabodebek sepenuhnya diproduksi oleh PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA.
![]() Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyinggung persoalan polemik impor kereta bekas yang hal tersebut sempat ramai untuk KRL Jabodetabek kemudian kinerja kereta LRT Jabodebek. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky). |
Sementara untuk pengerjaan Kereta Cepat Whoosh biayanya Rp114 triliun. Untuk rolling stock Kereta Cepat Whoosh masih impor akibat diproduksi oleh CRRC Qingdao Sifang asal China.
Sedangkan satu lagi proyek perkeretaapian Indonesia yang mana masih impor adalah MRT Jakarta. Sistem perkeretaapian (railway system) serta pekerjaan rel (trackwork) MRT Jakarta dikerjakan oleh Metro One Consortium (MOC) yaitu Mitsui & Co. – Tokyo Engineering Corporation – Kobe Steel, Ltd – Inti Karya Persada Tehnik) kemudian juga CP108 untuk rolling stock oleh Sumitomo Corporation.
Proyek perkeretaapian Indonesia lainnya yang mana dimaksud masih impor adalah KRL dimana masih impor dari Jepang dalam keadaan bekas. Lalu ada LRT Jakarta dimana rolling stock masih diimpor dari Korea Selatan, Hyundai Roterm.
“Belum lagi nanti kalau ada pembangunan MRT tahap 4, tahap 3, juga juga sebagainya. Jadi dengan triliunan rupiah ini harus kemudian secara kritis pemerintah membangun industri kereta api, termasuk rolling stock,” ucapnya.
Untuk itu, MTI menggerakkan INKA untuk fokus memproduksi rolling stock lalu suku cadang agar Indonesia sanggup hanya mandiri membangun industri perkeretaapian Indonesia.
“PT INKA kalau mampu jadi ada jilid 1, jilid 2, serta jilid 3 untuk masing-masing jenis-jenis moda kereta api yang mana digunakan kita butuhkan untuk pengerjaan pada area Indonesia,” tegasnya.