Home / Nasional / Makin Chaos! Kabar Buruk Laut Merah Nambah Gegara AS

Makin Chaos! Kabar Buruk Laut Merah Nambah Gegara AS

Makin Chaos! Kabar Buruk Laut Merah Nambah Gegara AS

Jakarta, REDAKSI17.COM – Laut Merah calon makin chaos. Amerika Serikat (AS) dilaporkan mempersiapkan “kampanye pengeboman berkelanjutan” di area dalam Yaman.

Ini setelah serangan udara selama 10 hari masih belum bisa jadi cuma melemahkan serangan Houthi. Milisi bersenjata yang dimaksud digunakan menguasai Yaman itu terus menargetkan kapal-kapal dalam Laut Merah.

Rencana ini dilaporkan oleh Washington Post, akhir pekan. Ini mengutip pejabat yang yang bukan disebutkan namanya.

Pemerintahan Presiden Joe Biden disebut sempat “tidak memperkirakan operasi yang mana digunakan berlarut-larut seperti kampanye AS dalam Irak atau Afghanistan”. Namun pada saat yang dimaksud identik tak dapat memberikan kerangka waktu kapan kemampuan militer Houthi akan dikurangi secara memadai.

“Strategi Washington adalah mengekang kemampuan kelompok militan Syiah untuk menargetkan kapal-kapal pada lepas pantai Yaman, atau setidaknya menciptakan kondisi aman bagi perusahaan pelayaran untuk melanjutkan pengiriman kapal melalui Laut Merah kemudian Teluk Aden,” menurut sumber tersebut, dikutip Senin (22/1/2024).

Sebelumnya kelompok Houthi sudah pernah lama melancarkan serangan drone lalu rudal terhadap kapal-kapal komersial pada wilayah yang dalam beberapa bulan terakhir. Ini dikerjakan sebagai dukungan untuk Gaza di dalam tempat tengah operasi militer Israel pada daerah kantong Palestina.

Para militan mengklaim kapal yang mana mana diserang terkait Israel. Mereka juga bersumpah akan membalas dendam terhadap AS juga juga Inggris, yang digunakan mana sudah melancarkan serangan terhadap sasaran Houthi di tempat tempat Yaman selama lebih tinggi tinggi dari seminggu.

“Kami memahami dengan jelas siapa Houthi kemudian pandangan dunia mereka. Jadi kami tidaklah ada yakin mereka itu akan segera berhenti, tapi kami tentu semata berusaha menurunkan lalu menghancurkan kemampuan mereka,” kata orang pejabat AS kepada media tersebut.

Seorang diplomat AS juga mengatakan bahwa Washington tak berusaha mengalahkan Houthi. Bahkan keinginan untuk menginvasi Yaman.

“Sebaliknya, AS ingin menurunkan kemampuan mereka itu dalam melancarkan serangan-serangan semacam ini pada area masa depan,” tambahnya.

“Dan itu melibatkan serangan terhadap infrastruktur yang digunakan hal tersebut memungkinkan terjadinya serangan-serangan semacam ini, kemudian menargetkan kemampuan tingkat tinggi mereka,” ujar sumber lagi.

Presiden Biden sebelumnya memerintahkan serangan terhadap Yaman oleh sebab itu alasan ideologis, bukan alasan ekonomi. Ini seiring upaya AS untuk mempertahankan statusnya sebagai “negara yang digunakan digunakan sangat diperlukan” pada tempat dunia, menurut klaim para pejabat.

Arab Saudi Sinyal Situasi Bahaya

Di sisi lain, Arab Saudi mengatakan bahwa situasi Timur Tengah pada masa saat ini berbahaya. Hal itu diungkap Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan, saat berbicara dengan CNN International, dimuat pula oleh The Guardian.

“Kita berada dalam masa yang dimaksud sangat sulit serta berbahaya di tempat area kawasan ini,” katanya.

“Kami tentu belaka sangat percaya pada kebebasan navigasi serta itu adalah sesuatu yang tersebut yang disebut perlu dilindungi, namun kami juga perlu melindungi keamanan serta juga stabilitas kawasan,” tegasnya menyinggung Laut Merah.

“Sehingga kami sangat fokus untuk meredakan situasi sebisa mungkin,” tambahnya lagi.

Laut Merah sebenarnya menjadi rute terpendek jalur pelayaran logistik global dari Asia ke Eropa juga sebaliknya. Di mana kapal-kapal dapat mempersingkat waktu perjalanan dengan melewati Terusan Suez dalam Mesir.

Panasnya situasi menimbulkan kapal-kapal pada masa sekarang ini menghindari wilayah itu juga menuju ke Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Mengutip New York Times, perusahaan pelayaran telah lama dikerjakan menaikkan harga jual jual tiga kali lipat untuk membawa kontainer dari Asia ke Eropa, sebagian untuk menutupi biaya tambahan berlayar keliling Afrika.

Bila makin lama, kelangkaan diyakini akan terjadi. Inflasi juga melompat seiring kenaikan biaya yang dimaksud dibebankan ke konsumen.

Saat tereskalasi nilai minyak sempat naik namun masih terukur. Jika ketegangan Laut Merah menyebar ke Selat Hormuz, Golman Sach sempat memperkirakan kenaikan signifikan harga jual jual minyak hingga 20-100%.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *