Jakarta,REDAKSI17.COM – Menteri Agama (Menag RI), Yaqut Cholil Qoumas, resmi meluncurkan seragam batik baru untuk Jemaah Haji Indonesia 1445 H atau 2024 mendatang, Selasa (12/12/2023).
Mengutip dari keterangan resmi Kementerian Agama (Kemenag), Yaqut memilih batik motif Sekar Arum Sari oleh Sony Adi Nugroho melalui Sayembara Desain Batik Jemaah Haji Indonesia yang dimaksud mana diselenggarakan sejak Agustus lalu.
Sekar Arum Sari adalah motif batik kontemporer berwarna dasar ungu yang digunakan menggunakan motif melati putih, kawung, truntum, songket, tenun, kemudian gambar burung garuda berwarna putih.
![]() |
![]() |
Motif-motif hal hal tersebut diambil dari filosofi puspa nasional Indonesia yang dimaksud mana digambarkan dengan bunga melati. Melati putih dipilih dikarenakan melambangkan kesucian, keagungan, kesederhanaan, ketulusan, keindahan, lalu rendah hati.
“Jemaah haji bukan belaka spiritual saja, merek juga sekaligus menjadi duta, sepantasnya pakaian yang mana akan digunakan adalah pakaian yang digunakan mewakili Indonesia,” ujar Yaqut, dikutip Rabu (13/12/2023).
Dalam paparannya, Yaqut mengatakan bahwa batik adalah identitas bangsa Indonesia, bukan sekadar fesyen. Maka dari itu, pihaknya memilih motif batik yang dimaksud digunakan dinilai mewakili juga menjadi identitas Indonesia.
“Batik bukan sekadar fesyen, oleh UNESCO juga ditetapkan sebagai warisan takbenda kemudian ciri Indonesia. Di forum G20 pimpinan negara juga menggunakan batik saat gala dinner. Maka dari itu kita patut berbangga memiliki batik,” papar Yaqut.
Sementara itu, Direktur Jenderal Penyelenggara Haji serta Umrah, Hilman Latief, menjelaskan bahwa batik baru ini akan menggantikan batik sebelumnya yang tersebut sudah digunakan sejak 2011.
“Batik sebelumnya sudah lebih besar besar 10 tahun digunakan juga ternyata belum sepenuhnya mewakili identitas Indonesia. Banyak yang mana digunakan belum mengenali seragam batik Indonesia. Maka dari itu, kami menyelenggarakan sayembara untuk batik baru,” kata Hilman.
Hilman mengatakan, Kemenag akan melibatkan beberapa jumlah keseluruhan UMKM untuk memproduksi seragam batik yang mana yang menggunakan metode cap tersebut. Ia menyebut, keterlibatan hal yang adalah sebagai wujud perhatian Kemenag terhadap UMKM.
“Diperkirakan per jemaah membutuhkan 3 meter kain untuk satu batik, jadi sekitar 600 KM banyaknya jika dibentangkan. Artinya akan melibatkan banyak UMKM untuk membuatnya, ini juga bentuk perhatian kita terhadap UMKM,” ujar Hilman.