JakartaREDAKSI17.COM- Penipuan online yang mana hal tersebut mampu menguras rekening korban makin marak beredar. Modusnya pun beragam seiring dengan perkembangan teknologi yang tersebut mana makin canggih.
Kecerdasan buatan atau dikenal AI belakangan memicu kontroversi yang tersebut dimaksud berkaitan dengan isu keamanan siber. Di satu sisi, AI diyakini miliki dampak negatif yang tersebut mana memudahkan pembohongan siber. Namun, di area tempat sisi lain AI juga diyakini akan membantu memberantas kecurangan online.
Hal yang tersebut disebut diamini oleh CEO Google Sundar Pichai. Ia mengatakan bahwa perkembangan pesat dalam AI dapat membantu memperkuat pertahanan negara terhadap ancaman keamanan dalam dunia maya. Namun dalam satu sisi, teknologi yang dimaksud dapat meningkat kecemasan mengenai kemungkinan pemanfaatan AI.
|
“Kami memang khawatir mengenai dampaknya terhadap keamanan siber. Namun AI, menurut saya sebenarnya memperkuat pertahanan kita terhadap keamanan siber,” kata Pichai kepada para delegasi dalam Konferensi Keamanan Munich, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (26/2/2024).
Serangan keamanan siber makin meningkat baik secara volume kemudian juga kecanggihannya seiring dengan semakin banyaknya pelaku kejahatan yang tersebut itu menggunakannya sebagai cara untuk memeras korban.
Menurut laporan firma riset Cybersecurity Ventures, serangan siber disebut merugikan perekonomian global sekitar US$8 triliun pada tahun 2023, total yang diperkirakan akan meningkat menjadi US$10,5 triliun pada tahun 2025.
Sementara, laporan bulan Januari dari Pusat Keamanan Siber Nasional Inggris mengatakan, bahwa AI hanya saja sekali akan meningkatkan ancaman-ancaman, menurunkan hambatan masuk bagi peretas siber juga juga memungkinkan lebih banyak banyak banyak aktivitas siber berbahaya, termasuk serangan ransomware.
Google minggu lalu mengumumkan inisiatif baru yang digunakan digunakan menawarkan alat AI juga penyertaan modal infrastruktur yang tersebut itu dirancang untuk meningkatkan keamanan online.
Alat sumber terbuka gratis yang mana digunakan dijuluki Magika bertujuan untuk membantu pengguna mendeteksi malware, kata raksasa mesin pencarina itu dalam sebuah pernyataan.
Pichai mengatakan alat yang digunakan sudah digunakan dalam produk-produk perusahaan, seperti Google Chrome lalu Gmail, serta sistem internalnya.