Mantrijeron,REDAKSI17.COM-Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, pada Selasa pagi (25/11/2025) meninjau langsung kegiatan pengolahan sampah mandiri di Kelurahan Gedongkiwo, Kemantren Mantrijeron.

Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk memastikan gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (MAS JOS) berjalan efektif di tingkat kelurahan.

Dalam peninjauan tersebut, Aman melihat secara langsung berbagai metode pengolahan sampah yang telah dijalankan warga, mulai dari pemilahan sampah rumahan hingga pemanfaatan fasilitas biopori jumbo.

Ia menyatakan kekagumannya terhadap komitmen masyarakat Gedongkiwo yang dinilai telah menjadi contoh baik bagi kawasan lain di Kota Yogyakarta.

“Saya sangat mengapresiasi masyarakat Gedongkiwo. Ini bukti nyata bahwa gerakan MAS JOS bukan hanya slogan, tetapi benar-benar dipraktikkan dengan disiplin oleh warga,” ujar Aman.

Aman menambahkan, keberhasilan tersebut menunjukkan bahwa kesadaran kolektif warga akan pentingnya pengolahan sampah sudah tumbuh dengan kuat.

Ia berharap hal serupa dapat diterapkan oleh seluruh warga Kota Yogyakarta, sehingga mampu menekan timbunan sampah harian yang selama ini menjadi tantangan kota.

“Harapan kami, semua warga Kota Yogya bisa meniru langkah ini. Pengolahan sampah mandiri adalah kunci untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke depo maupun TPA,” tegasnya.

Sementara itu, Mantri Pamong Praja Mantrijeron, Narotama, menjelaskan bahwa masyarakat Gedongkiwo telah menunjukkan kedisiplinan yang sangat baik dalam pengolahan sampah rumah tangga.

Ia menjelaskan bahwa warga telah melakukan pemilahan sampah ke dalam beberapa kategori utama, yakni sampah organik, sampah anorganik, dan sampah residu.

Bahkan untuk sampah organik, warga telah melakukan pemilahan lebih spesifik lagi menjadi dua jenis yakni sampah organik basah mentah, seperti sisa sayuran atau bahan makanan yang belum dimasak dan sampah organik basah matang, seperti sisa makanan yang telah diolah.

Salah satu biopori yang ada di kantor Kelurahan Gedongkiwo.

Ia juga mengungkapkan bahwa Gedongkiwo kini memiliki 23 biopori jumbo. Untuk pengelolaannya adalah dari swadaya masyarakat. Biopori jumbo ini menjadi salah satu cara efektif warga mengolah sampah organik sekaligus meningkatkan daya serap tanah terhadap air.

Tidak hanya berada di permukiman warga, biopori juga dibuat di kawasan kantor kelurahan. Langkah ini menunjukkan komitmen bersama antara pemerintah kelurahan dan masyarakat dalam memperkuat pengelolaan lingkungan.

“Tahun depan rencananya akan dilakukan panen serentak biopori jumbo. Ini menjadi momentum untuk menunjukkan bahwa pengolahan sampah berbasis lingkungan benar-benar memberikan hasil,” ujarnya.

Sebagai langkah lanjutan, Kelurahan Gedongkiwo juga tengah mempersiapkan pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berbasis kelurahan pada tahun 2026.

Fasilitas ini dirancang untuk memperkuat sistem pengolahan sampah mandiri yang sudah berjalan saat ini.

Dengan adanya TPST terpadu, lanjutnya, warga Gedongkiwo nantinya tidak lagi harus membawa sampah organik dan anorganik ke depo. Jadi ya dibawa ke depo hanya sampah residu saja.

“Kalau TPST sudah beroperasi, warga tidak perlu ke depo. Jadi pengolahan lebih dekat, efisien, dan bisa meminimalkan volume sampah,” tambah Narotama.