MANTRIJERON,REDAKSI17.COM -Masjid Ngadinegaran yang berada di kawasan sumbu filosofi Yogyakarta tampil baru dan megah usai direnovasi. Bangunan baru memadukan gaya arsitektur Jawa dan Indis. Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi renovasi Masjid Ngadinegaran yang mengikuti regulasi tata ruang. Keberadaan Masjid Ngadinegaran menjadi penanda spiritual dan kultural yang menyatukan nilai-nilai keislaman dengan filosofi tata ruang Yogyakarta.
Hasil renovasi Masjid Ngadinegaran tahap I diresmikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Jumat (31/10/2025). Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo juga menyempatkan hadir menyambut kedatangan Haedar  di Masjid Ngadinegaran.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyambut kedatangan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir yang hadir meresmikan hasil renovasi Masjid Ngadinegaran. 

Hasto dalam sambutan yang dibacakan Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta Yunianto Dwisutono mengatakan mewakili Pemkot Yogyakarta, menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berperan aktif dalam proses renovasi tahap pertama Masjid Ngadinegaran. Mulai dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah Ngadinegaran, jamaah masjid, tokoh masyarakat, serta para dermawan demi kemaslahatan umat.
“Renovasi Masjid Ngadinegaran ini bukan hanya wujud pembenahan fisik bangunan semata. Tetapi juga tanda nyata semangat umat dalam menjaga warisan keagamaan, kebudayaan, dan peradaban Islam di Kota Yogyakarta,” kata Yunianto membacakan sambutan Wali Kota Yogyakarta.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemkot Yogyakarta Yunianto Dwisutono membacakan sambutan Wali Kota Yogyakarta. 

Dia menyatakan Masjid Ngadinegaran adalah salah satu masjid yang berdiri di jalur Sumbu Filosofi Yogyakarta yang telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Menurutnya keberadaan masjid ini memiliki makna yang dalam. Bukan hanya rumah ibadah, melainkan juga penanda spiritual dan kultural yang menyatukan nilai-nilai keislaman dengan filosofi tata ruang Yogyakarta. Nilai itu yakni ada keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan alam semesta. Oleh sebab itu menjaga dan merawat masji berarti pula menjaga nilai-nilai luhur Yogyakarta sebagai kota berbudaya dan beriman.
“Saya berharap Masjid Ngadinegaran ke depan dapat terus menjadi ikon spiritual di kawasan Sumbu Filosofi. Menjadi contoh bagaimana nilai religiusitas dan budaya dapat hidup berdampingan secara harmonis. Kita ingin masjid ini tidak hanya kokoh bangunannya, tetapi juga hidup kegiatannya dengan pengajian, dakwah, pendidikan, kegiatan sosial dan pemberdayaan umat,” terangnya.

Penandatanganan prasasti oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menandai peresmian hasil renovasi tahap I Masjid Ngadinegaran. 

Sementara itu Perwakilan Takmir Masjid Ngadinegaran Yuwono Sri Suwito menjelaskan sejarah bangunan induk Masjid Ngadinegaran  dibangun sekitar 1979 dan selesai tahun 1980. Dalam perkembang masjid tidak dapat menampung semua jamaah terutama di hari Jumat, sehingga perlu dilakukan renovasi. Sekaligus menyesuaikan garis sempadan jalan yang ditetapkan Pemkot Yogyakarta. Kemudian dilakukan pembangunan renovasi Masjid Ngadinegaran tahap pertama mulai Januari 2024 dan selesai dengan dana sekitar Rp 2,6 miliar serta diresmikan 31 Oktober 2025.
“Sesuai regulasi yang berlaku arsitektur bangunan di sumbu filosofi antara Panggung Krapyak sampai Kraton Yogyakarta memiliki gaya arsitektur bangunan antara lain tradisional Jawa, tradisional kerayakatan dan atau Indis. Karena masjid ini (Ngadinegaran) dibuat bertingkat bangunan masjid memadukan gaya arsitektur Jawa untuk bangunan atap dan arsitektur Indis pada bangunan badan dan kaki,” jelas Yuwono.

Bagian atap Masjid Ngadinegaran menggunakan arsitektur Jawa dengan atap masjid bersusun tiga. 

Dia menerangkan atap masjid bersusun tiga, atap atas berbentuk tajuk atau limas piramida sedangkan bawahnya limas terpancung. Puncak atas dihiasi mustaka tapi bukan dengan kubah. Atap tumpang dan mustaka masjid memiliki makna pencapaian kesempurnaan hidup manusia melalui tahapan kehidupan yakni syariat, tarekat, hakikat, dan ma’rifat. Atau, dalam tujuan Islamiyahnya adalah iman, Islam, dan ihsan untuk mencapai derajat taqwa.
Sedangkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir memberikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Mantrijeron dan takmir masjid, serta seluruh pihak yang membangun kembali Masjid Ngadinegaran. Dia menilai perpaduan kebudayaan dan syariat Islam antara Islam dan Kraton atau kebudayaan Yogyakarta adalah satu kesatuan yang tidak dipisahkan. Dia mengajak kaum muslimin memaknai hal yang substantif atas hasil renovasi Masjid Ngadinegaran, bukan sebatas simbol penanda.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan sambutan. 

“Harapan saya jadikan masjid ini bukan hanya sebagai pusat ibadah yang membentuk imam dan takwa. (Tapi juga) untuk mendidik anak-anak, dan juga menjadi tempat menyebarkan kebudayaan berbasis pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dan membangun relasi sosial dengan semua warga masyarakat yang berbeda agama,” pungkas Haedar.