Jakarta,REDAKSI17.COM – Kemenangan Presiden pada Pilpres 2014, bukan hanya saja menjadi simbol kemenangan bagi PDIP atau partai pengusungnya, tetapi juga simbol keberhasilan para relawan.
Salah satunya relawan Pro Jokowi (Projo). Pada akhir pekan ini akan menggelar Rakernas yang digunakan mana mengumumkan arah dukungan dia di . Eksistensi dia masih terjaga.
Projo juga mewakili kelompok relawan yang tersebut dianggap berhasil. Ketua Umumnya, Budi Arie Setiadi ditunjuk Presiden Jokowi sebagai Menteri Komunikasi lalu Informatika (Menkominfo).
Menjelang Pilpres 2019, beberapa kelompok relawan mulai bermunculan. PDIP mengklaim sudah terjadi menerima 1.375 pendaftaran organisasi relawan pendukung Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 hingga Juni lalu.
Sementara itu, Koalisi Indonesia Maju (KIM) pendukung Prabowo Subianto, dalam sepekan dapat menerima dukungan dua hingga tiga deklarasi dukungan kelompok relawan. Begitu pula dengan pasangan Anies Baswedan lalu juga Muhaimin Iskandar.
Ratusan kelompok relawan terus bermunculan dari berbagai latar belakang profesi, golongan, lalu kelompok masyarakat.
Peneliti kebijakan pemerintah Badan Riset juga Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Jati mengungkap tren perubahan kelompok relawan mulai dikenal sejak pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Menurut Wasis, kemunculan relawan kala itu seiring kebutuhan masyarakat mencari pemimpin yang mana digunakan bersih juga juga merakyat.
Pada Pilpres 2014, trennya mulai berubah. Kemunculan relawan seiring keinginan rakyat terhadap pemimpin yang mana mana muncul dari bawah akar rumput. Pada Pilpres 2019, relawan membawa tren opini pemimpin nasionalis juga moderat.
Di luar tren perubahan terhadap figur kepemimpinan, tren relawan akan tetapi juga terus berubah. Wasis menilai relawan saat ini lebih lanjut besar menyerupai sebagai timses alih-alih memainkan peran sebagai kontrol terhadap sosok yang mana dimaksud merekan itu dukung.
“Kini yang tersebut hal tersebut terlihat memang fungsi monitoring itu tak ada sekuat dulu lalu saat ini sepertinya mirip tim sukses,” ucap Wasis saat dihubungi, Jumat (13/10).
![]() |
Lintas Segmen Pemilih
Namun dalam luar beberapa orang tren perubahan tersebut, Wasis tak menampik relawan juga berperan penting pada pemenangan. Menurut dia, kekuatan relawan terletak pada militansi merekan untuk memetakan segmen pemilih.
Relawan sanggup muncul dari berbagai segmen pemilih. Menurut Wasis, kekuatan itu tak sepenuhnya dapat dimiliki partai politik.
“Partai mungkin belaka fokus untuk kelompok pemilih konstituennya saja. Namun relawan dapat cuma lintas segmen pemilih,” kata dia.
Sementara itu, analis Politik Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago yakin relawan tak akan menggantikan peran partai politik. Namun, Pangi tak menampik, kekuatan relawan muncul seiring tren penurunan kepercayaan warga terhadap partai politik.
“Sementara kepercayaan rakyat terhadap parpol mengalami penurunan drastis,” kata Pangi saat dihubungi, Jumat (13/10).
Sayangnya, tak sedikit relawan kemudian bergerak didasari atas mobilisasi serta urusan urusan politik transaksional. Dia bahkan mencatat ada penurunan tren loyalitas kelompok relawan akibat didasari atas kesukarelaan, bukan kebijakan pemerintah transaksional.
Meski begitu, relawan tetap dianggap sebagai fenomena yang dimaksud yang membantu pemenangan. Pangi menilai, kemenangan individu presiden pada pilpres bukan disebabkan oleh variabel tunggal, namun didukung oleh berbagai variabel.
“Dalam pemenangan capres tidaklah ada belaka kekuatan tunggal. Tapi kalau rame-rame orang memberikan dukungan itu membawa efek psikologis untuk kemenangan,” kata Pangi.
Red