Home / Seni dan Budaya / Menilik Sepenggal Kisah Ramayana di Gua Kiskendo

Menilik Sepenggal Kisah Ramayana di Gua Kiskendo

Yogyakarta (09/11/2024)REDAKSI17.COM – Gua Kiskendha (Kiskendo) menjadi salah satu geowisata di Kabupaten Kulon Progo yang mempunyai sejarah menarik di balik keberadaannya. Gua yang pertama kali ditemukan pada tahun 1820 ini, konon masih berhubungan dengan mitos pewayangan, legenda Ramayana pertarungan Sugriwa dan Subali.

Berdasar mitos pewayangan, Gua Kiskendha merupakan tempat pertempuran antara Mahesa Sura yang merupakan raja dari Kerajaan Kiskendha dan patihnya, Lembu Sura melawan Subali dan Sugriwa, wanara kakak beradik yang diperintahkan para dewa untuk merebut Dewi Toro, seorang dewi cantik yang diculik oleh Mahesa Sura. Legenda tersebut kemudian divisualisasikan dalam relief di sekitar pintu masuk Gua dan juga Sendratari Sugriwa Subali.

Guna memperkuat aksen khas dari legenda Sugriwa Subali, Dinas Pariwisata Kulon Progo melaksanakan instalasi karya seni berupa patung kera dan kepala tokoh ikonik Sugriwa – Subali. Instalasi karya seni yang didanai dari Dana Keistimewaan tahun 2021 tersebut merupakan wujud untuk merevitalisasi Gua Kiskendha agar lebih diminati wisatawan, membangkitkan dan menggelorakan pariwisata berbasis budaya. Selain itu, kehadiran patung-patung tersebut juga diharapkan menjadi ciri khas dan daya tarik di Taman Wisata Gua Kiskendha.

Pertempuran antara Sugriwa dan Subali melawan Mahesa Sura dan Lembu Sura yang dikisahkan terjadi di Gua Kiskendha ini pun diadaptasi menjadi Sendratari Sugriwa Subali, sebuah tarian kolosal yang dipentaskan di Taman Wisata Gua Kiskendha. Dalam pementasannya, Sendratari Sugriwa Subali melibatkan puluhan penari lokal Kulon Progo dan berlangsung kurang lebih selama satu jam di area Amphitheater Kiskendha. Biasanya, sendratari tersebut akan digelar sekali setiap bulan. Namun, pada tahun 2024 ini, Sendratari Sugriwa Subali sementara tidak dipentaskan lantaran tengah berlangsung proses pembangunan di sekitar kompleks Taman Wisata Gua Kiskendha.

Tak hanya berdasar mitos pewayangan, sejarah Gua Kiskendha memiliki berbagai versi cerita lainnya. Dimana, goa yang oleh penduduk setempat disebut sebagai Goa Kiskendo ini menurut kisah ditemukan oleh seorang pertapa yang bernama Ki Gondorio pada tahun 1700-an. Sang pertapa ini sekaligus berperan sebagai juru kunci gua yang pertama.

Menurut cerita tersebut, pada suatu malam Ki Gondorio bermimpi memasuki sebuah gua yang menyerupai kerajaan. Di dalam mimpinya, Ki Gondorio mendapat petunjuk agar menamai 15 ruangan di dalam gua itu. Setelah terbangun dari tidurnya, Ki Gondorio pun mengikuti segala petunjuk yang diterimanya dalam mimpi.

Kelima belas ruang tersebut diantaranya yaitu Lidah Mahesosuro, Pertapaan Tledek, Pertapaan Santri Tani, Pertapaan Subali, Sumelong, Lumbung Kampek, Selumbung, Gua Seterbang, Keraton Sekandang, Pertapaan Kusuman, Padasan, Sepranji, Babat Kandel, Sawahan, dan Selangsur. Ruang-ruang ini pun memiliki fungsinya masing-masing, seperti Pertapaan Kusuman sebagai tempat bertapa untuk memperoleh derajat yang tinggi, Sepranji yang berfungsi sebagai pusat peternakan pada jaman Kerajaan Gua Kiskendo, Keraton Sekandang yaitu pusat Kerajaan Gua Kiskendo dimana lokasi Subali bertempur melawan Mahesosuro dan Lembusuro, dan Padasan sebagai sumber air pada masa kejayaan Kerajaan Gua Kiskendo.

Apabila berkunjung ke Gua Kiskendo, wisatawan dapat menyusur gua dengan tiket masuk yang sangat terjangkau, yakni sebesar Rp10.000,00. Wisatawan kemudian akan didampingi oleh pemandu untuk menyusuri gua ini. Sebagai obyek wisata, Gua Kiskendo juga telah dilengkapi fasilitas yang cukup lengkap, seperti lahan parkir yang luas, tempat istirahat yang berbentuk pendopo, masjid, dan toilet umum.

Adapun letak Gua Kiskendo berada di Kalurahan Jatimulyo, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Gua yang berjarak 38 km ke barat dari Kota Jogja dan 21 km ke arah utara dari pusat Kota Wates ini mulai dibuka resmi menjadi destinasi wisata oleh Dinas Pariwisata DIY pada tahun 1987.

Pengelolaan gua yang memiliki kedalaman 1,5 km di dalam perut Bumi ini, diserahkan kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2005. Dalam Peta Geologi Lembar Yogyakarta (Rahardja dkk, 1995), Gua Kiskendo termasuk ke dalam Formasi Jonggrangan dimana tersusun oleh batuan berupa konglomerat, napal tufan dan batupasir gampingan, dengan sisipan lignit, batu gamping berlapis dan batugamping koral.

Gua ini juga merupakan bagian dari Perbukitan Menoreh, kurang lebih 1.200 meter di atas muka air laut. Gua ini pun bisa menembus ke Gua Seplawan yang berada di Kabupaten Purworejo (Jawa Tengah) karena letak Gua Kiskendo sangat berdekatan atau berbatasan langsung dengan Kabupaten Purworejo.

Selain mempunyai keterkaitan dengan legenda Ramayana pertarungan Sugriwa dan Subali, Gua Kiskendo memiliki keistimewaan lainnya. Gua ini adalah salah satu gua karst yang tinggi di Pulau Jawa dengan elevasi 700 mdpl, dimana dijumpai adanya kontak formasi batuan yang berbeda umur secara tidak selaras (disconformity) antara satuan batuan Old Andesite Formation (OAF) berupa andesit yang berumur sekitar 23-15 juta tahun yang lalu dan batu gamping Formasi Jonggrangan yang berumur sekitar 15- 5 juta tahun yang lalu. Pun, merupakan rekaman penting berakhirnya masa gunung api purba OAF dan pengangkatan batuan carbonat platform Formasi Jonggrangan.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *