Home / Nasional / Mensos Dorong Pilar Sosial DIY Berikan 12 PAS Pelayanan Maksimal

Mensos Dorong Pilar Sosial DIY Berikan 12 PAS Pelayanan Maksimal

Yogyakarta (21/01/2025) REDAKSI17.COM – Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf mendorong seluruh pilar atau pendamping kesejahteraan sosial DIY untuk melakukan pelayanan secara maksimal dalam membantu 12 Pemerlu Atensi Sosial (PAS). Hal tersebut penting dilaksanakan agar 12 PAS dapat menjadi pihak yang diberdayakan.

Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul menyampaikan hal demikian saat berdialog bersama Pilar-Pilar Sosial Provinsi DIY pada Jumat (17/01) lalu, di Pendopo Parasamya Kabupaten Bantul. “Pendamping pada dasarnya melayani 12 PAS ini. Membantu, mendukung, dan melakukan hal-hal yang diperlukan agar 12 PAS ini menjadi orang atau pihak yang diberdayakan,” ujar Gus Ipul.

Masyarakat yang masuk ke dalam 12 PAS tersebut terdiri dari berbagai macam kluster, yaitu anak-anak rentan, difabel, lansia telantar, berpendapatan rendah, korban bencana, mereka yang membutuhkan afirmasi khusus, warga binaan, korban kekerasan, korban NAPZA dan HIV/AIDS, masyarakat yang bermasalah sosial, perempuan rentan, dan fakir miskin. Keberagaman kondisi ini tentunya memerlukan penanganan yang berbeda dari pihak terkait, termasuk pilar yang sering bersinggungan langsung dengan para penerima manfaat tersebut.

“Misalnya lansia 70 tahun tidak terlantar, masih bisa kerja. Maka pendekatan yang harus diterapkan berbeda, program yang kita berikan berbeda dengan lansia terlantar,” imbuh Gus Ipul.

Tak kalah penting, dalam membantu masyarakat, Gus Ipul juga menekankan bahwa para pilar sosial yang terdiri dari pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dan Karang Taruna, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Pelopor Perdamaian dan Pendamping Rehsos harus bekerja secara terukur. Menurut Gus Ipul, terdapat 4 indikator terukur yang harus diterapkan oleh para pendamping meliputi output, outcome, benefit, dan dampaknya terhadap penerima manfaat. Keempat indikator tersebut bisa dipenuhi dengan perencanaan yang baik kepada para pendamping.

“Saya minta para pendamping bisa mengukur dengan baik keempat hal ini,” pinta Gus Ipul kepada para pendamping.

Pada kesempatan tersebut, Gus Ipul turut memberikan apresiasi kepada para pendamping yang selama ini telah mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial. Ia juga menyemangati para pilar sosial untuk tetap bersemangat dalam mengabdi dengan berbagai macam kondisi yang tengah mereka hadapi.

Dalam kunjungan kerjanya di Kabupaten Bantul kali ini, Menteri Sosial turut meninjau layanan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) Barokah di Kalurahan Guwosari, Pajangan. Gus Ipul mengatakan, Puskesos yang ada di seluruh Indonesia akan dijadikan pusat pemutakhiran data kemiskinan.

“Saya berharap Puskesos menjadi salah satu tempat untuk updating atau untuk pemutakhiran data. Jadi lewat Puskesos ini, kita juga bisa mengusulkan atau mengoreksi data,” kata Gus Ipul.

Selain untuk updating, Gus Ipul juga mengatakan bahwa Puskesos ialah wadah yang strategis untuk merespon berbagai keluhan warga. Puskesos menampung semua, menyelesaikan keluhan tersebut dengan cara berkolaborasi dengan dinas atau instansi terkait.

Seluruh layanan yang dilaksanakan oleh Puskesos tersebut juga merupakan sebuah upaya agar bantuan sosial bisa tepat sasaran. Oleh karena itu, guna menunjang kinerja Puskesos Barokah Yogyakarta dalam melayani masyarakat Kalurahan Guwosari, Gus Ipul juga menyerahkan bantuan berupa komputer, laptop, dan printer.

Selain itu, pada hari yang sama, Gus Ipul juga berkesempatan mengunjungi Joglo Tani di Kabupaten Sleman. Dalam kunjungan tersebut, Gus Ipul pun memastikan, kurikulum di Joglo Tani akan menjadi salah satu pertimbangan dalam penyusunan konsep sekolah rakyat yang saat ini tengah digodok.

“Nanti kan juga ada model-model pemberdayaan yang lain. Tapi ketahanan pangan menjadi salah satu fokus kita. Apalagi menciptakan atau melahirkan, menghadirkan petani milenial. Jadi ini (Joglo Tani), salah satu cara kita belajar mengenai praktik-praktik lapangan,” tutur Gus Ipul.

Untuk itu, Gus Ipul menyebutkan, pelaksanaan sekolah rakyat bisa dilengkapi dengan ekstrakurikuler atau tambahan kurikulum, diantaranya bertani dan bercocok tanam. Menurutnya, Joglo Tani pun merupakan contoh yang sangat baik, tempat bagi siapa pun yang ingin belajar bertani dan beternak sejak 2008. Joglo Tani mengajarkan praktik ketahanan pangan lewat pemberdayaan.

“Apalagi sudah ribuan orang yang belajar bertani dari berbagai kalangan mulai dari siswa SMK, mahasiswa, hingga keluarga yang ingin pensiun. Kisah-kisah sukses ini nanti bisa ditularkan oleh anak-anak muda kita. Barangkali salah satunya nanti adalah di sekolah rakyat besok,” kata Gus Ipul.

Dituturkan Gus Ipul, model pemberdayaan di Joglo Tani memang sangat praktis. Sehingga, siapa saja bisa belajar langsung tanpa syarat usia. “Ini sejalan dengan misi-misi Pak Presiden. Jadi kalau kita bisa membangun pertanian ketahanan pangan berbasis keluarga, berbasis komunitas, ya itu kan juga amat sangat baik,” terang Gus Ipul.

Selain itu, Gus Ipul juga mendorong Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang memiliki minat untuk berkontribusi dalam bidang ketahanan pangan lewat program pertanian milenial maupun Joglo Tani. “Kita bisa kerja sama itu,” ucap Gus Ipul.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Ipul turut mengapresiasi pendiri Joglo Tani, To Suprapto yang membangkitkan keinginan anak-anak muda agar gemar bertani. Sebab, Indonesia membutuhkan petani milenial muda yang inovatif dengan perkembangan sains dan teknologi. “Bapak akan dikenang sebagai pejuang ketahanan pangan,” ungkap Gus Ipul.

Sementara itu, Penggagas dan Pembina Joglo Tani, To Suprapto mengatakan, Joglo Tani dimulai pada 2008 dengan tujuan mewujudkan petani sejahtera dan bahagia. Tercatat pihaknya sudah menyekolahkan 1.500 orang untuk menjadi sarjana di bidang pertanian dari Aceh hingga Papua.

“Kita cari support dan praktek di lapangan, sehingga jadi anak yang rasional berpikir ilmiah tapi baik di lapangan dan memiliki hasil,” papar To Suprapto.

Ia menyampaikan, Joglo Tani memiliki pengalaman untuk memberdayakan masyarakat tidak mampu dengan manajemen ekonomi rumah tangga. Indeks penghasilan per orang paling besar sekitar Rp10 juta. “Apakah bisa menjadi referensi Kemensos, kami siap bantu kurikulum, kami siap kawal program. Kami pelaku praktisi, gelar profesor kami lepas jadi profesi,” kata To Suprapto.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *