Yogyakarta (16/11/2024) REDAKSI17.COM – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY kembali menggelar Jogjakarta International Heritage Festival (JIHF) Tahun 2024 dengan mengusung tema ‘Kuasa Pusaka: Peran Keris dalam Kepemimpinan Nusantara’. Event yang diselenggarakan selama 5 hari, mulai 13-17 November 2024 ini, menyoroti keris yang dalam khazanah budaya nusantara memiliki kekuatan cukup vital lantaran lekat dengan peran kepemimpinan seorang tokoh pada masing-masing wilayahnya.
Tema tersebut dimanifestasikan dalam beberapa kegiatan diantaranya, yaitu pameran keris pusaka, seminar internasional, workshop tosan aji, konsultansi keris atau cek khodam, lomba foto/video konten dan vlog dengan tema serta objek aktivitas JIHF, dan pekan raya tosan aji. Melalui JIHF 2024 ini, diharapkan nilai-nilai tak benda yang terkandung dalam keris semakin dipahami masyarakat luas dan keris dapat kembali menjadikan sumber inspirasi dan penyemangat bangsa Indonesia.
Dalam pembukaan JIHF 2024 yang berlangsung pada Rabu (13/11) di Jogja Gallery, Gondomanan, Yogyakarta, membacakan sambutan Gubernur DIY Paniradya Pati Kaistimewan Aris Eko Nugroho menuturkan, keris bukan hanya sekadar senjata atau pusaka. Keris adalah simbol dari kekuatan, kebijaksanaan, dan keadilan yang menjadi pilar dalam kepemimpinan Nusantara sejak masa silam.
“Tema yang dipilih tahun ini mencerminkan semangat untuk menyatukan berbagai budaya dan warisan di Nusantara melalui bahasa simbolis keris, yang melambangkan persatuan dalam keberagaman. Melalui festival ini, kita diajak untuk mengingat kembali makna keris sebagai jembatan antara kekuasaan dengan nilai-nilai luhur yang membimbing masyarakat dalam harmoni,” ujar Aris.
Dikatakan Aris, keris memiliki kisah sejarah dan ilmu pengetahuan yang dalam, mengandung pesan tentang kehidupan yang kaya dan penuh hikmah. Festival yang mengusung berbagai koleksi keris dari kerajaan sepuh hingga daerah lainnya di Nusantara ini menjadi medium untuk mendalami filosofi hidup yang diwakili oleh keris, seperti ketajaman dalam pemikiran, ketegasan dalam prinsip, dan kesabaran dalam menghadapi tantangan.
“Kita berharap penyajian yang menarik ini mampu menjadikan keris lebih dekat di hati masyarakat, terutama generasi muda, agar mereka memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap warisan budaya bangsa. Melalui JIHF Keris ini, kita memiliki peluang emas untuk membangkitkan kembali kecintaan terhadap warisan leluhur yang berharga,” kata Aris.
Aris berharap, JIHF 2024 ini menjadi momentum tahunan yang mempererat rasa cinta pada kebudayaan dan pusaka bangsa. Pun mampu menginspirasi segenap masyarakat untuk merawat dan mengembangkan warisan budaya Nusantara secara berkelanjutan, sehingga keindahan dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam keris dapat terus hidup dan relevan bagi generasi mendatang.
Sementara itu, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengungkapkan, di Yogyakarta, keris juga memberikan penanda khusus pada peranan raja dengan adanya keris-keris yang ada di dalam Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Keris Yogyakarta dimulai pada saat dengan adanya keris tangguh yang muncul di lingkungan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, dibuktikan dengan adanya keberadaan sekelompok abdi dalem yang dipimpin Lurah Pande yang diperintahkan untuk membuat keris, tombak, pedang dan senjata melalui utusan raja yang disebut Jejeneng Empu.
Untuk itu, disebutkan Dian, lokus utama event ini adalah bagaimana sosok para pahlawan nusantara yang sekarang dikenal merupakan bagian dari representasi tatanan kehidupan masyarakat yang berjalan dengan nilai yang dibawa oleh tokoh tersebut. Nilai-nilai inilah yang kemudian dinarasikan, dikontekstualisasikan pada keris untuk penyajian-penyajian yang menarik pada JIHF 2024 ini.
“Dinas Kebudayaan Kundha Kabudayan DIY akan selalu bersama-sama dengan masyarakat untuk menjadikan keris sebagai sumber nilai dan pembentukan karakter masyarakat Yogyakarta ini yang mempunyai sifat toleran, menekankan pada aspek kerukunan, saling menghormati, keselarasan sosial yang dijiwai dengan idealisme yang kuat, komitmen yang tinggi, integritas moral serta nurani yang bersih. Kami berharap melalui Jogjakarta International Heritage Festival tema keris tahun 2024 ini dapat terus memperluas cakupan literasi publikasi serta sajian informasi mengenai perkerisan di Daerah Istimewa Yogyakarta,” jelas Dian.
Adapun, keris selain sebagai senjata yang memiliki fungsi praktis dan pragmatis serta bernilai estetis, adalah merupakan benda pusaka yang menyimpan makna-makna simbolik yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di dalam sebilah keris tersimpan berbagai perlambang yang mengandung makna yang kompleks, sebagai perwujudan harapan, falsafah hidup serta nilai-nilai moral. Oleh karena itu keris juga berkaitan erat dengan fungsinya sebagai penanda status sosial, terutama di dalam masyarakat aristokratik. Maka di dalam keindahan dan keanggunan keris sebenarnya tersimpan berbagai makna yang diwujudkan melalui berbagai dhapur (bentuk fisik dari bilah keris) dan beragam pamor (corak atau gambar yang muncul pada bilah keris).
Pameran “Keris dan Kepemimpinan” ini pun menampilkan berbagai dhapur dan pamor keris yang berhubungan dengan nilai-nilai kepemimpinan. Kuasa kepemimpinan selain didasarkan pada konsep wahyu sebagai penopang legitimasi kepemimpinan, juga dipercaya memiliki hubungan mistis antara pemimpin dengan daya-daya kosmis, seperti para leluhur, kekuatan alam semesta dan pusaka-pusaka.
Kesanggupan pemimpin di dalam mengharmoniskan keseluruhan tatanan sosial dan sekaligus daya-daya kosmis alam semesta, selaras bersama pusaka-pusaka yang memiliki daya kasekten, menjadi kunci menuju keberhasilan kepemimpinannya. Keniscayaan terhadap eksistensi keris pusaka atau tosan aji dalam tradisi masyarakat Indonesia diyakini dapat menjadi simbol kekuasaan dan kedaulatan.
Kuasa pusaka sebagai benda simbolik merupakan salah satu aspek penting di dalam membangun identitas, eksistensi, dan kedaulatan. Simbol-simbol dalam wujud benda pusaka tosan aji, seperti keris, tombak, pedang, kujang dan badik, diyakini memiliki kekuatan yang dapat mempengaruhi pikiran serta spiritualitas manusia.
Adapun Keris pusaka dalam tradisi kepemimpinan di Jawa umumnya diposisikan sebagai pusaka yang dapat menjadi pengakuan atas keberadaannya sehingga dianggap penting sebagai simbol kepemimpinan dan kebesaran. Untuk itu, pusaka berwujud Tosan Aji keberadaannya bisa memberi pengaruh kepada seorang pemimpin karena memiliki daya magis dan bertuah, sebagai legitimasi identitas kekuasaan sekaligus perlindungan spiritual bagi seorang pemimpin bersama kelompok warganya di suatu wilayah tertentu.
Pameran Keris Pusaka dalam gelaran JIHF 2024 ini kemudian menampilkan sebanyak 79 bilah keris yang dipamerkan di Jogja Gallery Yogyakarta. Di dalam proses kuratorial beberapa aspek seperti nilai sejarah, budaya dan estetika, menjadi kriteria pemilihan tosan aji. Dalam operasional kuratorial rupa tosan aji, pada aspek tangible digunakan enam kriteria mendasar yaitu, originalitas, bahan atau material, teknik tempa, dan estetika bentuk.
Dari ke-79 bilah keris yang dipamerkan, beberapa diantaranya merupakan keris pusaka kerajaan dari Keraton Yogyakarta, Kadipaten Pakualaman, Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, dan Keraton Kasepuhan Cirebon. Sementara, keris pusaka koleksi Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang, Museum Sono Budoyo Yogyakarta, Museum Keris Nusantara Surakarta, Museum Radya Pustaka Surakarta, Museum Tosan Aji Purworejo, dan koleksi para kolektor atau sesepuh perkerisan di Nusantara, diseleksi berdasarkan tema, masa dan gaya, yaitu keris Nusantara yang memenuhi enam kriteria tersebut, di mulai dari masa Majapahit hingga Keris buatan empu masa kini, yakni Empu Sungkowo Harumbrodjo, Empu KRT. Subandi Suponingrat, Empu Basuki Teguh Yuwono, Empu Puryadi Hadi Nugraha dan Empu Godo Priyantoko.
Masyarakat dapat mengunjungi Pameran Keris Pusaka gelaran JIHF 2024 ini di Jogja Gallery sejak pukul 10.00-19.00 WIB secara gratis. Konsultasi Keris atau Cek Khodam juga dapat masyarakat ikuti di Jogja Gallery untuk mengulik dhapur dan pamor keris yang ada pada keris masing-masing.
Humas Pemda DIY