Home / Daerah / Minta Tak Ada Lagi Kasus Keracunan MBG, Sri Sultan Ingatkan Pola Masak

Minta Tak Ada Lagi Kasus Keracunan MBG, Sri Sultan Ingatkan Pola Masak

Yogyakarta (26/09/2025)REDAKSI17.COM – Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta agar kasus keracunan akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak kembali terulang. Ia menekankan pentingnya memperhatikan cara memasak, waktu, hingga kapasitas penyedia katering agar makanan tetap aman dikonsumsi.

“Hal-hal seperti ini jangan terulang,” ujar Sultan saat menghadiri acara Launching Gerakan Pangan Murah pada Jumat (26/9/2025) di Kantor DPKP DIY, Yogyakarta.

Sri Sultan mengingatkan, sayur yang dimasak dini hari dan baru dikonsumsi beberapa jam kemudian berisiko basi. Secara ilmiah, sayur memang memiliki kadar air yang cenderung tinggi dan lebih disukai bakteri, sehingga mudah basi.

“Sebetulnya nggak rumit mencari kenapa keracunan tidak perlu mengundang orang kimia. Masaknya jam setengah dua pagi, dimakan jam delapan atau jam sepuluh saja sudah mesti wayu (basi). Udah. Itu airnya, di sendok begini sudah mulur itu. Udah itu pasti. Ya, kan? Saya itu di rumah juga sering masak, jadi tahu,” kata Sri Sultan.

Sultan mencontohkan pengalamannya saat mengelola dapur umum kala terjadi bencana di Yogyakarta, salah satunya ketika erupsi Gunung Merapi. Menurutnya, pengaturan waktu memasak menjadi kunci agar makanan tidak cepat basi. Selain itu Sri Sultan juga memiliki dapur umum untuk para korban gempa bumi tahun 2006 silam. Dari situ tidak ditemukan adanya kasus keracunan makanan karena sistem pengelolaan dan menejemen yang baik.

“Setengah dua jangan masak sayur, tapi sudah pagi baru masak sayur, toh juga dimakan jam 10. Yang lain kira-kira digoreng dan sebagainya, itu didahulukan, sayurnya di belakang, jangan yang di muka. Jangan setengah dua, karena pasti wayu,” urai Sri Sultan.

Selain sayur, daging juga perlu dimasak dengan cara yang tepat agar tidak membahayakan kesehatan. Jika daging dimasak hingga benar-benar matang, tidak akan menimbulkan masalah. Namun, bila hanya dimasak setengah matang lalu baru dipanaskan kembali keesokan paginya, daging yang awalnya masih berwarna merah bisa berubah kebiruan dan berisiko menyebabkan keracunan.

“Itu (daging) kalau pasti dimakan, dia pasti keracunan. Itu yang perlu diperhatikan. Jadi korban tidak akan berkurang selama pola masaknya tidak berubah,” ungkap Sri Sultan.

Sri Sultan menyebut, perlu adanya pengawasan yang ketat, serta perbaikan pola menejemen pengolahan pangan. Selain sudah pasti, kebersihan, pemilihan bahan, serta berbagai faktor pendukung lainnya yang juga perlu diperketat.

“Makanan bergizi dan sehat bagi anak-anak kita betul-betul dipertimbangkan masaknya, waktunya, dan tenaganya,” tegas Sri Sultan.

Sri Sultan menekankan pentingnya menyesuaikan kapasitas penyedia makanan dengan kemampuan sebenarnya. Ia mencontohkan, jika sebuah katering hanya mampu menyiapkan 50 porsi per hari, maka tidak mungkin dipaksa untuk menyediakan hingga 100 porsi. Hal itu, menurutnya, justru berisiko menurunkan kualitas makanan.

“Dilihat kapasitas berapa dia setiap hari membuat paket, ya. Kalau paketnya itu hanya 50 porsi, disuruh 100 porsi. Enggak bisa itu,” tegas Sultan.

Selain itu, Sultan juga meminta bupati dan wali kota untuk memperketat pengawasan terhadap pihak yang ditunjuk dalam penyediaan makanan MBG, baik melalui katering, sekolah, maupun pihak lain. Ia menegaskan bahwa pengelolaan MBG melibatkan banyak unsur, sehingga diperlukan kehati-hatian agar penyediaan makanan tetap terjamin kualitas dan keamanannya.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *