Home / Daerah / *Ngupadi Swadaya, Tumbuhkan Kemandirian Budaya Jogja Manggatra 2026

*Ngupadi Swadaya, Tumbuhkan Kemandirian Budaya Jogja Manggatra 2026

Bantul,REDAKSI17.COM – Di bawah cahaya panggung dan alunan gamelan, Gatotkaca yang keluar dari Kawah Candradimuka hadir sebagai simbol tempaan. Peluncuran Agenda Budaya Jogja Manggatra 2026 di Hotel Grand Rohan, Rabu malam (10/12), bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan ruang tafsir laku hidup kebudayaan, bahwa kekuatan, termasuk kemandirian budaya, tidak pernah lahir seketika, melainkan ditempa melalui proses panjang, kesabaran, dan ketekunan para pelakunya.

Aksi teatrikal bertajuk Gatotkaca Seremoni tersebut menjelma sebagai narasi utama peluncuran tema besar Ngupadi Swadaya, sebuah laku budaya tentang ikhtiar menumbuhkan kemandirian. Pesan yang disampaikan sederhana namun kuat, kebudayaan yang hidup adalah kebudayaan yang tumbuh dari daya juang pelakunya sendiri.

Dalam peluncuran Agenda Budaya 2026, para seniman justru mengambil peran utama. Hal ini menandai pelaku budaya tidak diposisikan sebagai objek kebijakan, melainkan sebagai subjek utama dalam pemajuan kebudayaan itu sendiri. Jogja Manggatra 2026 diperkenalkan sebagai peta jalan pemajuan kebudayaan DIY yang menautkan pelestarian nilai, penguatan kreativitas, kelembagaan budaya, hingga pengembangan ekonomi berbasis budaya yang berkelanjutan.

Pemerintah Daerah (Pemda) DIY melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menegaskan posisinya sebagai penguat ekosistem budaya. Dalam hal ini, pemerintah hadir untuk membersamai proses, memfasilitasi ruang tumbuh, dan menjaga keberlanjutan tanpa memutus kemandirian para pelaku seni dan budaya.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menyebut peluncuran Agenda Budaya 2026 sebagai momentum strategis untuk meneguhkan arah pembangunan kebudayaan DIY ke depan, sekaligus menjadi ruang refleksi atas capaian pemajuan kebudayaan sepanjang 2025. Agenda Budaya, menurutnya, tidak sekadar kalender kegiatan, tetapi peta jalan bersama agar kebudayaan tumbuh kuat, berakar, dan berkelanjutan.

“Refleksi itu berangkat dari capaian pemajuan kebudayaan sepanjang 2025. Selama setahun, tercatat 283 event kebudayaan digelar, melibatkan lebih dari 10 ribu pelaku budaya, serta menarik kunjungan lebih dari 300 ribu orang. Denyut kebudayaan tersebut sekaligus menggerakkan 872 UMKM di sektor pendukung,” tutur Dian.

Dian menyampaikan, dampak ekonomi dan sosial tersebut terasa nyata di berbagai ruang budaya. Pasar TBY mencatat perputaran ekonomi hingga Rp5,4 miliar, sementara 303 kelompok seni memperoleh fasilitasi sebagai bagian dari penguatan ekosistem. Kerja berkelanjutan tersebut juga mengantarkan Pemda DIY dan Museum Sonobudoyo meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia, sebagai pengakuan nasional atas konsistensi merawat akar budaya sekaligus membuka ruang inovasi.

Di balik gemerlap panggung, upaya penguatan akar budaya terus dilakukan. Sepanjang 2025, Dinas Kebudayaan DIY membina lima komunitas sejarah, melibatkan 10 ribu peserta dalam Program Wajib Kunjung Museum, memfasilitasi penghayat kepercayaan, adat, dan tradisi, serta menggelar 24 kali Bimbingan Seni Anak. Upaya tersebut menegaskan pentingnya regenerasi dan ketahanan ekosistem budaya sejak dini.

Memasuki 2026, setidaknya 277 ragam program terkurasi disiapkan sebagai bagian dari Jogja Manggatra 2026. Mulai dari lokakarya pelestarian cagar budaya dan warisan budaya, hingga fasilitasi pameran dan kegiatan kuratorial dalam enam event utama, seluruhnya dirancang saling terhubung dalam satu ekosistem budaya. Secara garis besar, agenda unggulan mencakup peningkatan kapasitas SDM, penguatan event berdampak budaya dan ekonomi berkelanjutan, serta pengembangan sarana dan prasarana pendukung.

Tema Ngupadi Swadaya menegaskan kemandirian kebudayaan tidak lahir dari ketergantungan, melainkan dari daya juang, daya cipta, dan daya hidup para pelaku budaya. Prinsip ini sekaligus menggarisbawahi pentingnya kebijakan kebudayaan yang kontekstual dan berpihak pada keragaman ekosistem budaya, mengingat setiap komunitas memiliki tantangan dan kebutuhan yang berbeda.

“Kita meneguhkan, kebudayaan kita kaya makna dan akan terus dikuatkan agar tidak hanya menjadi agenda gelar, tetapi mampu memaknai kehidupan dan menyejahterakan masyarakat. Tema ini dipilih untuk membangkitkan kembali kemandirian organik masyarakat, karena DIY tumbuh dan berkembang berbasis komunitas seniman dan budayawan dengan komitmen tinggi,” tandas Dian.

Sebagaimana Gatotkaca menempa dirinya di Kawah Candradimuka, demikian pula kebudayaan Yogyakarta dirawat melalui proses panjang yang setia pada akar dan berani membuka jalan baru. Jogja Manggatra 2026 menjadi penanda ikhtiar kemandirian budaya yang tumbuh dari kekuatan bersama dari komunitas dan dari keyakinan kebudayaan adalah napas kehidupan. Informasi lengkap Agenda Budaya Jogja Manggatra 2026 dapat diakses melalui https://s.id/agendabudaya2026.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *