Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Di balik warna-warna poster yang cerah dan guratan satir yang menggelitik, tersimpan pesan serius tentang kejujuran dan integritas. Hal tersebut ditawarkan seniman dan desainer grafis Alex Pracaya melalui pameran tunggal bertajuk “Ojo Urik” – Transparansi dalam Warna, Integritas dalam Goresan, yang digelar pada 16–20 Desember 2025 di Ndalem Langenkusumo, Langenastran Lor 8, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta.
Pameran ini menjadi momentum istimewa bagi Alex Pracaya. Setelah puluhan tahun berkarya dan kerap tampil dalam pameran poster internasional, “Ojo Urik” menjadi pameran tunggal pertamanya. Diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Antikorupsi, pameran ini menghadirkan seni poster sebagai medium refleksi sosial yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Pembukaan pameran dilakukan oleh Wakil Gubernur (Wagub) DIY KGPAA Paku Alam X, didampingi oleh Alex Pracaya, Rektor Universitas Gadjah Mada Ova Emilia, serta ketua penyelenggara. Hadir pula perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD), seniman, budayawan, kurator, dan penikmat seni yang memenuhi ruang heritage Ndalem Langenkusumo.
Sri Paduka mengenang persahabatannya dengan Alex Pracaya semasa bersekolah di tingkat sekolah menengah atas. Berawal dari oleh-oleh sederhana berupa sebuah peta, pengalaman tersebut ternyata dapat tumbuh menjadi karya yang bermanfaat bagi banyak orang. Kisah ini menunjukkan bagaimana pengalaman personal seorang seniman dapat diolah menjadi karya publik yang informatif, artistik, dan bermakna.
“Acara ini merupakan pameran tunggal yang luar biasa. Sebuah pencapaian bagi seorang perupa yang telah lama berkarya, termasuk karya-karya Mas Pracaya. Inilah kekuatan seni, yang mampu mengolah memori pribadi menjadi karya yang memperkaya ruang publik dan identitas kota,” tutur Sri Paduka.
Sri Paduka juga mengapresiasi konsistensi Alex Pracaya dalam menjaga karakter karya berbasis sentuhan tangan manusia di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Di tengah kemajuan teknologi, Pracaya dinilai tetap mampu menghadirkan karya yang jujur, kuat, dan relevan, tanpa kehilangan ruh kemanusiaannya.
“Saya menggarisbawahi tagline Transparansi dalam Warna, Integritas dalam Goresan. Integritas dalam goresan itu nyata, karena Mas Pracaya sejak dulu tidak pernah sekadar mengikuti permintaan, melainkan selalu menggambar sesuai dengan idealisme dan nuraninya sendiri,” imbuh Wagub DIY
Judul pameran “Ojo Urik” diambil dari ungkapan Jawa yang berarti “jangan curang”. Melalui poster dan ilustrasi satir, Alex Pracaya mengajak pengunjung bercermin pada kebiasaan kecil yang kerap dianggap sepele, mulai dari ingkar janji hingga kompromi moral, yang sesungguhnya dapat menjadi pintu masuk praktik korupsi yang lebih besar.
Kurasi pameran disusun layaknya lintasan cerita. Pengunjung diajak berjalan dari humor ringan, ironi keseharian, hingga kritik sosial yang tajam namun komunikatif. Dengan bahasa visual yang dekat dengan generasi muda, pesan integritas disampaikan tanpa menggurui, melainkan mengajak berpikir dan berdialog.
Tak hanya menampilkan karya, pameran ini juga menghadirkan beragam kegiatan pendukung, mulai dari workshop dan talkshow bertema kecerdasan buatan (AI) dan seni, dongeng serta lomba mewarnai anak, pementasan drama Jawa, hingga angkringan dan wedangan yang memperkuat suasana akrab khas Yogyakarta.
Rangkaian kegiatan tersebut menjadikan “Ojo Urik” sebagai ruang perjumpaan lintas usia dan latar belakang. Seni tidak lagi berdiri sendiri, melainkan hadir sebagai medium edukasi, hiburan, sekaligus ajakan membangun kesadaran bersama tentang pentingnya kejujuran.
Alex Pracaya dikenal sebagai kartunis lepas dan desainer grafis yang telah berkarya sejak awal 1990-an. Selain mengisi rubrik kartun di media cetak, ia juga aktif merancang logo, ilustrasi, serta pemetaan visual, dan konsisten mengangkat nilai-nilai budaya lokal dalam karya-karyanya.
Melalui pameran tunggal ini, Alex Pracaya merajut kembali perjalanan panjang kreatifnya dalam satu narasi visual tentang integritas dan perlawanan terhadap korupsi. Bertemunya isu antikorupsi, seni poster kontemporer, dan ruang heritage di jantung Yogyakarta diharapkan menghadirkan pengalaman yang reflektif, hangat, dan membumi.
Pameran tunggal “Ojo Urik” beserta seluruh program pendukungnya terbuka gratis untuk umum. Masyarakat diundang hadir untuk menikmati karya, berdialog, serta merasakan suasana rumah Jawa klasik sembari menumbuhkan kesadaran bahwa kejujuran adalah nilai yang harus terus dirawat bersama.
Humas Pemda DIY




