Mlati,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta di bawah kepemimpinan Wali Kota Hasto Wardoyo dan Wakil Wali Kota Yogya Wawan Harmawan melakukan berbagai terobosan pelayanan publik yang menempatkan masyarakat sebagai subjek utama pembangunan.Wali Kota menerapkan pola komunikasi langsung dengan warga tanpa batas dengan membuka open house setiap hari Rabu, mulai pukul 05.30 WIB, dimana warga bebas menyampaikan aspirasi, keluhan maupun masukan untuk kemajuan Kota Yogyakarta. Dalam hal pengelolaan sampah, melalui Program 100 Hari Kerja Walikota berhasil mengatasi permasalahan sampah yang sudah lama dikeluhkan warga masyarakat.
Hal itu dikemukakan Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo dalam acara Angkringan TVRI Yogyakarta, Jumat (20/6). Ia membagikan berbagai terobosan pelayanan publik yang menempatkan masyarakat sebagai subjek utama pembangunan dalam suasana hangat dengan guyonan khas angkringan.
“Saya ingin memastikan bahwa pemerintah benar-benar hadir di tengah masyarakat. Setiap hari Rabu pagi, mulai pukul lima sampai sembilan, siapa pun bisa datang ke Balai Kota. Langsung ngobrol, menyampaikan keluhan, usulan terutama masalah kemasyarakatan,” tutur Hasto.
Kebijakan ini, menurutnya, tidak hanya mempercepat penyelesaian masalah di lapangan, tetapi juga membangun rasa percaya masyarakat terhadap institusi pemerintahan. Untuk memperluas jangkauan komunikasi, Hasto juga aktif menyapa warga melalui siaran langsung di RRI setiap Rabu sore pada program Wali Kota Menyapa membahas berbagai dinamika pembangunan kota secara terbuka.
Program angkringan
Dalam bidang kesehatan, Hasto membeberkan layanan pencegahan dan pengobatan gratis yang tersedia di seluruh puskesmas, khususnya untuk penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol. Ia juga memberi perhatian khusus pada kesehatan lansia, dengan menganjurkan aktivitas fisik ringan dan konsumsi makanan bergizi.
“Bagi ibu-ibu yang sudah menopause, penting untuk mewaspadai gangguan hormonal dan menjaga tulang agar tetap kuat. Cukup dengan berjalan kaki, naik tangga, atau aktivitas rumah tangga ringan,” tambahnya.
Wali Kota juga menjelaskan kebijakan pengelolaan sampah rumah tangga yang berbasis komunitas dan partisipasi warga. Sistem ini didukung oleh transporter sampah dengan retribusi yang disepakati secara musyawarah di tingkat kampung. Ia menegaskan pentingnya memilah sampah sejak dari rumah untuk menjaga kebersihan lingkungan.
“Sampah dari dapur jangan dicampur dengan plastik. Kalau bersih, tidak berbau, maka lingkungan sehat, dan rejeki pun lancar,” ucapnya.
Dalam bincang-bincang yang berlangsung penuh canda, Hasto juga menyinggung isu sampah dan kebersihan lingkungan dengan gaya tutur yang khas. Ia menekankan pentingnya pemilahan sampah sejak dari rumah tangga, serta menghindari perilaku mencampur semua jenis sampah dalam satu tempat.
“Nek plastik dicampur sisa makanan, yo mesti mambu. Kalau bau, datanglah lalat. Dan tahukah kita, lalat bisa terbang sejauh 500 meter? Kalau dia hinggap di tahu goreng, gedhang goreng, terus nulari orang sampai diare, kan bahaya,” jelasnya sambil merespons dengan gaya jenaka.
Pada kesempatan tersebut, Wali Kota juga menyampaikan bahwa mahasiswa akan dilibatkan secara aktif dalam program One Village One Sister University melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Program ini akan memperkuat sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam mendukung agenda pembangunan pemerintah kota.
“Melalui KKN, mahasiswa akan diterjunkan ke kampung-kampung untuk mendampingi warga dalam berbagai program, mulai dari p pemberdayaan ekonomi, peningkatan kesejahteraan, hingga edukasi dan pendampingan pengelolaan sampah,” jelas Hasto.