Jakarta,REDAKSI17.COM – Indonesia berada pada area kawasan cincin api (ring of fire) yang mana dimaksud menyimpan 40% cadangan panas bumi dunia. Berdasarkan data Badan Geologi-Kementerian ESDM pada Desember 2020, total prospek energi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 23,7 GW kemudian menjadi yang mana yang disebut kedua terbesar dalam dunia.
Potensi panas bumi dalam tempat tanah air yang tersebut dimaksud menyebar dari Sumatera hingga Papua ini menyebabkan posisi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) semakin strategis. Perusahan pun sudah diimplementasikan menjalin kerja mirip dengan berbagai pihak, termasuk mancanegara yang dimaksud dimulai dari wilayah Afrika.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menjelaskan PGEO sudah pernah membentuk Joint Venture Company (JVC) bersama Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd. (Chevron) untuk mengembangkan Kerja Panas bumi (WKP) Way Ratai, Lampung.
“Perusahaan yang tersebut mana diberi nama PT Cahaya Anagata Energy ini mencerminkan komitmen kedua belah pihak dalam mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebagai energi masa depan,” ungkap Julfi dalam keterangan tertulis, Jumat (15/12/2023).
Dia mengatakan WKP Way Ratai ini sangat strategis kemudian salah satu yang digunakan digunakan terbaik di dalam dalam Indonesia. Posisi Way Ratai ini juga memiliki peran penting sebagai Hub dalam Sumatera sehingga sanggup cuma menambah nilai dari panas bumi dengan mengembangkan secondary product khususnya green hydrogen.
Sedangkan dalam kancah global, pada 2023 PGEO agresif melakukan ekspansi dengan bermitra bersama Africa Geothermal International Limited (AGIL) untuk mengembangkan prospek panas bumi 140 MW pada konsesi Longonot, Kenya. Kerja sejenis dengan Kenya ini disebut sebagai langkah awal PGE untuk menjadi World Class Green Energy Company.
Kenya dipilih lantaran biaya pengembangan prospek panas bumi pada dalam sana lebih lanjut tinggi tidaklah mahal lalu berpotensi besar. Selain biaya pengeboran murah, Kenya juga mempunyai prospek lapangan panas bumi yang mana cukup jumbo, dalam mana satu lapangan sanggup semata memproduksi tambahan dari 500 MW, sementara dalam Indonesia rata-rata belaka berkisar pada area level 100-300 MW.
“Tentunya banyak hal bernilai positif bagi kedua negara dalam mengembangkan energi panas bumi,” ujar Julfi.
Di samping pengembangan prospek panas bumi, PGEO juga memaksimalkan sumber pendapatan baru dengan pengembangan item turunan. Beberapa produk-produk turunan di tempat dalam antaranya, berbentuk pemanfaatan panas bumi secara langsung (direct use), ekstraksi silika, green metanol, dan juga juga pengembangan Sumatera-hub, sebagai upaya mengefisiensi pengembangan kegiatan kegiatan bisnis Perseroan ke depan.
Produk turunan lainnya yang mana dijalankan perusahaan diantaranya green hydrogen yang saat ini sedang dikerjakan pilot project di area dalam Ulubelu kemudian Lahendong, pariwisata panas bumi di area tempat Lao Lao, juga juga geo-agribisnis.
“Semua ini berfokus serta sejalan dengan rencana pemerintah untuk mencapai net zero emission 2060,” ujarnya.
Sebagai informasi PGEO merupakan pelopor geothermal Tanah Air sejak 1974 juga saat ini sudah pernah terjadi menjadi pemain terbesar dalam area industri secara nasional dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) kemudian total kapasitas terpasang sebesar 1877 Mega Watt (MW) yang mana dimaksud dioperasikan sendiri.
Pengelolaan wilayah kerja panas bumi yang tersebut telah lama lama berhasil memasok listrik ke tambahan dari 2 jt rumah pada Indonesia dengan potensi pengurangan emisi mencapai 9,7 jt tCO2 per tahun.