Sleman,REDAKSI17.COM– Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menegaskan komitmennya menjadikan sektor pariwisata sebagai lokomotif transformasi ekonomi, pemuliaan budaya, dan keberlanjutan lingkungan pada 2026. Hal ini disampaikan Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Noviar Rahmad, mewakili Sekda DIY saat menjadi keynote speech dalam Forum Group Discussion (FGD) Yogyakarta Tourism Outlook 2025/2026 di Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Kamis (11/12).
Forum yang digelar Dinas Pariwisata DIY tersebut berkolaborasi dengan Bank Indonesia DIY dan Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) DIY, serta dihadiri pemangku kepentingan nasional maupun daerah. Perwakilan Kementerian Pariwisata, Bank Indonesia, Bappenas, perangkat daerah, pelaku industri, akademisi, dan komunitas turut ambil bagian dalam diskusi arah masa depan pariwisata DIY.
Pada kesempatan itu, Noviar menyampaikan bahwa kinerja ekonomi DIY hingga triwulan III 2025 menunjukkan tren sangat positif. Pertumbuhan ekonomi mencapai 5,4 persen, melampaui capaian nasional. Sektor penyediaan akomodasi dan makan-minum yang menjadi indikator utama geliat pariwisata tumbuh lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah, menandai peran strategis pariwisata dalam menopang kesejahteraan masyarakat.
“Tren tersebut menjadi modal optimisme memasuki 2026. Pariwisata tidak lagi sekadar pelengkap, tetapi penggerak ekonomi yang memberikan efek ganda terhadap industri kreatif, UMKM, transportasi, jasa, hingga pemberdayaan masyarakat. Tantangan global justru mengarahkan pariwisata menuju kualitas, nilai, dan keberlanjutan,” tuturnya.
Noviar menyebutkan sedikitnya lima tren utama pariwisata masa depan, antara lain personalisasi berbasis teknologi, wisata kebugaran, pariwisata berkelanjutan, penguatan ekosistem MICE, serta wisata berbasis kedalaman budaya. “Menariknya, kelima tren itu sangat selaras dengan karakter Yogyakarta yang berlandaskan makna, kebudayaan, dan kearifan lokal,” tambahnya.
Dalam horizon perencanaan jangka panjang, DIY telah menempatkan pariwisata sebagai instrumen strategis transformasi ekonomi. RPJP DIY 2025–2045 menegaskan pengembangan pariwisata berkualitas, berbasis kearifan lokal, dan inklusif sebagai fondasi pembangunan. Selain itu, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda) 2026–2045 kini tengah difinalisasi sebagai arah kebijakan lintas sektor.
Ripparda DIY mengusung visi “Pariwisata berkualitas, berdaya saing internasional, inklusif, dan berkelanjutan untuk mewujudkan DIY yang maju, sejahtera, dan berkelanjutan dijiwai kebudayaan dan keistimewaan.” Visi tersebut diturunkan melalui strategi pembangunan destinasi, industri, pemasaran, kelembagaan, dan SDM pariwisata yang berbasis teknologi serta adaptif terhadap dinamika zaman.
Memasuki 2026, pemerintah menetapkan fase tersebut sebagai tahun peletakan fondasi bagi Pembangunan Pariwisata Berkualitas dan Berkelanjutan. Fokusnya meliputi penataan kualitas destinasi, penguatan tata kelola, peningkatan kompetensi SDM, penguatan pemasaran terpadu, serta pembangunan daya saing internasional. “Ini adalah tahap krusial memperkuat pondasi sebelum melakukan akselerasi besar pada 2027–2029,” jelas Noviar.
Meski optimis, Pemda DIY tetap mewaspadai sejumlah tantangan global. Persaingan destinasi yang kian ketat, tuntutan layanan berstandar internasional, percepatan digitalisasi, mitigasi risiko bencana, serta pentingnya sinergi lintas sektor menjadi isu yang harus dijawab bersama. Kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, komunitas, pelaku usaha, dan media ditekankan sebagai kunci keberhasilan.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Pemda DIY menyiapkan berbagai program strategis untuk 2026, termasuk program peningkatan daya tarik destinasi, pemasaran pariwisata, pengembangan SDM pariwisata dan ekonomi kreatif, serta penyelenggaraan keistimewaan DIY bidang kebudayaan dan tata ruang melalui Dana Keistimewaan. Calendar of Event DIY 2026 juga telah dirilis, mencakup 211 agenda berskala regional hingga internasional.
Selain menata destinasi, peningkatan kapasitas SDM pariwisata terus dilakukan melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi. Upaya ini memastikan bahwa pariwisata DIY tumbuh tidak hanya dari sisi jumlah kunjungan, tetapi juga dari kualitas layanan dan pengalaman wisatawan. Pariwisata DIY diharapkan menjadi ruang perjumpaan budaya yang menjunjung nilai adiluhung dan keberlanjutan.
Menutup paparannya, Noviar menegaskan pariwisata Yogyakarta bukan sekadar industri, melainkan cara hidup masyarakat dalam memuliakan alam, budaya, dan sesama. “Dengan filosofi Hamemayu Hayuning Bawana, Sangkan Paraning Dumadi, dan Manunggaling Kawula Gusti, Pemda DIY ingin menjadikan 2026 sebagai tahun konsolidasi tata kelola, akselerasi daya saing, dan penguatan ekosistem pariwisata yang berkualitas.
“Kami mengajak seluruh pemangku kepentingan melangkah bersama membawa DIY menuju masa depan yang lebih maju, berbudaya, dan lestari. Semoga pariwisata DIY menjadi lokomotif transformasi ekonomi, pemuliaan budaya, dan keberlanjutan lingkungan,” tutup Noviar.
Humas Pemda DIY




