Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasukan Israel ramai-ramai membelot serta ‘mengibarkan bendera putih’ di area dalam Gaza. Menurut laporan media Israel Channel 12, para tentara Israel mengaku kelelahan dengan perang yang dimaksud digunakan berlangsung hampir tujuh bulan itu.
Total 30 anggota tentara Israel, Pasukan Pendudukan Israel (IOF), membelot juga menolak mematuhi perintah invasi darat dalam kota Rafah, Gaza.
“Pasukan dari kompi pasukan terjun payung cadangan yang mana digunakan tergabung dalam Brigade Pasukan Terjun Payung reguler dilaporkan menerima perintah untuk mempersiapkan aksi di area area Rafah,” kata Channel 12 memberitakan, dikutip dari laman Al Mayadeen, Minggu (5/5/2024).
“Namun mereka kemudian memberitahu atasan dia bahwa dia itu tidaklah akan datang akibat dia tak lagi mampu melakukannya,” tambah laporan itu.
Pejabat Angkatan Darat Israel sendiri sudah mengatakan bahwa dia itu tak akan memaksa personel cadangan untuk terlibat serta dalam invasi. Namun penolakan mereka itu itu dikatakan sebagai indikasi jelas berkurangnya pasukan cadangan setelah pertempuran berbulan-bulan.
Laman yang mana mana mirip juga memberitakan bagaimana media Channel 7 Israel melaporkan bahwa lebih tinggi banyak dari seratus perempuan yang dimaksud wajib militer di tempat dalam Israel menolak menjadi tentara pengintai di area dalam dekat garis pemisah dengan Gaza. Laporan itu mengatakan ini adalah beberapa total besar penolakan memang sudah terjadi pada unit tersebut.
Sementara itu, mantan kepala Direktorat Operasi IOF Israel Ziv menyatakan penolakan terhadap serangan militer apa pun dalam Rafah wajar di area dalam tengah tak adanya rencana tata kelola pasca operasi. Dia bahkan mengklaim itu serupa semata operasi “bunuh diri”.
“Hamas sedang melakukan penyergapan strategis terhadap IOF,” kata dia.
“Akan jadi bencana bagi Israel,” tambahnya.
Ia mencatat bahwa invasi Rafah mempunyai risiko yang digunakan tinggi, tambahan tinggi dibandingkan semua yang dimaksud yang disebut dilaksanakan IOF dalam Gaza. Hal itu mengingat fakta bahwa Rafah adalah sebuah wilayah yang tersebut strategis, tempat yang digunakan yang sangat ramai kemudian sulit untuk “diperjuangkan”.
“Belum lagi kepekaan AS lalu Mesir terhadapnya,” ujarnya menyebut sekutu Israel Amerika Serikat serta tetangga Rafah, Mesir.
Sebelumnya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melancarkan serangan ke kota Rafah di area dalam Gaza selatan. Padahal kota itu tempat ratusan ribu warga Palestina berlindung dari perang yang mana sudah berlangsung sejak Oktober.
Komentar Netanyahu muncul beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken tiba di dalam area Israel untuk memajukan perundingan gencatan senjata, yang digunakan mana tampaknya menjadi salah satu putaran negosiasi paling penting antara Israel lalu Hamas sejak perang dimulai, Selasa lalu.
Kesepakatan itu dimaksudkan untuk membebaskan sandera, memberikan bantuan kepada umum kemudian mencegah serangan Israel ke Rafah, serta kemungkinan kerugian bagi warga sipil di area tempat sana.
Berbicara kepada sekelompok keluarga yang tersebut digunakan berduka lalu satu organisasi yang tersebut mana mewakili keluarga sandera yang tersebut digunakan disandera oleh militan, Netanyahu mengatakan Israel akan memasuki Rafah untuk menghancurkan batalion Hamas di dalam area sana. Terlepas dari apakah kesepakatan gencatan senjata untuk sandera tercapai atau tidak.
“Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuannya adalah mustahil,” kata Netanyahu, menurut pernyataan dari kantornya, dikutip dari Arab News.
“Kami akan memasuki Rafah lalu melenyapkan batalion Hamas di area tempat sana – dengan atau tanpa kesepakatan, untuk mencapai kemenangan total,” ujarnya.
Sebenarnya Netanyahu juga sudah pernah dijalani menghadapi tekanan dari mitra pemerintahannya yang digunakan nasionalis untuk tiada ada melanjutkan kesepakatan yang digunakan mungkin mencegah Israel menginvasi Rafah. Pemerintahannya mampu cuma terancam jika dia menyetujui kesepakatan yang digunakan oleh sebab itu anggota kabinet garis keras menuntut serangan terhadap Rafah.