PAKUALAMAN,REDAKSI17.COM – Masyarakat di wilayah Kelurahan Gunungketur menggelar pawai budaya mengelilingi jalan sekitar Puro Pakualaman pada Sabtu (19/7/2025). Rangkaian pawai budaya mulai dari merti kampung di Kelurahan Gunungketur sampai pawai atau karnaval budaya. Pemerintah Kota Yogyakarta mengapresiasi dan mendukung Pawai Budaya Gunungketur itu karena melestarikan tradisi leluhur. Namun diharapkan usai kegiatan merti itu tidak meninggalkan sampah.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Adipati Paku Alam X hadir dalam Pawai Budaya Gunungketur dan mengikuti prosesi merti kampung Kelurahan Gunungketur. GKBRAy Adipati Paku Alam X memotong tumpeng nasi gurih dan Hasto memecahkan kendi. Usai prosesi itu, kirab atau Pawai Budaya Gunungketur tampil diawali oleh pasukan prajurit bregodo dan perwakilan RW dengan berbagai tema antara lain ogoh-ogoh Bali, Rahwana-Sinta, Anoman Obong dan lainya.

Hasto mengatakan atas nama Pemkot Yogyakarta mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi atas penyelenggaraan merti kampung/ merti kelurahan di Gunungketur. Menurutnya kegiatan merti desa biasanya diawali dengan bersih-bersih wilayah, ziarah ke makam leluhur dan berdoa bersama. Biasanya merti desa tujuannya sebagai wujud syukur kepada Allah karena selama setahun panen atau kerja berjalan baik.
“Mbok bilih wonten tengahing Kota Yogyakarta menika saestu sae menawi kita mboten ninggalaken nilai-nilai luhur nenek moyang. Bilih kita kedah tetap saget nguri-nguri kebudayan Jawi lan tradisi saking nenek moyang kita. (Barangkali di Kota Yogyakarta, alangkah baiknya jika kita tidak meninggalkan nilai-nilai luhur leluhur kita dan saudara-saudara, bahwa kita harus tetap mampu melestarikan budaya Jawa dan adat istiadat leluhur kita,” kata Hasto saat memberikan sambutan dengan berbahasa Jawa dalam Pawai Budaya Gunungketur.
Hasto berharap masyarakat memaknai kegiatan merti kelurahan itu benar-benar membuat lingkungan Kelurahan Gunungketur bersih. Oleh karena itu pihaknya mengajak masyarakat Gunungketur untuk memilah sampah. Jika tidak dipilah penggerobak tidak akan mengambil sampah. Masyarakat di Kemantren Pakualaman diharapkan bisa jadi percontohan bahwa sampah terpilah.
“Mugi-mugi kanthi bersih/merti desa saget maknani dados sedoyo masyarakat tansah ayom ayem tentrem. (Saya berharap dengan Metti desa/kelurahan bisa bermakna sehingga seluruh masyarakat akan selalu tenang dan tenteram,” paparnya.

Sementara itu Mantri Pamong Praja Kemantren Pakualaman Sapto Hadi menyatakan upacara adat merti Kelurahan Gunungketur merupakan inisiatif masyarakat Gunungketur. Tahun lalu hanya diadakan 1 kampung. Tahun ini atas tekad masyarakat merti desa/kelurahan dilaksanakan masyarakat kampung satu Kelurahan Gunungketur. Pawai Budaya Gunungketur tahun 2025 mengambil tema sesarengan angrabuk rukun memetri budaya.
“Kegiatan ini tidak hanya murni budaya saja. Tapi juga menumbuhan potensi lokal baik umkm, kuliner dan sebagainya. Maka kami melaksanakan potensi budaya ini dan harapannya berdampak bagi ekonomi masyarakat,” tutur Sapto.

Lurah Gunungketur Sunarni menambahkan pawai budaya ini adalah kegiatan tahunan Gunungketur. Pada tahun ini ada 3 sub kegiatan yaitu merti desa/kampung, pawai budaya serta gelar seni dan umkm. Kegiatan itu bertujuan untuk melestarikan budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu mewadahi sanggar-sanggar seni di Gunungketur untuk tampil dan memberi ruang umkm memamerkan serta menjual produknya.
“Kita itu ada di wilayah Puro Pakualaman yang mana sarat dengan budaya. Kita coba mendekatkan dengan melestarikan kegiatan budaya untuk mendukung Pakualaman sebagai kawasan cagar budaya. Hampir 70 persen bangunan cagar budaya, sehingga kami mengadakan kegiatan ini,” ucap Sunarni.