Mantrijeron,REDAKSI17.COM – Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menyerahkan bantuan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) berupa beras dan minyak goreng kepada warga penerima bantuan pangan di Kemantren Mantrijeron, Rabu (26/11). Penyaluran ini dilaksanakan berdasarkan penugasan resmi dari Badan Pangan Nasional dan diteruskan oleh Perum BULOG Kanwil Yogyakarta.
Dalam program bantuan pangan ini, setiap penerima mendapatkan 10 kilogram beras dan 2 liter minyak goreng Minyakita untuk satu alokasi, yang disalurkan langsung untuk dua alokasi sekaligus yakni untuk Oktober–November. Dengan demikian, warga menerima 20 kilogram beras dan 4 liter minyak goreng dalam sekali penyaluran.
Hasto Wardoyo menyampaikan apresiasi atas koordinasi yang telah dilakukan di antara Perum BULOG Kanwil Yogyakarta dengan seluruh dinas terkait dalam proses penyaluran bantuan CPP ini. “Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih.sekali lagi kami mengucapkan terima kasih atas bantuan ini sangat membantu,” tuturnya.
Pihaknya juga menyinggung kondisi inflasi Kota Yogyakarta yang pada bulan sebelumnya tercatat sebagai yang tertinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di angka 0,3 persen. Ia menilai bantuan pangan yang diberikan Bulog mampu membantu menurunkan tekanan inflasi.
“Kami berterima kasih karena pemberian beras, minyak, dan bantuan lainnya ini insyaallah bisa menurunkan inflasi,” ungkapnya.
Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen menjaga stabilitas pangan dan melindungi daya beli masyarakat dengan terus memperkuat peran Warung Segoro Amarto. Warung ini milik Pemkot yang bekerja sama dengan Bulog dengan menjual barang harga standar. Hasto menjelaskan bahwa keberadaan warung ini menjadi indikator harga pasar.
“Kalau warungnya sepi, justru kita bersyukur, berarti harga di pasar stabil. Tapi kalau warungnya laris, itu tanda harga pasar naik,” ujarnya.
Hasto menegaskan Warung Segoro Amarto dapat menjadi pilihan warga ketika harga kebutuhan pokok di pasar mengalami kenaikan. Selain itu, Pemkot juga memperkuat ketersediaan pangan murah melalui Koperasi Pegawai Republik Indonesia (Korpri) yang mengelola KYOS dengan harga standar dan lebih rendah yang bisa menjadi alternatif tambahan bagi masyarakat.
“Kita bercita-cita untuk warung Segoro Amarto-nya itu kita perbanyak di seluruh kelurahan. Jadi ada 45 nantinya warung Segoro Amarto. Kita akan kerja sama dengan warga, dengan kelompok masyarakat, dan koperasi, agar kita bisa menyalurkan juga produk Bulog itu yang memang bukan diberikan gratis, tapi bisa untuk menjaga stabilitas harga. Nah, kami nanti mohon kerja sama dengan Bulog,” ungkap Hasto.

Penyerahan bantuan cadangan pangan di Kemantren Mantrijeron
Direktur Perum BULOG Kanwil Yogyakarta, Dedi Aprilyadi, menjelaskan bahwa program bantuan pangan ini bertujuan mengurangi beban masyarakat berpenghasilan rendah sekaligus menjaga ketahanan pangan.
“Tujuan program ini mengurangi beban penerima bantuan pangan, mengatasi kemiskinan, menangani kerawanan pangan, menjaga stabilitas harga pangan dan inflasi, serta melindungi petani dan konsumen,” jelasnya.
Untuk Kota Yogyakarta, bantuan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) diberikan kepada 20.604 penerima dengan total bantuan sebanyak lebih dari 400 ton beras dan lebih dari 82 ribu liter minyak.
Dalam kesempatan tersebut Dedi menegaskan bahwa bantuan tidak boleh diperjualbelikan.
“Di karung sudah ada tulisan ‘Tidak untuk diperjualbelikan’. Tolong jangan dijual, karena bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga,” pesannya.
Proses penyaluran bantuan dilakukan berdasarkan undangan resmi dari pemerintah daerah. Penerima cukup membawa KTP dan Kartu Keluarga saat pengambilan bantuan. Dedi menargetkan seluruh penyaluran bantuan di DIY selesai pada awal Desember.

Babinsa turut membantu membawakan bantuan para lansia di kemantren
Sejumlah warga penerima menyampaikan rasa syukur dan kelegaan atas bantuan pangan yang diterima. Salah satunya Ibu Tehasujiah, warga penerima bantuan di Kemantren Mantrijeron. Ia mengatakan menerima 20 kilogram beras dan 4 liter minyak goreng, jumlah yang menurutnya sangat membantu kebutuhan rumah tangganya.
“Sangat senang sekali, karena saya sudah enggak punya suami, anak tiga tapi belum bisa menyenangkan saya. Jadi saya sungguh-sungguh terima kasih. Terbantu sekali,” ungkapnya saat ditemui usai menerima bantuan.
Ibu Tehasujiah tinggal bersama tiga anggota keluarga. Dua anak laki-lakinya masih belum bekerja penuh. Ia menceritakan salah satu anaknya mengalami kondisi depresi sehingga sulit bersosialisasi dan jarang keluar rumah.
“Yang satu sales, yang satu depresi… maksudnya nggak senang keluar dari rumah. Tapi sekarang alhamdulillah, bersyukur sudah mau sama tetangga, sama kiri-kanan sudah mau,” tuturnya.
Baginya, bantuan pangan ini sangat berarti untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga dan mengurangi beban pengeluaran, terutama di tengah kondisi keluarga yang cukup berat.



