SLEMAN,REDAKSI17.COM — Kota Yogyakarta resmi menjadi tuan rumah Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2025 yang digelar di Gelanggang Inovatif Kreatif Universitas Gadjah Mada (GIK UGM) Yogyakarta,Sabtu (29/11). Kegiatan ini berlangsung sejak tanggal 29 Oktober hingga 6 Desember 2025. Festival film berskala Asia ini kembali menegaskan posisi Yogyakarta sebagai salah satu pusat perkembangan perfilman di Indonesia.
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menyampaikan, Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan JAFF yang tahun ini memasuki usia ke-20.
Ia berharap, perkembangan ekosistem film yang semakin pesat dapat membawa Yogyakarta melangkah lebih jauh sebagai ‘Kota Cinema’. “JAFF ini sudah 20 tahun diselenggarakan. Pemerintah Kota Yogyakarta mensupport full untuk kegiatan ini. Kita berharap, setelah Kota Jogja mendeklarasikan diri sebagai Jogja Kota Festival, ke depan harapannya Jogja menjadi Kota Cinema,” jelas Wawan saat diwawancarai.
Ia juga menegaskan, ekosistem kreatif di Kota Yogyakarta sangat kuat, terutama karena kota ini merupakan Kota Budaya dan Kota Pendidikan.
Tambahnya, banyak film pendek karya anak muda serta tumbuhnya tren produksi audio visual yang menjadi modal besar bagi kemajuan industri film lokal.
Ia berharap penyelenggaraan JAFF ke depan dapat menjadi lebih besar dan melibatkan lebih banyak elemen masyarakat, sehingga semakin banyak karya film, termasuk yang bertaraf internasional, dapat hadir dan diproduksi di Yogyakarta.

Acara JAFF 2025 juga menghadirkan cuplikan film Nasional dan Internasional, serta dihadiri sejumlah aktor ternama, seperti Reza Rahadian, Raline Shah, dan sutradara senior Hanung Bramantyo, yang turut memeriahkan kegiatan tersebut.
Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc, mengatakan, pentingnya penguatan arsip film sebagai-bagian dari pelestarian warisan budaya bangsa. Ia menilai bahwa arsip film memiliki tantangan lebih besar dibandingkan medium budaya lain seperti musik.
“Arsip film merupakan warisan budaya yang sangat penting. Materialnya mudah rusak dan kita sering kali tidak mengetahui siapa pemilik hak intelektualnya. Karena itu, dengan kerja sama semua pihak, arsip ini harus kita selamatkan,” ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan, sedang merencanakan pembangunan museum film yang lebih representatif untuk menyimpan sekaligus membuka akses publik terhadap arsip-arsip film Nasional. Selain itu, dukungannya terhadap restorasi film-film lama ini sebagai aset budaya atau national treasure.

Selanjutnya, Pendiri JAFF, Garin Nugroho, menyoroti pentingnya kolaborasi lintas generasi dan menjaga keberlanjutan ekosistem perfilman Indonesia.
Menurutnya, 20 tahun perjalanan JAFF memberi pelajaran tentang pertumbuhan ekosistem kreatif sekaligus rapuhnya ingatan budaya jika tidak dikelola.
“Kita bangga dengan pencapaian film Indonesia hari ini jutaan penonton, festival besar, pasar baru, talenta muda bermunculan. Tapi semua itu tidak ada artinya jika karya-karya ini tidak bisa disaksikan oleh anak cucu kita di masa depan,” ujarnya.


