GEDONG TENGEN,REDAKSI17.COM — Pemerintah Kota Yogyakarta menunjukkan komitmennya dalam mendorong pembangunan kota yang inklusif dan tangguh terhadap perubahan iklim dengan mendukung implementasi proyek Social Inclusion Resilience in Asia (SIRA) yang diinisiasi International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) – Local Governments for Sustainability. Bentuk dukungan tersebut diwujudkan melalui pelatihan peningkatan kapasitas pemerintah daerah selama dua hari, yang berlangsung pada 11–12 Desember 2025 di The Malioboro Convention Hotel Yogyakarta.
Pelatihan SIRA Seri II ini menghadirkan 15 peserta dari berbagai perangkat daerah, di antaranya Bappeda, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Kegiatan ini mengangkat tema “Pengarusutamaan Gender dan Sosial Inklusi dalam Aksi Adaptasi dan Kebencanaan Akibat Perubahan Iklim”, yang selaras dengan visi pembangunan Kota Yogyakarta sebagai kota inklusif dan berketahanan iklim.
Staf Ahli Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Yogyakarta, Patricia Heni Dian Anitasari, hadir sebagai keynote speaker dan menyampaikan materi dengan tema “Membangun Kota Tangguh Iklim yang Berkeadilan: Mengintegrasikan GEDSI sebagai Fondasi Adaptasi Perubahan Iklim”.
Dalam paparannya, ia menegaskan pentingnya pendekatan Gender Equality, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) sebagai pilar utama dalam mewujudkan kota yang inklusif.

Menurutnya, pemenuhan kebutuhan perempuan dan laki-laki, penyandang disabilitas, anak-anak, lansia, serta kelompok rentan seperti masyarakat pra-sejahtera maupun kelompok yang termarginalkan harus menjadi prioritas dalam setiap proses perencanaan pembangunan. “Tidak boleh ada satupun warga yang tertinggal. Sehingga, pentingnya ruang partisipatif seperti musrenbang, proses identifikasi masalah, dan verifikasi aspirasi warga secara periodik dan berjenjang,” ungkapnya.
Tambahnya, seluruh hasil dari musyawarah bersama harus tercermin dalam dokumen perencanaan daerah agar kebijakan pembangunan benar-benar berpihak kepada seluruh lapisan masyarakat.
Patricia juga menekankan, pemenuhan hak-hak dasar menjadi aspek penting dalam pembangunan inklusi seperti anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan pendidikan, perempuan berhak berkarier dan aman di ruang publik, lansia berhak tetap produktif dan dihormati, penyandang disabilitas berhak bekerja dan didengar serta kelompok marginal harus hadir sebagai bagian dari wajah kota.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen untuk menghadirkan pembangunan yang berkeadilan serta memperkuat ketangguhan kota dari sisi sosial maupun lingkungan. Pelatihan ini juga menjadi momentum penting dalam memperkokoh kolaborasi antara pemerintah daerah, ICLEI, dan komunitas internasional dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
“Dengan berjalannya pelatihan SIRA Seri II, diharapkan kapasitas para pemangku kepentingan semakin meningkat sehingga proses penyusunan kebijakan di tingkat lokal dapat lebih responsif terhadap kebutuhan seluruh warga tanpa terkecuali,” imbuhnya.
Sementara itu, perwakilan ICLEI Indonesia, Sumardi Ariansyah menyampaikan, proyek SIRA bertujuan mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas pemerintah lokal dalam menghadapi perubahan iklim secara inklusif.
“Program ini juga dilaksanakan di empat negara seperti Bangladesh, Indonesia, Nepal, dan Filipina yang dirancang untuk memperkuat kemampuan pemerintah daerah melalui modul pelatihan yang sistematis, adaptif, dan relevan dengan konteks lokal,” ungkapnya.
Pihaknya juga menjelaskan, SIRA berfokus pada identifikasi kebutuhan kapasitas pemerintah daerah dan praktisi iklim di empat negara target. Selain itu, SIRA juga berfokus pada penyusunan modul pelatihan yang mendukung pembangunan perkotaan berketahanan iklim, peningkatan pelibatan kelompok rentan, khususnya perempuan, dalam proses perencanaan serta penyebarluasan pembelajaran dan praktik baik antarnegara peserta.

Melalui pendekatan ini, Ia berharap, pemerintah daerah mampu memahami kebutuhan beragam kelompok rentan dan menentukan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas kehidupan warganya dalam menghadapi risiko perubahan iklim.
“Dengan berpartisipasi dalam proyek SIRA, kota akan memperoleh pengetahuan dan keahlian terkini untuk mengintegrasikan ketahanan iklim, kesetaraan gender, dan inklusi sosial ke dalam rencana pembangunan lokal,” jelas Sumardi.


