Wirobrajan,REDAKSI17.COM – Wakil Wali Kota Yogyakarta Wawan Harmawan menghadiri Peringatan HUT ke-50 Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta di Secret Garden Resto, Sabtu (1/11). Pihaknya menegaskan pentingnya sinergi antara Pemerintah Kota Yogyakarta dan IAI DIY untuk membangun tata kota yang berbasis kearifan lokal dan memperkuat karakter khas Yogyakarta.
“Jogja ini gudangnya orang pintar, gudangnya arsitek. Tapi saya jujur, kadang miris. Banyak tempat di kota ini yang sebetulnya bisa digarap dan didesain teman-teman IAI agar benar-benar menjadi Kota Yogyakarta yang sejogja-jogjanya,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa Pemerintah Kota sangat terbuka terhadap kolaborasi dengan para arsitek dalam setiap upaya penataan kota. “Kami di pemerintah berharap besar kepada IAI. Kalau belum ada kerja sama resmi, nanti bisa segera kita tindak lanjuti. Saya siap percepat, kalau bisa Senin depan sudah jalan. Pemerintah sekarang harus sat-set bat-bet, Jogja ini nggak bisa ditunggu,” ungkap Wawan.
Menurut Wawan, kehadiran IAI sangat penting untuk memastikan pembangunan kota berjalan sejalan dengan nilai budaya dan filosofi Yogyakarta.
“Kami ingin desain kota ini mengandung local wisdom. Seperti di wilayah selatan, misalnya Mantrijeron, itu bagian dari Sumbu Filosofi. Maka desainnya harus seragam dan selaras dengan karakter Sumbu Filosofi. Kita juga ingin ada penanda khas di pintu masuk kota supaya orang yang datang langsung tahu: ini Jogja,” jelasnya.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan
Wawan juga mengapresiasi program IAI DIY yang mendorong keterlibatan arsitek di tingkat kampung. “Kami ingin IAI bermitra dengan 169 kampung di Kota Yogyakarta untuk membantu mendesain kawasan, supaya punya kekhasan Jogja yang kuat,” harapnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua IAI Daerah Istimewa Yogyakarta, Erlangga Winoto, menyambut baik rencana kerja sama dengan Pemerintah Kota Yogyakarta. Ia menjelaskan bahwa IAI telah memiliki sejumlah program yang sejalan dengan visi Pemkot dalam mewujudkan tata kota yang berbasis budaya dan partisipatif.
“Sejak 17 Agustus 2025 kami sudah me-launching program Satu Kampung Satu Arsitek. Program ini sebenarnya sudah berjalan sejak 2017, dan kini kami jadikan program resmi bidang Pengabdian Profesi,” ungkap Erlangga.
Melalui program tersebut, IAI DIY berkomitmen memberikan pendampingan desain kepada masyarakat di tingkat kampung secara terintegrasi. “Biasanya kami mulai dari penyusunan Masterplan. Kalau kampung itu belum punya, kami bantu membuatkan. Setelah itu hasilnya bisa dibawa ke forum Musrenbang untuk disepakati bagian mana yang akan dikerjakan lebih dulu. Jadi pembangunan kampung bisa terarah dan tidak parsial,” jelasnya.

Diskusi rencana kolaborasi antaran Pemkot Yogya dan IAI DIY
Erlangga menambahkan, IAI DIY pernah bekerja sama dengan Pemkot Yogyakarta pada tahun 2021 dalam penyusunan Masterplan Kampung di tiga lokasi, yaitu di Kemantren Mantrijeron, Kelurahan Wirogunan, dan Karangwaru.
“Kami ingin mengulang lagi success story tersebut di kampung-kampung lain. Tinggal nanti secara legal kita inisiasi MoU dengan Pemkot,” ujarnya.
Selain fokus pada kampung, IAI DIY juga menaruh perhatian besar terhadap penguatan kawasan Sumbu Filosofis. “Kami sudah memiliki 108 arsitek berlisensi yang secara mandatori berhak menjadi penanggung jawab dokumen Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), terutama di kawasan Sumbu Filosofis. Mereka sudah dibekali pemahaman terhadap regulasi dan kearifan lokal,” papar Erlangga.

Ketua IAI DIY, Erlangga Winoto dan Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan
Dari total sekitar 1.300 anggota IAI DIY, sejumlah 108 arsitek di antaranya telah berlisensi resmi yang diterbitkan oleh DPMPTSP DIY bekerja sama dengan Dinas PUPESDM DIY.
“Mereka yang berlisensi inilah yang memahami regulasi lokal dan menjadi penanggung jawab dokumen resmi bangunan di kawasan cagar budaya. Jadi masyarakat dan pemerintah tidak perlu khawatir, karena semua sesuai regulasi dan nilai budaya Jogja,” tegasnya.
Erlangga juga menyebut bahwa sekitar 60 persen kawasan di Kota Yogyakarta merupakan kawasan cagar budaya meliputi Kotagede, Pakualaman, dan Keraton sehingga peran arsitek dalam pelestarian menjadi sangat penting.
“Kami berharap kerjasama dengan Pemkot ini bisa menjadi langkah konkret untuk menjaga karakter arsitektur Jogja, meskipun ada adaptasi dengan desain modern,” ujarnya.


