UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mengingatkan masyarakat untuk tetap mewaspadai penyakit malaria, walaupun Kota Yogyakarta bukan daerah endemis. Mengingat Kota Yogyakarta sebagai wilayah urban dan dinamika mobilitas penduduk dari luar kota dengan status endemis malaria sehingga berpotensi membawa penyakit malaria. Kewaspadaan itu sebagai upaya pemeliharaan untuk mempertahankan status bebas malaria di Kota Yogyakarta.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Lana Unwanah mengatakan Kota Yogyakarta sudah mendapat sertifikasi bebas malaria pada tahun 2014. Kasus malaria yang ada di Kota Yogyakarta saat ini adalah kasus impor atau dari luar kota. Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta mengingatkan masyarakat untuk tetap mewaspadai malaria.
“Kota Yogyakarta tetap harus melakukan upaya-upaya pemeliharaan untuk mempertahankan status bebas malaria. Jadi kami mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai dan mencegah malaria,” kata Lana saat dikonfirmasi, Selasa (12/8/2025).
Dia menyatakan penyakit malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium sp melalui gigitan nyamuk Anopheles sp betina. Kasus malaria ada malaria indigenous jika penularan terjadi di wilayah setempat dan tidak ada bukti langsung berhubungan dengan kasus impor. Selain itu ada malaria impor yaitu malaria yang sumber penularannya berasal dari luar daerah.
Pihaknya menegaskan malaria masih ada dan endemis di beberapa daerah terutama di wilayah timur Indonesia seperti Papua, Papua Barat, NTT dan Maluku. Adapun gejala-gejala penyakit malaria antara lain demam, pusing, berkeringat, menggigil, lesu, mual, muntah, sakit perut dan diare.
“Jika mengalami gejala-gejala itu, terutama setelah bepergian dari daerah endemis malaria segera memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit. Malaria bisa sembuh jika cepat diobati,” tambahnya.
Lana menjelaskan kasus malaria yang terjadi di Kota Yogyakarta semuanya adalah kasus impor artinya penularan bukan terjadi di Kota Yogyakarta. Sejak Januari sampai Agustus 2025 ada sekitar 39 kasus malaria impor di Kota Yogyakarta. Kasus malaria impor itu ada penduduk Kota Yogyakarta yang tertular saat berada di luar kota. Misalnya anggota TNI/Polri yang pulang penugasan dan tertular saat penugasan di luar Jawa. Ada juga kasus malaria dari penduduk luar Yogya dan tertular di daerahnya masing-masing, tapi saat ini berdomisili di Kota Yogyakarta. Misalnya mahasiswa dari luar Jawa yang berkuliah di Yogyakarta.
“Saat ini Kota Yogyakarta termasuk yang menjadi sampling untuk assesment sertifikasi bebas malaria tingkat Provinsi DIY. Jadi Kota Yogyakarta tetap harus melakukan upaya-upaya untuk mempertahankan status bebas malaria dan mendukung eliminasi malaria di DIY,” ucap Lana.
Masyarakat juga diharapkan mencegah potensi Malaria dengan gerakan 3M Plus. 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur atau memanfatkan kembali barang bekas yang berpotensi jadi tempat perkembangbiakan nyamuk. Sedangkan plusnya antara lain menggunakan lotion antinyamuk dan gotong royongmembersihkan lingkungan. Di samping itu masyarakat lebih baik menerapkan pola hidup bersih dan sehat.