Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta terus melakukan penguatan upaya pencegahan stunting dengan menyasar calon pengantin, ibu hamil, ibu bersalin dan bayi di bawah dua tahun (baduta).

Tercatat prevalensi stunting di Kota Yogyakarta terus mengalami penurunan, pada tahun 2024 berada di angka 14,8 persen turun 2 persen dibandingkan tahun 2023 sebesar 16,8 persen.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyatakan, upaya pencegahan dilakukan dengan deteksi dini dan pendampingan bagi kelompok sasaran melalui Tim Pendamping Keluarga di tiap Kelurahan.

“Data itu menjadi sangat penting, apalagi untuk stunting ini harus diperbarui secara rutin untuk tahu angka real time berapa dan siapa saja yang berisiko stunting, bukan hanya baduta saja tapi mencegah sejak dari awal ya dari calon pengantin, berapa yang sehat, anemia, kurang energi kronis (KEK) begitu juga dengan ibu hamil,” ujarnya pada Jumat (11/7/2025) di Ruang Bima Balai Kota.

Untuk itu, lanjut Hasto, pihaknya memberdayakan Tim Pendamping Keluarga di tingkat kelurahan termasuk bidan yang dikerahkan dalam program satu kampung satu bidan, yang secara intens memantau perkembangan kelompok sasaran pencegahan stunting by name by address.

“Dinas Kesehatan, DP3AP2KB, Puskesmas, Kemantren, Kelurahan, dan perangkat daerah terkait harus diperkuat koordinasinya supaya kelompok sasaran bisa diintervensi I sebelum terjadi stunting. Termasuk kaitannya dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tepat sasaran,” terangnya.

Sejalan dengan itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani menjelaskan per 7 Juli 2025 terdapat 545 calon pengantin (catin) yang berdomisili di Kota Yogyakarta di mana 518 catin sehat, 13 KEK, 8 anemia, dan 5 KEK plus anemia.

“Intervensi untuk 26 catin berisiko dilakukan dengan PMT dan atau tablet tambah darah selama tiga bulan, yang mana setiap bulan akan dipantau perkembangannya,” jelasnya.

Sementara itu Sekretaris DP3AP2KB Kota Yogyakarta, Sarmin mengatakan per Juli 2025 ada 9 ibu hamil, 443 baduta dan 161 keluarga baru yang masuk dalam kategori Keluarga Berisiko Stunting.

“Keluarga Berisiko Stunting tersebut diintervensi dengan PMT yang berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Dana Keistimewaan (Danais) dan BKKBN,” katanya.