KRATON,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mengajak para pedagang di Pasar Ngasem ikut memelihara kebersihan pasar. Mulai dari pengelolaan sampah sampai tempat mencuci piring dan gelas, terutama pedagang kuliner. Mengingat pengunjung Pasar Ngasem semakin meningkat sehingga kebersihan harus dipelihara agar tempat berjualan atau outlet pedagang tetap bersih dan semakin laris.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menilai meskipun  Pasar Ngasem laris,  tapi kebersihannya dinilai masih kurang. Padahal Pasar Ngasem juga menjadi tempat kuliner masyarakat dan wisatawan yang membuat pertumbuhan ekonomi menengah ke bawah yakni Usaha Mikro Kecil Menengah(UMKM). Oleh sebab itu pihaknya meminta Dinas Perdagangan dan mengajak para pedagang bersama-sama memelihara kebersihan Pasar Ngasem.
“Di Ngasem ini laris, tapi kurang resik dan kurang teratur. Makanya tadi sudah saya tegur. Ini (Pasar Ngasem) menjadi tumpuan harapan untuk UMKM naik kelas. Makanya harusnya outlet-outletnya UMKM di Kota Yogyakarta ini harus dipelihara dengan baik. Supaya betul-betul bisa menjadi wajahnya UMKM dan semakin laris,” tutur Hasto ditemui saat giat di Pasar Ngasem, Minggu (9/11/2025).

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo saat mendatangi Pasar Ngasem dan berbincang dengan salah satu pedagang serta mengajak untuk memelihara kebersihan pasar 

Hasto meminta Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta mengumpulkan para pedagang Pasar Ngasem untuk terlibat menjaga kebersihan pasar. Masing-masing pedagang harus menyediakan 3 tempat sampah di lapak kios dan tempat berjualan.  Tempat sampah untuk organik, anorganik dan residu agar sampah terpilah. Terutama sampah sisa makanan atau kuliner harus tertib masuk ke kontainer atau tempat sampah organik.
“Bagi yang jualan makanan basah seperti bubur atau apa, jangan mengeluarkan sisa makanan itu langsung ditaruh di pinggir jalan. Orang pada lalu lalang, lalatnya ke mana-mana. Itu kan bisa langsung masuk ‘blek’ ke kontainer. Ya dipilah plastik, sisa makanan. Enggak sulit teknologinya, ming(cuma) kemauannya saja, ” tambahnya.
Pihaknya berharap para pedagang juga menyediakan  penjualan secara online agar pembeli tidak berjubel antre. Misalnya produk yang sudah dikenal seperti es  teler maupun bubur sehingga bisa melayani pembeli dari rumah. Hasto juga menyoroti pengelolaan sampah sisa makanan  dan tempat mencuci piring para pedagang kuliner di Pasar Ngasem. Menurutnya kondisinya tidak tertata dan sampai ke taman pasar serta dekat dengan tempat berjualan.

Hasto mengingatkan salah satu pedagang kuliner Pasar Ngasem terkait pengelolaan sampah sisa makanan dan tempat mencuci piring yang harus lebih tertata dan bersih.

“Nyuci piringnya itu aduh, sedih. Nyucinya diobrot-obrot di situ. Terus mau makan pun enggak tegel (tega) ya, tapi harus diubah lah. Tadi sudah saya panggil penjualnya. Tapi yang penting spirit kita itu untuk memelihara outletnya UMKM di Ngasem  semakin baik,” tegas Hasto.
Sementara itu Kepala Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta Veronica Ambar Ismuwardani menegaskan Pasar Ngasem sudsh menjadi tujuan wisata dan kuliner, baik masyarakat lokal maupun wisatawan. Dia menyebut jumlah pengunjung pasar saat Sabtu-Minggu bisa 4.000 sampai 6.000 orang. Kondisi itu diakuinya membawa berkah bagi pedagang tapi juga menghasilkan sampah yang cukup banyak. Terutama para pengunjung yang menikmati kuliner.
“Pesan-pesan dari Pak Wali akan segera kita tindak lanjuti. Ini masih berlangsung koordinasi dengan teman-teman pedagang untuk kita membuat sistem pengelolaan sampah yang mampu menyelesaikan permasalahan,” papar Vero.

Sebagian pengunjung Pasar Ngasem  menikmati kuliner di Plaza Ngasem dan tertib membuang sampah pada tempat sampah terpilah yang disediakan Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.

Dia menjelaskan volume sampah dari Pasar Ngasem terutama Sabtu-Minggu kini berkisar 900 kg-1 ton/hari. Sebelum Pasar Ngasem ramai padat pengunjung sampah yang dihasilkan sekitar 250 kg/hari. Untuk itu membutuhkan pengelolaan sampah yang lebih lagi. Tempat pemilahan dan pengolahan sampah Pasar Ngasem yang sebelumnya dekat dengan tempat berjualan, akan dipindah di sisi barat selatan, terpisah dari lokasi penjualan agar tidak menimbulkan bau, lalat dan mengganggu kesehatan.
Terkait penyediaan 3 tempat sampah organik, anorganik, dan residu oleh tiap pedagang, akan dipantau. Dia menilai sampah yang menjadi masalah adalah sampah residu di Pasar Ngasem bisa mencapai 400 kg/hari. Sedangkan sampah organik dan anorganik bisa disalurkan ke offtaker dan lainnya. Sampah pasar itu dikelola Dinas Perdagangan sendiri, tidak dibawa ke depo. Vero juga meminta peran pedagang untuk terlibat mengambil sampah yang berserakan karena para pengunjung yang membeli makanan duduknya juga tersebar di berbagai tempat di Pasar Ngasem.
“Kami juga membutuhkan peran pedagang. Selama ini kan hanya dibebankan kepada Dinas Perdagangan. Kita koordinasikan para pedagang yang juga menghasilkan sampah yang cukup besar untuk ikut terlibat. Mereka kadang-kadang hanya mengambil piring atau gelasnya, tetapi residu makanan, plastik, itu tidak diambil sehingga berserakan di mana-mana. Masing-masing kuliner harus memiliki orang yang memang diberi tugas untuk membersihkan dan mengambil bekas makanan,” jelasnya.

Spanduk ajakan memelihara kebersihan Pasar Ngasem terpasang yang hendaknya menjadi pengingat bagi pedagang maupun pembeli  untuk melaksanakannya demi kenyamanan bersama.

Sedangkan untuk tempat cuci piring pedagang kuliner, Vero mengakui karena debitnya sangat tinggi sehingga memang kurang mencukupi. Dia sudah menyampaikan ke wali kota membutuhkan dukungan anggaran untuk membuat satu tempat mencuci bagi seluruh kuliner dan penyaluran air limbah ke IPAL kota. Pihaknya juga sudah koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Yogyakarta terkait hal itu.
Salah satu pedagang sate kronyos di Pasar Ngasem, Yu Ira langsung diingatkan Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo terkait pengelolaan sampah sisa makanan dan tempat cuci piring yang tidak tertata. Dia pun menyatakan akan segera memindaklanjutinya. “Nggih Pak. Siap akan ditindaklanjuti,” ucapnya.