UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta berupaya mencegah kasus stunting baru atau zero new stunting. Dinas-dinas terkait di Pemkot Yogyakarta diminta memantau setiap kelahiran bayi dan pasangan pengantin baru untuk mencegah stunting. Pencegahan kasus baru itu menjadi salah satu upaya Pemkot Yogyakarta menurunkan angka stunting. Pemkot Yogyakarta menargetkan angka stunting menjadi satu digit atau di bawah 10 persen.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan meminta Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta untuk memantau kelahiran bayi baru dan pasangan pengantin baru. Terutama misalnya terkait panjang dan berat badan serta lingkar lengan yang kurang harus ditingkatkan dulu. Hasto menyatakan angka kelahiran baru di Kota Yogyakarta sekitar 6 dan pernikahan baru sekitar 3 pasang.
“Sehingga akhirnya harus punya prinsip Zero New Stunting. Kita bisa turun kalau kita punya program Zero New Stunting. Yang nikah diukur lingkar lengannya, kurang dari 23,5, enggak. Kalau kurang, jangan dihamili dulu, kasih dulu telur, kasih ikan, agak gemuk dikit, baru hamil,” kata Hasto ditemui usai graduation program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) cegah stunting, Rabu (5/11/2025).
Hasto menegaskan penduduk di Kota Yogyakarta tidak terlalu banyak, kurang dari 500.000 jiwa. Di samping itu ada 495 tenaga pendamping keluarga dan alokasi dana Rp 100 juta/tahun tiap kelurahan untuk penanganan stunting. Oleh sebab itu pihaknya menargetkan stunting di Kota Yogyakarta bisa turun di bawah angka dua digit atau di bawah 10 persen. Adapun angka prevalensi stunting Kota Yogyakarta tahun 2024 dari data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) adalah 14,8 persen Sedangkan data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, prevalensi stunting Oktober 2025 adalah 9,71 persen.
Hasto mengucapkan terima kasih kepada PT.Sarihusada Generasi Mahardhika (SGM) yang membina dan mendampingi penanganan stunting di Kelurahan Tahunan dan Sorosutan. Penanganan stunting lewat program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Aksi Pencegahan Stunting (Si Penting). Pihaknya juga mengapresiasi dari pembinaan itu bisa menurunkan angka stunting sampai 5 persen di Sorosutan dan 3,6 persen di Tahunan.
“Jadi makanya saya bilang, ini (penurunan stunting) harusnya sukses. Program ini maksudnya kita bisa mencari pendamping dalam arti Bapak Asuh. Nah, ini kan Bapak Asuhnya SGM,” tegasnya.
Hasto menyebut ada sekitar 630 risiko tinggi stunting yang akan dicarikan Bapak Asuh atau pendamping. Oleh karena itu pihaknya berharap ada pelibatan dari perusahaan lewat program CSR untuk membantu penanganan stunting di Kota Yogyakarta agar lebih cepat turun.
Sementara itu Factory Director Danone Specialized Nutrition East Lastiani Amy Rosalina mewakili PT SGM mengapresiasi atas kerja sama yang sudah dilakukan dengan Pemkot Yogyakarta dalam program 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Si Penting. PT SGM bermitra dengan Human Initiative DIY melaksanakan program itu, untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu hamil, ibu bawah dua tahun (baduta), kader posyandu, dan kader BKB terhadap 1000 HPK sebagai upaya pencegahan stunting.
”Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan momen golden age, momen yang sangat berarti bagi pertumbuhan dan juga masa depan anak di masa depan. Program ini memberikan dampak yang signifikan, dampak yang langsung pada masyarakat Kota Yogyakarta. Hasil yang kita dapat prevalensi stunting yang turun,” ucap Lastiyanti.
Program 1.000 HPK Si Penting dilaksanakan selama periode Januari hingga September 2025 Jumlah penerima manfaat program 1.000 HPK Si Penting, 60 orang kader, 97 orang ibu hamil dan baduta di Kelurahan Sorosutan dan Tahunan. Rangkaian kegiatan mencakup peningkatan kapasitas kader, edukasi bagi ibu hamil dan ibu baduta, serta pendampingan sampai home visit dan graduation atau kelulusan penerima manfaat dan tidak stunting lagi.
Salah satu penerima manfaat program 1.000 HPK Si Penting, Evi Ratna Sutantri merasa senang mengikuti program itu. Dia menceritakan berat badan anaknya sempat kurang karena susah makan. Tapi setelah mengikuti edukasi dia tahu dan meningkatkan asupan protein untuk makanan anaknya sehingga berat badannya naik
“Dengan ikut program ini banyak sekali ilmu yang saya dapat. Baik itu pengasuhan anak dan terutama tentang gizi. Yang saya terapkan mengatur pola makan anak, terutama asupan-asupan gizi untuk anak,” pungkas Ratna.



