UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo, jajaran dinas terkait Pemerintah Kota Yogyakarta dan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta-Magelang (YoMa) melakukan panen perdana Labu Madu. Pemkot Yogyakarta mengapresiasi Polbangtan Yo-Ma yang mengembangkan tanaman Labu Madu. Meski demikian Pemkot Yogyakarta mendorong Polbangtan YoMa untuk mengembangkan Labu Madu organik dengan memanfaatkan sampah organik dari Kota Yogyakarta untuk pupuk alami.

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengapresiasi pengembangan Labu Madu. Termasuk keberadaan lahan pertanian seluas sekitar 2 hektare di Kampus Polbangtan Yogyakarta serta para mahasiswanya. Luas lahan itu dinilai luar biasa karena berada di tengah kota sehingga bisa produktif. Mengingat masalah ketahanan pangan sehingga harus ada penyediaan pangan tapi di kota lahan terbatas.

“Labu ini menjadi satu icon yang luar biasa kalau menurut saya untuk di kota. Karena di kota itu banyak orang diabetes. Sementara labu ini adalah makanan yang kadar glutamik-nya rendah. Kalau Anda makan nasi, makan mi kebanyakan glutamik menjadi diabetes. Maka kalau makan labu ini kenyang, tetapi Insya Allah tidak diabetes. Makanya sebetulnya kita perlu bantu sosialisasi dan produksi,” kata Hasto ditemui saat panen perdana Labu Madu di Polbangtang YoMa, Kamis (13/11/2025).

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo dan beberapa dinas terkait di Pemkot Yogyakarta dan Polbangtan Yo-Ma menunjukan Labu Madu yang telah dipanen perdana.

Menurutnya tanaman Labu Madu cocok untuk pertanian perkotaan karena tidak membutuhkan lahan besar dan mudah ditanam. Tanaman bisa dirambatkan di pergola-pergola di depan rumah. Namun Hasto menekankan pertanian perkotaan harus integrated farming program atau pertanian terpadu dengan pengolahan pupuk organik. Oleh sebab itu pihaknya berharap ke bisa dikembangkan Labu Madu organik menggunakan pupuk organik.

“Jadi ini kita mendorongnya begitu. Ini adalah labu organik dan rendah glutamik. Jadi bisa untuk mencegah diabetes,” ujarnya.

Hasto menilai Polbangtan YoMa bisa menjadi percontohan pertanian organik di Kota Yogyakarta dengan membangun unit pengolahan pupuk organik. Sedangkan di Kota Yogyakarta menghadapi kelebihan sampah organik sehingga diharapkan ada kerja sama konkret yang saling menguntungkan. Hasto menyatakan selama ini sudah ada kesepakatan bersama antara Pemkot Yogyakarta dan Polbangtan Yo-Ma. Pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada Polbangtan Yo-Ma yang mendampingi pengalahan sampah di dua kelurahan lewat program one village one sister university.

Hasto meninjau pengolahan sampah organik di Polbangtan YoMa.

Sementara itu Wakil Direktur I Polbangtan YoMa, Endah Puspitojati menjelaskan awal mula mengembangkan Labu Madu dari audiensi Polbangtan YoMa dengan Wali Kota Yogyakarta, sebelumnya. Hal itu terkait stunting di Kota Yogyakarta yang salah satu penanganannya menggunakan Labu Susu. Kemudian Polbangtan mencari alternatif selain Labu Susu tapi memiliki nilai gizi sama, sehingga dipilih Labu Madu yang dikembangkan untuk pembelajaran di kampus.

“Labu Madu memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga sangat cocok untuk penderita diabetes. Energinya juga cukup tinggi, jadi mengenyangkan, tapi tidak menimbulkan diabetes. Labu Madu warnanya oranye, berarti mengandung antioksidan yang tinggi. Harapannya Labu Madu ini bisa dikonsumsi tidak hanya orang dewasa tetapi juga balita. Ini merupakan tantangan kami bagaimana menciptakan olahan yang disukai oleh balita. Kami akan mengolah Labu Madu itu menjadi produk-produk lebih menarik dan bisa dikonsumsi oleh balita, seperti puding,” terang Endah.

Hasto didampingi Wakil Direktur I Polbangtan YoMa, Endah Puspitojati masuk ke lokasi penanaman Labu Madu yanng dikembangkan di Polbangtan YoMa.

Sedangkan Dosen sekaligus Kepala Bidang Studi Teknologi Benih Polbangtan YoMa, Agus Wartapa menerangkan penanaman Labu Madu cukup sederhana asal mendapatkan cahaya yang cukup. Penanaman bisa dilakukan di pot maupun di tanah langsung. Labu Madu adalah tanaman merambat sehingga harus dibuatkan penopang misalnya bambu. Di Polbangtan tanaman Labu Madu menggunakan pupuk organik dan anorganik. Penyiraman menggunakan sistem smart farming yang bisa dikendalikan dari telepon seluler. Setelah tiga bulan, Labu Madu sudah dapat dipanen

“Pemeliharaan yang jelas tanaman ini harus dipangkas. Pemangkasan pada cabang. Setelah itu nanti dibiarkan. Tanaman ini paling hannya dua kali panen, ada batasannya. Kalau dipaksakan, buahnya akan kecil-kecil artinya turun kualitasnya,” ucap Agus.