Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Peringatan Hari Pahlawan di Kota Yogyakarta berlangsung istimewa dengan pemutaran film karya sinematik revolusioner berjudul Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa di Taman Budaya Embung Giwangan, Senin (10/11/2025). Film ini menjadi tontonan bersejarah karena seluruh proses produksinya memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, yang turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi karya sinematik tersebut sebagai langkah baru memanfaatkan teknologi AI dalam memproduksi film.
“Ya, tadi kita menyaksikan film AI yang luar biasa berjudul Diponegoro Hero. Sangat istimewa karena diputar bertepatan dengan Hari Pahlawan. Film ini menjadi bukti bahwa teknologi kecerdasan buatan dapat menghadirkan karya sinematik yang inovatif,” ujarnya.
Menurutnya, pemanfaatan teknologi AI dalam bidang seni dan film membuka peluang besar bagi generasi kreatif untuk terus berinovasi.
“Ke depan, animasi berbasis AI bisa menjadi sesuatu yang berkembang pesat dan mampu bersaing. Acara hari ini sangat spesial karena menunjukkan sinergi dan kolaborasi yang kuat. Pemerintah Kota tentu sangat mendukung para seniman, sineas, dan pelaku kreatif yang luar biasa agar menjadikan AI sebagai peluang untuk berkembang,” tambahnya.

Direktur Direktorat Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan RI, Syaifullah Agam, menyatakan komunitas film di Yogyakarta sangat kuat, dengan ditayangkannya film Diponegoro Hero: 200 Tahun Perang Jawa di hadapan anak-anak muda kreatif, dapat memberikan gambaran bahwa AI adalah alat potensial untuk mewujudkan kreativitas.
“Jadi jangan sampai kita memandang AI sebagai musuh. Ingat saja waktu munculnya ojek online, dulu banyak yang menolak, tapi akhirnya tidak bisa dibendung. Begitu juga dengan AI, kita perlu belajar bagaimana memanfaatkan berbagai tools yang ada untuk berkarya dan berinovasi,” jelasnya.
Menurutnya, penggunaan AI bisa menjadi solusi untuk efisiensi produksi karya kreatif, termasuk film dan animasi.
“Kalau kita membuat animasi konvensional, biayanya bisa mencapai puluhan miliar rupiah. Tapi dengan bantuan berbagai tools AI, proses itu bisa lebih terjangkau dan tetap berkualitas,” ujarnya.

Meski begitu, ia juga menekankan pentingnya tetap memperhatikan aspek hak kekayaan intelektual (HAKI).
“Tentu saja kita tetap memperhatikan HAKI. Tapi jangan sampai ketakutan soal HAKI justru membuat kita berhenti berinovasi. Sama seperti dulu ketika internet muncul, kalau semua dilarang karena takut pelanggaran, kita tidak akan berkembang. Jadi yang penting adalah belajar beradaptasi dengan aturan yang ada,” pungkasnya.
Sementara itu, produser film, King Bagus, menjelaskan bahwa proyek ini merupakan eksperimen kreatif untuk menggabungkan teknologi dan sejarah.
“Kami ingin menunjukkan bahwa AI bukan ancaman, melainkan alat untuk melestarikan nilai-nilai kepahlawanan dan memperkenalkan kisah perjuangan Pangeran Diponegoro kepada dunia dengan cara baru,” ungkapnya.


